Justin memahaminya perkataan Jihan, keinginannya belajar mengaji semakin kuat, dan ia berniat akan mencari guru ngaji.
"Coba baca lagi dong biar aku lebih paham, tapi buka cadar kamu sebentar biar aku tahu pelajaran dari ucapan bibir kamu tentang huruf hijaiyah, sekaligus ingin melihat salah satu mahakarya Allah yang menciptakan senyum manis kamu itu" Justin mulai menyanjung.
"Duh, mulai lagi deh. Gak usah gitu, aku gak butuh sanjungan" elak Jihan
"Yang kamu butuhin pasti kasih sayang dari aku kan? Bukan gitu Bu Ustadzah, hehe ..."
"Eleh.. apaan sih kamu"
Jihan lalu melempari Justin dengan daun-daun kecil hiasan yang menempel di saung, mereka pun larut dalam kemesraan canda.
"Kamu ini ya, nakal, hihihi"
"Jihan, udah dong, Iya ampun deh!"
Sejenak candaan mereka terhenti, Justin menatap serius wajah Jihan yang tertutup cadar, ia mulai berkata serius.
Jujur aku cinta kamu, Jihan. Meski aku belum pernah ngeliat wajah kamu tapi aku udah ngerasa nyaman banget sama kamu. Karena aku mencintai kamu bukan karena nafsu, tapi karena Allah yang memberikan seorang bidadari surga terlepas buat aku, yaitu kamu! jihan Zaitunnisa"
Jihan menunduk, sebenarnya ia pun ada getaran cinta kepada Justin, tapi kembali ia selalu mentaati agama.
"Jangan ucapkan cinta kepada ku Jus, aku gak mau pacaran, Kita jalani aja dulu seperti ini" Tutur Jihan
Justin tersenyum, Hatinya sangat bahagia, baginya ucapan Jihan tadi adalah harapan yang terindah.
Hari pun makin sore, Justin memutus kan untuk pulang dan gak mau menganggu Jihan karena bentar lagi adzan sholat ashar.
"Aku pulang dulu ya, assalamualaikum ukhty"
"Wa'alaikumussalam akhi" balas Jihan
Justin pun pergi menuju jalan pulang.
Justin kini tak pernah meninggalkan sholat lima waktu, baginya kerugian besar bila tidak menjalani satu waktu saja. Justin emang dari dulu bisa sholat, karena waktu SD, SMP, SMA, ia belajar agama yang mempelajari tentang sholat, tapi sayang nya dia dulu tidak pernah menjalan kan sholat, jangan kan lima waktu, sewaktu pun jarang, berbeda dengan sekarang, ia selalu taati menjalan kan ibadah sholat.
Suatu keuntungan besar bagi nya setelah bertemu Jihan. Justin sekarang juga rajin membersihkan ruko tempat ia tinggal, ia mulai patuh dengan pepatah "kebersihan Sebagian Dari Iman."
Ia juga rajin bekerja dengan hasil keringat nya sendiri, kerja yang halal, dan benar benar tak mau malakin orang lagi. Justin kini tengah berguru dengan seorang Ustad sekitaran daerah itu yang bernama Ustadz Rudi yang juga berpropesi sebagai guru mengaji anak-anak muda disitu. Kini teman-teman Justin bukan lagi anak-anak nakal atau brandalan lagi tapi orang-orang panda ngaji dan taat akan agama.
Hari ini Justin sedang libur bekerja, ia meluangkan waktunya dengan berdzikir dan merindukan Jihan. Selang beberapa lama dua orang lelaki dan satu orang perempuan muda yang cantik dan eksotis mendatangi ruko, lalu seseorang mengetuk pintu ruko itu. Bayangan rindu Justin mendadak buyar ketika ia mendengar suara ketukan pintu teralis besi.
Justin terkejut pas ia membukakan pintu teralis besi. Orang yang datang itu adalah Febian yang tak lain adalah kakak kandung Justin sendiri, ia bersama Cici seorang gadis yang selama ini mengejar-ngejar Justin, tapi Justin hanya menganggap dia sebatas saudara jauh, mereka memang sudah di jodohkan dari kecil dan sempat pacaran.
Justin adalah seorang anak pengusaha tekstil yang sukses, keluarga mereka termasuk keluarga yang berada. Orang yang datang satu lagi adalah salah satu anak buah Justin yang kabur dari bentrokan itu, dia adalah Joni, dia juga yang telah memberitahu Febian bahwa adiknya tinggal di sebuah ruko bekas itu.
"Justin...! Ayo pulang! Mama sekarang ada dirumah sakit, dia terus nyebut nama lu!" Ucap Febian.
Justin sontak kaget.
"Mama sakit apa, kak?"
"Jantungnya kumat! Ayo pulang dan kita kerumah sakit sekarang!" sahut Febian.
Justin pengen pulang dan menjeguk ibunya yang sakit tapi disisi lain Justin tak ingin meninggalkan waktu nya bersama Jihan, dia merasa kalo dia pulang dia akan jauh dari Jihan, dia merasa waktu nya akan berkurangsama Jihan dan apa lagi ditambah dia masih membenci kedua orang tuanya.
"Tumben, Mama nanyain aku, biasanya kakak yang selalu dimanja!" ketus Justin
"Justin! jangan banyak tanya, ayo pulang! Ngapain kamu disini? Udah tempatnya jelek, ruko bekas pula. Kamu malu-maluin keluarga kita aja!"
Cici mendekati Justin, Gadis itu mengharu tatapi wajah Justin.
"Justin ayo pulang, sekarang semua kangen sama kamu termasuk aku, kasihan Mama kamu!, Ayo pulang sekarang"
Justin memasang wajah kesal.
"Apa? Kangen? lu itu cewe penipu! Mana cowo lu yang kemaren? Pasti udah lu putusin, kan gara-gara lu udah morotin dia?!"
Cici menangis mendegar ucapan Justin, baginya ucapan Justin sangat menyakiti hatinya, tapi itu semua karena ulah dia sendiri, dan Cici yang pernah melukai hati Justin ini hanya bisa menyesali perbuatan nya.
"Justin kamu jangan jadi anak durhaka! Mama pengen ketemu kamu! Ayo dek sebelum terlambat! sambung Febian."
Justin terdiam sejenak, ia kembali mengingat pesan Jihan waktu malam itu (kita akan terganjal masuk surga bila dihati kita masih membenci orang tua kita sendiri).
Justin sadar lalu ia mengucap istighfar 3 kali dan akhirnya Justin mau menjenguk mamanya kerumah sakit.
Sesampai dirumah sakit, disana sudah ada Darmawan atau ayah Justin yang sedang menunggu istrinya. Darmawan yang melihat Justin udah datang langsung memeluk Justin, putranya yang selama ini menghilang dan ia merindukannya.
"Maafin papa Jus... selama ini papa udah nyia-nyian kamu. Sekarang cepat kamu tengok Mama kamu didalam, dia lagi butuh banget kamu!"
Justin lalu masuk keruangan ICU, ia melihat mamanya terbaring di sana, ia pun lari segera menghampiri nya, Justin lalu tak kuasa menahan tangisnya sambil memeluk Mamanya yang sedang koma.
"Mama! Ini Justin maa, Maafin Justin Ma!"
Herlina membuka kedua matanya, lalu mengelus-elus rambut putra bungsunya itu sambil bersimbah air mata.
"Justin...Akhirnya kamu pulang nak... maafin Mama sayang!, Mama sangat rindu sama kamu "
"Iya, Ma. Aku sayang Mama!, Aku juga rindu sama mama"
Justin pun larut dalam pelukan Herlina mamanya.
Ternyata pertemuan Justin dengan ibunya adalah pertemuan untuk yang terakhir kalinya. Herlina wafat dua jam kemudian, Isak tangis pilu melirih seisi ruangan. Justin beserta ayah dan kakaknya sedang dirundung duka yang sangat mendalam. Termasuk Cici yang ikut menyaksikan, pesan terakhir Herlina kepada Justin putranya adalah Justin harus menikahi Cici, pesan almarhumah adalah keramat yang harus di kabulkan.
Jangan lupa Like, Komen, Rate 5 dan Vote ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
🎤༈•⃟ᴋᴠ•`♨♠Echa🐞Jamilah🍄☯🎧
up
2022-03-16
0
Mei Hiat
cemangat
2021-10-22
1
Rey ՇɧeeՐՏ🍻🍒⨀⃝⃟⃞☯
semngatttt 😍
2021-10-04
2