Hari ini Haikal sudah boleh pulang dari rumah sakit tapi dia harus rutin check up setiap satu minggu sekali. Mahendra senang karena putranya sudah boleh pulang dia bahkan menyuruh semua pelayan untuk menghias rumah dan menyiapkan makanan istimewa untuk sang anak.
"Papa kita pulangnya kapan sih? kala udah bosen disini" Haikal.
"Sabar ya nak kan kata dokter tadi disuruh nunggu dulu soalnya dokter mau ambil sempel darah kala dulu" Mahendra.
''iya papa..." Haikal.
Mahendra sudah selesai menyeka dan menggantikan pakaian Haikal. Dokter pun datang dan mengambil sempel darah Haikal.
"Haikal sampai jumpa minggu depan ya" Hendery.
"iya om dokter" Haikal.
"tuan Mahendra silahkan bawa Haikal pulang semua pemeriksaan akhir sudah selesai, jangan lupa Haikal harus minun obat dengan teratur dan check up tepat waktu" Hendery.
"tentu dokter oh iya sebagai tanda terimakasih karena dokter sudah membantu anak saya untuk sembuh silahkan datang ke acara perayaan atas kesembuhan anak saya besok malam, dokter adalah tamu VIP kami" Mahendra.
"Terimakasih tuan akan saya usahakan untuk datang" Hendery.
"Yeay om dokter di undang juga... katanya om dokter punya anak seumuran kala, kan? ajak juga ya om biar main sama kala" Haikal.
"Benar dokter jangan lupa ajak keluarga anda... saya sangat berterimakasih jika bukan Karena kerja keras anda saya mungkin tidak bisa melihat senyuman Kala lagi" Mahendra.
"itu sudah menjadi tugas dan kewajiban saya sebagai dokter, selain itu tekat Haikal untuk sembuh sangat kuat makanya dia bisa bertahan dan pulih dengan baik" Hendery.
"Papa ayo pulang kala mau liat ikan hehehe" Haikal.
"Dokter kami permisi dulu... jangan lupa datang ke acaranya atau saya akan kirim orang untuk menjemput anda" Mahendra.
Hendery tertawa mendengar itu candaan Mahendra membuatnya sedikit lega karena ternyata Mahendra tidak semenyeramkan itu. Mahendra mendorong kursi roda Haikal hingga ke lobi rumah sakit, ternyata ada banyak wartawan disana yang ingin meliput dan menayai Haikal.
Arif dan anak buah Mahendra lainnya menghalangi wartawan agar tidak mendekati Haikal dan Mahendra.
"Papa..." Haikal terlihat takut dan tidak nyaman karena para wartawan itu terus saja membuat keributan dan mengambil foto mereka tanpa izin.
Mahendra menghentikan langkahnya dan mengangkat tubuh Haikal. Mahendra menggendong Haikal dan mendudukannya didalam mobil kemudian menghampiri oara wartawan itu.
"Tuan Mahendra apakah putra anda sudah sembuh? dan apakah anda akan mencabut tuntutan anda terhadap nyonya Lisa?" para Wartawan itu mengajukan pertanyaan yang sama secara berulang.
"Atas do'a dan dukungan semua orang anak saya sudah sembuh, saya berterimakasih kepada semua pihak yang sudah mendoakan putra saya... saya juga sangat berterimakasih kepada pihak rumah sakit ini karena sudah menangani anak saya dengan baik.
untuk masalah tuntutan jelas saya tidak akan mencabutnya. Saya tidak akan memaafkan apa lagi melepaskan orang yang sudah menyakiti anak saya begitu saja" Mahendra.
"Tapi tuan apa anda sudah mendengar berita jika ibunda nyonya Lisa saat ini jatuh sakit karena stress memikirkan keluarganya? apa anda tidak kasihan?" Wartawan.
"Saya belum tau tentang berita itu dan mengenai rasa kasihan akan saya balik saja pertanyaannya, bagaimana jika anak anda ada diposisi anak saya? koma selama dua minggu, mengalami trauma yang berat, bahkan hampir tiada apa kalian akan mengasihani keluarga pelaku atau mengasihani anak kalian sendiri?" Mahendra.
Dengan satu pertanyaan dari Mahendra semua wartawan itu terdiam. Mahendra kemudian berlalu pergi masuk ke dalam mobil dan langsung dipeluk oleh Haikal.
"Kala lihat papa..." Mahendra mengangkat dagu Haikal pelan agar sang anak menatap dirinya.
"mulai sekarang Kala harus hati hati sama siapapun itu, kalau ada yang ngajak kala pergi kamu harus nolak dan izin dulu sama papa... kalau kamu dipaksa ikut teriak minta tolong jangan takut, kala ngerti?" Mahendra menasehati anaknya karena dia tidak mau dua kejadian penculikan Haikal sebelumnya terulang kembali.
"Iya pah kala ngerti... Kala janji akan nurut sama papa dan gak akan ikut sama siapapun yang ngajak kala" Haikal.
Mahendra tersenyum lalu memeluk Haikal erat. Mereka terjebak macet saat perjalanan pulang itu sedikit menyebalkan untuk Haikal karena dia jadi bosan, tapi Mahendra membiarkan Haikal menonton kartun diponselnya agar sang anak tidak bosan lagi.
"Papa kenapa macet banget?" Haikal.
"gak tau nak biasanya jalan ke rumah kita tidak separah ini macetnya" Mahendra.
Arif menghubungi salah satu rekannya yang berada dimobil lain untuk mencari tau penyebab kemacetan ini dan memperkirakan kapan kemacetan ini akan selesai.
"Tuan menurut informasi didepan ada kecelakaan besar antara mobil dan bus karena itu terjadi kemacetan ini" Arif.
"Pah kala ngantuk ini hp papa kala mau tidur saja" Haikal.
"Iya kala tidur saja ya nanti kalau sudah sampai rumah papa bangunkan" Mahendra.
Haikal meletakan kepalanya dibangkuan Mahendra dan mulai tertidur.
"Arif apa kita bisa cari jalan lain? kalau kita terjebak lama disini kasihan kala" Mahendra.
"Akan saya usahakan tuan..." Arif.
Setelah dua jam terjebak macet akhirnya mereka bisa sampai ditumah dengan selamat. Mahendra menggendong Haikal yang masih tidur masuk ke dalam rumah, tanpa disangka didalam rumah ada tamu yang sudah menunggu mereka sejak tadi.
"Kau disini?" Mahendra berucap dengan datar.
"Aku baru saja kembali dari Kanada dan kau sudah membuat banyak sekali masalah" Sahut pria itu sembari berjalan menghampiri Mahendra.
"kalau mau berdebat lebih baik jangan sekarang, anakku sedang tidur aku tidak mau dia terbangun karena mu" Sahut Mahendra memperingatkan.
"Dia manis juga" Sahut pria itu ingin menyentuh Haikal tapi Mahendra langsung mundur beberapa langkah agar pria itu tidak bisa menyentuh Haikal yang ada digendongannya.
"Cuci tangan mu dengan bersih sebelum menyentuh anakku, dia baru saja sembuh aku tidak mau dia kena virus karena mu" Mahendra.
"Mahendra Wijaya aku ini kakak mu bodoh bukan pembawa virus!" Sahut pria itu.
Benar pria itu adalah Ganesa Wijaya kakak kandung Mahendra. berbeda dengan Mahendra yang melanjutkan perusahaan Wijaya sejak muda Ganesa adalah anak yang pembangkang dan memilih untuk mendirikan perusahaan sendiri.
Ganesa adalah anak pertama tuan Wijaya ayah mereka tapi hubungannya dengan sang ayah sangat buruk. Dia hanya menyayangi adik adiknya tapi membenci orang tuanya, alasannya adalah karena dia selalu dipaksa menjadi apa yang tidak dia inginkan.
Mahendra sebenarnya juga tidak suka dengan cara ayahnya mendidik mereka tapi dia masih kuat bertahan demi Raya adik bungsunya. Mahendra sendiri tidak mau menerapkan cara asuh ayah mereka kepada Haikal karena dia sadar itu dapat membuat anak anak kehilangan jati diri mereka.
"Jangan berteriak didepan anakku" Mahendra.
*Kretak!
''Argh!" Ganesa.
Mahendra sengaja menginjak kaki Ganesa dan berlalu pergi ke kamar Haikal. Ganesa yang kesakitan hanya bisa memegangi kakinya sembari merutuki adiknya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
ALVIN LEE
semagat
2023-04-08
1
hecanaeceh
dirayain dongg, biasa lah sultan
2023-04-08
4