Faris sudah masuk keruangan Rizal. Ia duduk disofa yang ada diruangan Rizal. Ruangan Rizal sangat luas, ada 2 meja, milik Rizal dan gadis itu yang ternyata 1 ruangan dengan Rizal. Ada sofa yang cukup besar dan nyaman. Kamar mandi dalam juga satu ruangan yang entah ruangan apa itu, Faris juga tidak tahu.
"Jadi kau sepupunya Pak Bos ya?" sapa gadis itu dengan pandangan mata genit, mengulurkan tangan pada Faris tanpa merasa sungkan padahal baru saja Faris memergoki keduanya melakukan sesuatu yang haram.
"Almira." kata gadis itu dan mau tak mau Faris menerima uluran tangan gadis bernama Almira. "Asisten pribadi Pak Bos." tambahnya lagi.
"Saya Faris." balas Faris, lalu melepaskan tangan Almira.
"Keluarlah dulu Mira." pinta Rizal yang ikut duduk disofa bersama Faris.
Mira mengangguk dan langsung keluar dari ruangan Rizal.
"Jadi bagaimana? Apa ada sesuatu yang membuatmu bingung?" tanya Rizal terdengar canggung.
"Enggak kok pak, cuma mau lapor hasil kerja aja." kata Faris memberikan dokumen yang Ia bawa.
Rizal segera mengecek hasil kerja Faris lalu mengangguks setuju, "Bagus, aku suka dengan konsep seperti ini. Lanjutkan saja." kata Rizal, "Aku memang tidak salah memilihmu?" tambah Rizal.
"Terima kasih, kalau begitu aku keluar sekarang." pamit Faris berdiri dari duduknya.
Namun baru satu langkah Ia berjalan, Rizal kembali memanggilnya.
"Kemarin aku sempat mengatakan jika jangan beritahu kepada siapapun tentang apa yang kamu ketahui, sekarang kamu paham kan Ris?"
Faris berbalik, Ia tersenyum dan mengangguk, "Aku paham Mas dan tidak akan mengatakan pada siapapun tentang apa yang aku lihat baru saja." kata Faris.
Rizal tersenyum, "Bagus, aku percaya dengan ucapanmu. Jangan pernah mengecewakan ku."
Faris mengangguk lalu pergi dari ruangan Rizal. Entah mengapa hatinya terasa sakit melihat sepupunya berselingkuh dan Ia tidak bisa melakukan apapun. Padahal biasanya Faris orang yang suka membela kebenaran, sewaktu masih kuliah, teman seangkatan Faris ada yang dilecehkan oleh salah satu dosennya dan Ia membantu temannya untuk melaporkan sang Dosen meskipun Ia mendapatkan banyak ancaman namun tidak membuat Faris gentar, hingga Ia berhasil memenjarakan Dosen mesum yang sudah melecehkan temannya.
Namun kali ini berbeda dengan waktu itu. Rizal tak hanya sepupunya namun juga bosnya, Tidak mungkin Ia menghancurkan saudaranya sendiri meskipun saudaranya itu memang bersalah tapi tetap saja, Rizal sudah banyak membantu keluarganya apalagi saat orangtuanya butuh uang, hanya Rizal yang mau memberi pinjaman pada orangtuanya.
"Mas... Kok melamun?" suara Nisa membuyarkan lamunan Faris.
"Enggak melamun kok Nis, cuma..."
"Cuma apa mas? Nggak diterima konsepnya sama pak Bos?"
Faris menggelengkan kepalanya, "Diterima kok, Kita bisa pakai konsep ini mulai sekarang."
Nisa terlihat senang, "Wah beneran mas? Padahal biasanya Pak Bos orangnya susah lho, apa karena Mas ini saudaranya jadi dia tunduk ya?" tebak Nisa.
"Susah gimana?" Faris mulai penasaran.
"Ya susah, misal kita ada konsep baru jarang banget langsung diterima."
"Tapi tadi langsung diterima." kata Faris.
"Mungkin konsepnya memang bagus atau karena Mas saudaranya jadi nggak dipersulit," kata Nisa lalu tertawa.
"Atau mungkin agar aku tutup mulut." celetik Faris membuat mata Nisa melotot.
"Jangan jangan mas lihat..." Nisa langsung membungkam mulutnya.
"Apa kamu juga tahu?"
Nisa menghela nafas panjang, "Semua orang dikantor juga tahu mas."
"Dan kalian cuma diam saja? Nggak ada yang berani ngadu ke istrinya Mas Rizal?"
Nisa tertawa, "Gila kali kita mau ngadu, bisa bisa dipecat. Lagian orang kantor ini pada cuek mas nggak mau ikut ikutan masalah rumah tangga orang."
Faris terdiam mencerna ucapan Nisa yang memang benar. Jika ada yang mengadukan hal seperti ini sama saja membuat masalah. cari aman memang penting agar tetap bisa bekerja dan mendapatkan uang meskipun dengan membutakan mata dan juga hati.
"Padahal istrinya cantik mas, spek bidadari tapi perjodohan bakal kalah sama cinta pertama." kata Nisa.
"Perjodohan? Jadi Mas Rizal nikah sama Mbak Vanes karena dijodohkan?"
Nisa menatap Faris dengan keheranan, "Katanya Mas ini saudaranya masa nggak tahu kalau Pak Rizal nikah karena dijodohin?"
"Nggak tahu, kami saudara jauh. Aku juga tinggal dikampung, jarang ketemu sama Mas Rizal."
Nisa berohh ria, "Pantas saja tidak tahu kalau Pak Rizal dijodohin."
"Sudahlah mas, lebih baik sekarang kita ke kantin buat makan siang dari pada ghibahin Pak Rizal malah bikin dosa tambah laper lagi." kata Nisa sambil tertawa.
Faris akhirnya mengikuti Nisa pergi ke kantin dan karena belum memiliki teman, Faris memilih duduk semeja dengan Nisa.
"Noh liat mas, dikantin aja mereka berduaan." cibir Nisa sambil mengode mata ke arah samping dimana Rizal tengah makan bersama Mira.
Faris menggelengkan kepalanya tak percaya, "Gila memang."
"Saran aku mas, mendingan pura pura nggak tahu saja." kata Nisa.
Faris mengangguk setuju, kembali melajutkan makan siangnya tanpa memperdulikan Rizal dan Mira yang bermesraan ditempat umum.
Hari pertama bekerja, Faris diharuskan lembur untuk menyelesaikan konsep yang Ia buat.
"Mas mau bikinin kopi?" tawar Nisa.
"Gratis nggak?" tanya Faris yang memang tengah menghemat pengeluaran.
Nisa tertawa, "Gratislah, kan bikin didapur kantor kalau beli dikafe baru bayar."
"Boleh deh kalau gratis biar nggak ngantuk." kata Faris yang langsung diangguki oleh Nisa.
Tak berapa lama, Nisa masuk dengan membawa 2 cangkir kopi panas. "Ternyata Pak Bos sama Asisten gatelnya juga lembur tuh." kata Nisa.
Faris menghela nafas panjang, "Tadi siang kamu ngelarang buat ghibah dan sekarang kamu malah mau ngajakin ghibah lagi."
Nisa tertawa, "Duh, ampun deh mas."
Keduanya kembali bekerja, namun Nisa yang memang orangnya bawel terlihat sesekali menggoda Faris dengan beberapa pertanyaan.
"Jadi umurnya mas Faris baru 22 ya? Wah kita seumuran dong."
"Kita seumuran tapi kok kamu sudah kerja disini 1 tahun?" heran Faris.
"Ya kan aku cuma D3 mas nggak S1."
Faris hanya berohh ria.
"Mas Faris udah punya pacar belum?"
Faris tertawa, "Belum pernah pacaran sama sekali."
Nisa menatap tak percaya, "Bohong, masa seganteng ini belum pernah pacaran!"
"Ee dibilangin ngeyel." balas Faris tanpa menatap Nisa karena matanya sibuk melihat ke layar monitor.
Nisa tersenyum genit, "Kalau gitu jadi pacar aku mau nggak mas?"
Seketika Faris tersedak, padahal Ia sedang tidak makan atau minum apapun. Faris menatap Nisa tak percaya.
Belum sempat menjawab, pintu ruangan terbuka mengejutkan Faris dan Nisa.
Rizal tampak memasuki ruangan dan meletakan kunci mobil dimeja Faris, "Pak Seto(sopir pribadi Rizal) sudah pulang jadi kamu pulang sendiri pakai mobil kantor ya?"
Faris terlihat bengong, "Emang Mas nggak pulang?"
"Enggak, ada banyak kerjaan jadi harus nginep kantor. kamu pulang sendiri ya." kata Rizal lalu keluar dari ruangan Faris.
"Halah alasan saja itu mah paling mau berduaan sama si gadis gatel." cibir Nisa saat Rizal sudah keluar.
Faris menatap pintu ruangan yang sudah tertutup dengan tatapan mata kosong.
"Tidak pulang? Apa sering seperti ini?''
Bersambung...
Jangan lupa like vote dan komeen
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trussehat
2024-03-31
0
Ayala Putra
kasian istrinya 😭
2024-01-27
0
Nendah Wenda
aduh ada aja laki laki seperti itu
2023-10-18
0