Faris keluar dari mobil, menutup pintu mobilnya, berjalan menuju pintu utama rumah Rizal. Baru ingin menekan bel, pintu sudah terbuka dan Vanes berdiri didepan Faris, baru saja membuka pintu.
Raut wajah Vanes terlihat datar, bisa dikatakan tanpa ekspresi.
"Mas Rizal lembur trus nggak pulang mbak." kata Faris.
"Ohh ya sudah." kata Vanes masih dengan raut yang sama, berbalik meninggalkan Faris namun baru beberapa langkah, Vanes menghentikan langkah kakinya, "Makan malam sudah siap, makan saja, aku sudah makan." kata Vanes lalu menaiki tangga menuju kamarnya, meninggalkan Faris yang masih termenung, berdiri ditempatnya.
Faris menghela nafas panjang, jujur Ia merasa tidak nyaman dengan posisinya sekarang.
Disatu sisi Ia merasa kasihan dengan Vanes disisi lain Ia juga tak mungkin menasehati Rizal.
Ah sudahlah, Ia pura pura bodoh saja dari pada tertekan dengan keadaan pikir Faris.
Setelah mandi, Faris pergi ke meja makan untuk makan malam. Disana ada Bik Sri yang tengah membereskan dapur.
"Tuan tidak pulang lagi ya Den?" tanya Bik Sri.
Faris menggelengkan kepalanya, "Iya Bik, ada pekerjaan yang harus diselesaikan malam ini."
Bik Sri berohh ria lalu berjalan mendekati Faris, "Menurut Aden, apa Tuan punya wanita lain?"
Faris langsung saja tersedak mendengar pertanyaan Bik Sri, "Aku tidak tahu Bik." balas Faris pura pura acuh.
"Semoga saja tidak ya Den, kasihan Non Vanes." kata Bik Sri lagi.
Faris hanya mengangguk, rasa bersalahnya semakin terasa karena Ia mengetahui segalanya dan tak bisa berbuat apapun.
"Jika saja ada tawaran pekerjaan lain dengan gaji yang sama, lebih baik aku pergi dari pada tersiksa disini." gumam Faris mengacak rambutnya frustasi.
Sementara itu dikantor, Rizal masih sibuk menatap layar laptopnya. Mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, matanya langsung menatap ke arah kamar mandi dimana Mira baru saja keluar dari sana.
Dengan dress satin tipis yang memperlihatkan lekuk tubuhnya membuat Rizal tergoda.
Rizal meninggalkan pekerjaannya, berjalan mendekati Mira dan langsung memeluk tubuh gadis itu.
"Mandilah lebih dulu." pinta Mira.
"Apa aku bau?"
Mira tertawa, "Tidak bau, hanya saja akan lebih segar jika sudah mandi."
Rizal melepaskan pelukan Mira, "Baiklah baiklah, aku akan mandi. Tunggu aku diranjang kita. Aku tidak akan membiarkan mu tidur lebih awal malam ini!"
Mira tersenyum nakal, "Aku menunggu sentuhanmu baby."
Rizal sudah memasuki kamar mandi sementara Mira masuk keruangan pribadi Rizal. Ruangan pribadi yang memang sengaja dibuat oleh Rizal untuk mereka berdua. Ruangan pribadi itu seperti kamar, ada ranjang, sofa, televisi juga meja rias tak lupa ada lemari untuk menyimpan baju ganti mereka.
"Aku memang tidak bisa menikah denganmu, tapi raga dan hatimu hanya milik ku." gumam Mira lalu tertawa.
Tak berapa lama, Rizal memasuki ruangan pribadinya, Ia hanya memakai handuk yang terlilit dipinggang. Menatap Mira nakal, seolah tak sabar ingin menyantap gadis itu.
"Kau selalu nikmat baby." ucap Rizal disela sela permainan mereka.
"Apa aku lebih nikmat dari istrimu?"
Rizal tertawa, "Aku bahkan belum pernah menyentuh istriku."
"Aku tidak percaya, istrimu sangat cantik, bagaimana mungkin kau-" Mira tak melanjutkan ucapannya karena Rizal langsung membungkam mulutnya dengan ciuman.
"Apa kau masih tak percaya padaku huh?" tanya Rizal dengan tatapan kesal.
"Baiklah aku percaya," Balas Mira mengalungkan kedua tangannya dileher Mira lalu mengeluarkan suara keras penuh kenikmatan.
"Bagaimana kalau sepupumu itu mengadu pada Ibumu?" tanya Mira saat permainan panas mereka sudah berakhir.
"Tidak akan, aku bisa menjamin itu."
"Aku hanya takut hubungan kita-" ucapan Mira kembali terhenti saat Rizal menutup bibir Mira dengan jarinya.
"Jika orangtuaku tahu, kita bisa menikah."
"Dan kamu akan menceraikan istrimu?" tanya Mira dengan senyum mengembang.
Rizal menganggukan kepalanya, "kau sudah tahu alasanku menikah dengan Vanes, kenapa harus selalu cemburu dan mempermasalahkannya?"
Mira memanyunkan bibirnya, "Aku hanya takut kau jatuh cinta dengan istrimu lalu mencampakan aku."
Rizal tertawa lalu memeluk Mira, "Itu tidak akan mungkin terjadi sayang, kau cinta pertamaku dan aku pastikan akan jadi cinta terakhirku."
Mira tersenyum puas, Ia berjanji pada dirinya tidak akan melepaskan Rizal sampai kapanpun.
...****************...
Seperti biasa, tengah malam Faris terbangun dengan tenggorokan kering. Ia beranjak dari ranjang lalu pergi ke dapur untuk mengambil air minum.
Lagi lagi Faris berpapasan dengan Vanes namun kali ini gadis itu sudah berada didapur lebih dulu sedang memotong buah. Seperti biasa Vanes terlihat sangat cantik meski bangun tidur, memakai piyama pendek, kulit putih mulus terlihat menggoda mata Faris.
"Masak mbak?" tanya Faris mengejutkan Vanes.
"Kenapa bangun?" Vanes malah balik bertanya.
"Mau ambil minum, haus." balas Faris.
"Harusnya sebelum tidur kamu bawa minuman ke kamar." kata Vanes.
Faris tersenyum, "Lupa tadi mbak."
"Aku lagi bikin salad buah, mau?" tawar Vanes.
Faris menggelengkan kepalanya, "Kenapa tengah malam begini mbak bikin salad buahnya?"
Vanes menatap Faris datar, "Nggak bisa tidur." lalu Vanes melanjutkan memotong buah.
Faris menghela nafas panjang, Ia merasa tahu alasan Vanes tidak bisa tidur, pasti karena Rizal tidak pulang. Dirumah Vanes menunggu Rizal padahal yang ditunggu mungkin sekarang sedang asyik berduaan dengan kekasih gelapnya, sungguh menyakitkan pikir Faris.
"Aku balik tidur ya mbak." pamit Faris tak ingin melihat wajah sedih Vanes terlalu lama.
Faris menunggu Vanes menjawab, namun gadis itu tak menjawab, hanya menganggukan kepalanya.
Faris kembali ke kamarnya, perasaan bersalahnya kembali mencuat.
Ia bertanya tanya pada dirinya sendiri, jika Ia mengadukan perselingkuhan Rizal apa yang akan terjadi? Apa Vanes akan menceraikan Rizal atau mungkin... Faris menggelengkan kepalanya, "Tidak Ris, itu bukan urusanmu. biarkan saja mereka mau melakukan apa, jangan terlalu peduli." gumam Faris lalu meneguk minumannya hingga habis dan kembali tidur.
Paginya, Faris sarapan bersama Vanes. sekarang Ia sudah tidak canggung lagi saat bersama Vanes meskipun keduanya sarapan bersama tanpa ada obrolan sama sekali.
"Mau nitip sarapan buat Mas Rizal." kata Vanes saat Faris akan berangkat.
Faris menunggu Vanes yang tengah menyiapkan bekal sarapan untuk Rizal.
Saat Faris tengah memainkan ponselnya, ada panggilan dari Rizal.
"Ris tolong bawain setelan baju warna biru yang ada dilemari kamar." pinta Rizal.
Belum sempat Faris menjawab, panggilan sudah diakhiri oleh Rizal.
"Mbak, Mas Rizal suruh bawain setelan baju warna biru." adu Faris pada Vanes yang belum selesai menyiapkan bekal.
"Ambil saja dikamarnya."
Faris langsung saja melongo mendengar ucapan Vanes, bagaimana bisa dia diminta membuka lemari pasutri.
Vanes yang mengerti kebingungan Faris meminta Bik Sri mengantarkan Faris ke kamar atas.
"Tuan dan Nyonya nggak sekamar Den, ini kamar Tuan dan sebelahnya lagi kamar Nyonya." jelas Bik Sri yang lagi lagi membuat Faris terkejut.
Tidak hanya berselingkuh, Rizal bahkan juga tidak sekamar dengan istrinya.
Apa ini menandakan jika Vanes sama sekali belum disentuh oleh Rizal?
Faris memukul kepalanya sendiri, Ia benar benar tidak bisa berpikir waras saat ini.
Bersambung...
Jangan lupa like vote dan komen yaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
σƈα
uhuy vanes buat kamu riss📢📢📢
2025-03-09
0
Fifid Dwi Ariyani
trussabar
2024-03-31
0
Nendah Wenda
jadi kasihan sama vanes
2023-10-18
1