Faris melajukan mobilnya meninggalkan rumah Rizal. Pikirannya berkecambuk memikirkan tentang rumah tangga Rizal yang berbeda, tidak seperti rumah tangga pasutri pada umumnya.
Faris ingat betul, 6 bulan yang lalu Ia menghadiri pernikahan Rizal dan Vanes. Waktu itu Faris bisa melihat raut bahagia dari wajah pasutri itu tapi siapa sangka pernikahan mereka akan berakhir seperti ini.
"Bawain bekal buat aku ya mas?" suara cempreng Nisa membuyarkan lamunan Faris.
Baru saja Faris sampai dikantor dan sudah ditunggu Nisa disana.
Nisa menatap ke arah rantang yang dibawa Faris dengan paper bag berisi baju ganti Rizal.
"Bukan buat kamu tapi buat Mas Rizal dari istrinya." balas Faris dengan tatapan malas.
Nisa berdecak, "Istrinya Pak Rizal nggak tau kalau Pak Rizal main serong, coba aja tahu, nggak mungkin dibawain bekal kayak gini padahal suaminya nggak pulang!" celetuk Nisa dengan wajah julidnya.
"Pagi pagi udah ngajakin Ghibah?" cibir Faris yang langsung membuat Nisa tergelak.
Faris segera menuju ruangan Rizal, tak lupa Ia mengetuk pintu dan menunggu Rizal mengizinkan dirinya masuk. Faris tidak mau jika sampai melihat Rizal bercumbu dengan kekasih gelapnya seperti kemarin.
"Masuk!" suara bariton Rizal terdengar, Faris membuka pintunya.
Faris melihat kearah Rizal yang kini berdiri disamping meja kerjanya masih mengenakan jubah mandi, tengah asyik menatap layar ponselnya.
"Bajunya nggak lupa kan?" tanya Rizal menatap Faris dengan wajah tersenyum.
"Enggak mas, ini aku bawain kok." Faris meletakan Paper bag dan rantang dimeja, "Dibawain sarapan juga sama Mbak Vanes."
"Kebetulan aku sama Mira juga belum sarapan."
Deg... lagi lagi Faris merasa sakit hati dengan ucapan Rizal.
"Gila emang, makan masakan istri bareng selingkuhan. nggak bisa bayangin gimana sakitnya Mbak Vanes kalau tahu tentang ini." batin Faris.
Pintu kamar mandi terbuka, Faris melihat Mira keluar dari sana dan mengenakan jubah yang sama dengan Rizal.
Tak ingin menganggu, Faris akhirnya pamit keluar dari ruangan Rizal.
"Makasih ya Ris." ucap Rizal.
Faris tak menjawab, hanya mengangguk dan langsung keluar.
Faris tak langsung keruangannya, Ia mampir sebentar kekamar mandi untuk meraup wajahnya.
Faris masuk keruangannya, melihat Nisa tengah menata berkas dimejanya.
"Abis ini kita disuruh ikut meeting mas."
Faris mengangguk, "Bawa apa?"
"Buku sama pulpen aja buat nulis kalau ada yang penting."
"Kalau nggak penting?" tanya Faris yang langsung disambut gelak tawa Nisa.
"Rasa rasanya ada yang lagi kesel nih." goda Nisa.
Faris menghela nafas panjang, "Emang keliatan banget ya Nis?"
Nisa mengangguk, "Kesel karena apa mas? Jangan jangan mas suka ya sama si cewek gatel itu jadi cemburu kalau lihat Pak Rizal sama Mira." tebak Nisa menambah kekesalan Faris.
"Mendingan diem deh Ris, dari pada tambah bikin kesel!"
"Duh maaf pak Bos, jangan marah dong nanti gantengnya ilang loh!" goda Nisa.
Faris tak mengubris, Ia hanya diam saja. Candaan Nisa sama sekali tak menghiburnya.
"Lagian si Mira itu nggak cantik tapi banyak banget cowok yang naksir sama dia." gerutu Nisa yang bisa didengar oleh Faris.
"Ada berapa banyak?" Faris akhirnya penasaran.
"Dih, tadi aja ngambek sekarang kepo kan?"
Faris kembali kesal dan akhirnya memilih diam, Nisa yang berhasil mengerjai Faris pun terbahak. Merasa sangat puas.
Faris dan Nisa berjalan menuju ruang meeting yang akan dimulai sebentar lagi.
"Mas, lihat itu cowok yang pakai kemeja warna cream, itu juga suka sama Mira." bisik Nisa.
Karena penasaran, mau tak mau Faris melihat ke arah pria berbaju cream.
"Tampan, lebih tampan dari Mas Rizal." batin Faris.
"Dia memang tampan tapi kalah kaya jadi Mira lebih milih Pak Rizal meskipun cuma jadi simpanan." kata Nisa seolah tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Faris.
Keduanya memasuki ruang meeting, dimana para manager disetiap bagian ikut andil berada diruangan itu.
Tampak Rizal berada dibagian depan didampingi Mira yang kini sudah terbalut pakaian rapi nan seksi dengan riasan make up tebal.
Setiap orang mengajukan pendapat mereka tentang proyek baru yang akan mulai dijalankan namun tidak satupun ide mereka diterima oleh Rizal.
Hanya ide dari Mira yang langsung disetujui oleh Rizal.
Nampak banyak yang terlihat kecewa dengan sikap Rizal namun tidak ada yang berani protes.
"Lihat sendiri kan Mas gimana sikap Pak Rizal? kenapa juga harus diadakan meeting kalau tidak ada saran yang diterima!" omel Nisa sepanjang perjalanan kembali keruangan.
"Harusnya Pak Rizal meeting sendiri saja sama Mira." tambah Nisa.
"Nis, dari pada kamu ngomel nggak jelas gini mendingan keluar beli es coklat biar adem pikirannya." saran Faris tak ingin mendengar omelan dari lebih lanjut.
Sontak Nisa tertawa, "Kalau dibeliin mas mau deh."
Faris menghela nafas panjang, "Nggak ada duit aku."
Nisa menutup bibirnya menggunakan tangan, "Canda kok mas, ya udah aku keluar dulu ya mas." kata Nisa langsung pergi begitu saja meninggalkan Faris.
Faris hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Nisa.
Dan ternyata tidak hanya Nisa yang membicarakan tentang Rizal. Saat Faris melewati ruangan lain, mereka juga sedang membicarakan tentang Rizal dan Mira.
Lagi lagi Faris hanya bisa menghela nafas panjang dan kembali keruangannya.
Tak berapa lama, Nisa kembali dengan membawa 2 cup es coklat.
"Buat mas satu." kata Nisa sambil menyodorkan es coklat didepan Faris.
Faris berdecak, "Kenapa aku juga dibeliin padahal nggak minta."
Nisa tersenyum, "Biar pikirannya adem mas, aku tahu Mas Faris pasti juga kesel ngeliat kelakuan Pak Rizal."
Faris tersenyum hambar lalu menyeruput es coklatnya, "Besok kalau aku udah gajian, gantian deh aku yang traktir kamu."
Nisa tersenyum mengembang, "Tapi aku nggak mau ditraktir es coklat, maunya yang lain."
Faris mengangguk lalu kembali menyeruput es coklatnya hingga habis.
Jam pulang kantor tiba, hari ini Faris pulang lebih awal dari kemarin dan kali ini Faris pulang bersama Rizal.
"Pulang awal karena habis ini mau datang ke pesta salah satu klien, mau ikut nggak Ris?" tawar Rizal saat keduanya sudah berada dimobil.
"Enggak mas, aku jaga rumah aja." balas Faris, mengingat Ia sedikit lelah jadi memilih untuk istirahat saja.
"Yakin? Ntar nyesel loh. Disana banyak cewek cantik."
Faris tertawa, "Yakin mas, mau fokus sama tujuan awal dulu ntar kalau udah jatuh cinta suka susah gapai cita citanya."
Kini giliran Rizal yang tertawa, hanya tertawa tanpa membalas apapun.
Keduanya keluar dari mobil setelah sampai dirumah, terlihat Vanes sudah menunggu didepan pintu.
"Aku sudah buatkan makan malam mas." kata Vanes sambil menatap Rizal namun Rizal terlihat acuh dan melewati Vanes begitu saja tanpa menjawab ucapan Vanes.
Faris yang masih berdiri disana ikut merasakan sakit hati karena sikap acuh Rizal pada Vanes yang tak mendapatkan respon dari Rizal.
Vanes berbalik menatap Faris dengan senyuman menyakitkan, "Makan malam sudah siap, jangan lupa makan yang banyak." kata Vanes sebelum akhirnya gadis itu mengikuti langkah kaki Rizal, naik ke atas kamarnya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
σƈα
semangat ya vanes
2025-03-14
0
Fifid Dwi Ariyani
trussemsngst
2024-03-31
0
Nendah Wenda
lanjut thor 👍
2023-10-18
0