setelah surat perjanjian bermatrai itu siap Mahendra menyuruh Niko dan Dewi tanda tangan. dengan berat hati Niko menandatangani surat itu.
"Di atm ini ada uang lima miliar lebih dan sandinya sudah saya tulis dikertas ini, silahkan ambil dan jangan ganggu Haikal lagi" Mahendra.
"Pak apa saya boleh menemui Haikal untuk terakhir kalinya?" Niko
"maaf sesuai perjanjian kalian tidak boleh menemui dia lagi, jika kalian melanggar perjanjian saya akan menuntut kalian" Mahendra dengan tegas menolak permintaan Niko.
"Udahlah pak ayo pulang" Dewi menarik paksa tangan sang suami dan membawanya pulang.
Mahendra pergi ke ruangan Haikal dan menatap nanar anak itu dari balik dinding kaca karena saat ini tidak ada yang boleh masuk ke dalam ruangan itu kecuali tim medis.
"Haikal anak kuat... bertahan ya nak" Mahendra.
tidak lama berselang Haikal kejang kejang dan keluar darah dari mulutnya dengan panik Mahendra memanggil dokter. Tim dokter menutup tirai pada dinding kaca dan menangani Haikal, Mahendra hanya bisa berdoa agar Haikal baik baik saja. bayangan kesedihan saat kehilangan adiknya dulu kembali muncul dibenak Mahendra.
*Ceklek
''Dokter?" Mahendra
"pasien sangat lemah tapi dia berhasil melewati masa kritisnya, tuan jangan khawatir saat ini pasien sedang disiapkan untuk dipindahkan ke ruang pemulihan" Dokter
"Dokter apa dia bisa sembuh?" Mahendra
"secara fisik bisa tapi secara psikis saya sarankan anda membawa pasien ke psikolog anak seusia dia mendapat perlakuan seburuk ini jelas bukan hal yang baik tuan" Dokter
"Saya mengerti dokter... terimakasih" Mahendra.
Haikal dipindahkan ke ruang pemulihan tapi sudah berjam jam Mahendra menunggu Haikal belum juga sadar. Mahendra yang lelah akhirnya ketiduran dikursi samping tempat tidur Haikal.
''tuan? maaf tuan?" Dokter membangunkan Mahendra karena kasihan melihat Mahendra yang sepertinya kelelahan.
''iya maaf dok saya ketuduran... bagaimana keadaannya dok?" Mahendra
"dia sudah membaik tuan tapi masih butuh waktu sampai dia bangun, harap bersabar" Dokter
"baik dokter terimakasih" Mahendra
Setelah dokter pergi Mahendra menyuruh anak buahnya untuk mengatu cuti panjang untuknya. Mahendra ingin fokus menjaga Haikal sampai Haikal sembuh.
Haikal terbangun dan melihat ke sekeliling ruangan, ruangan itu sangat mewah dan dipenuhi banyak balon dan mainan lucu. Mahendra sengaja menghias ruangan itu agar Haikal senang.
"Kala? hei kau sudah bangun nak?" Mahendra langsung menghampiri Haikal dan menekan bel disamping tempat tidur Haikal untuk memanggil dokter.
"om... kala dimana?" Haikal
"Kala dirumah sakit, kala sudah dua hari tidak sadar" Mahendra
Haikal teringat bagaimana dia disiksa oleh sang ibu. Haikal terdiam tapi air matanya jatuh begitu saja.
"Kala jangan nangis dong nak... lihat om beliin banyak balon buat kala tuh bagus kan?" Mahendra
''bapak mana?" Haikal
Sejenak Mahendra terdiam dan mengusap kepala Haikal lembut.
"Kala sekarang fokus untuk sembuh dulu ya... nanti om akan jelaskan semuanya sama kamu nak" Mahendra berbicara sangat lembut karena khawatir membuat Haikal takut.
Tim medis datang dan langsung memeriksa Haikal. Mahendra berdiri agak jauh memberikan ruang agar tim medis bisa leluasa melakukan tugasnya.
"Tuan Mahendra saat ini kondisi Haikal sudah stabil tapi untuk sementara dia tidak bisa makan makanan padat karena ada luka dilambungnya" Dokter
"Baik dokter" Mahendra
Mahendra tersenyum dan mengusap lembut pipi chubby Haikal.
"Om baik yang jagain kala selama dirumah sakit?" Haikal
"iya..." Mahendra
"Makasih om sudah nolong kala..." Haikal
"Haikal mulai sekarang jangan panggil om ya, panggilnya papa aja" Mahendra
"Maaf om tapi kala punya Bapak... nanti bapak marah kalau kala manggil om dengan sebutan papa" Haikal
"ya sudah kalau gitu sekarang Kala istirahat dulu ya, om mau nebus obat Haikal dulu" Mahendra
Haikal hanya mengangguk pelan Mahendra pergi untuk menebus obat Haikal yang direselkan oleh dokter. Karena bosan menunggu Mahendra yang lama menebus obatnya Haikal berusaha bangun meski semua badannya terasa sakit tapi dia tetap mencoba.
Haikal berhenti didekat pintu karena dia mendengar percakapan anak buah Mahendra yang sedang ditugaskan menjaga kamar Haikal.
"kasian ya Haikal dia dijual sama orang tuanya sendiri untung aja ada tuan Mahendra yang rela menolong dia dan menebus dia dari orang tuanya yang jahat itu"
"iya tega banget orang tuanya anak sendiri dijual demi uang lima miliar kalau gak ada tuan kita dia pasti udah gak selamat"
Mendengar percakapan kedua penjaga itu seketika dada Haikal terasa sesak dia jatuh terduduk didepan pintu, hatinya sakit tak menyangka jika orang tuanya tega menjual dirinya.
Mahendra yang baru saja kembali kaget melihat Haikal yang menangis sampai terisak dan terduduk dilantai.
"Kala kenapa? kala jawab om" Mahendra
Karena Haikal terus menangis dan tidak menjawab pertanyaan Mahendra tanpa pikir panjang Mahendra mengangkat Haikal dengan hati hati dan kembali mendudukannya ditempat tidur.
"Om hiks hiks apa benar orang tua kala ngejual kala? hiks hiks om jawab kala hiks hiks" Haikal
Mahendra terdiam dan menghapus air mata Haikal dengan lembut.
"Haikal mulai sekarang kamu akan tinggal sama om ya nak, Haikal jangan pikirin hal itu lagi sayang" Mahendra
"jadi bener orang tua kala ngejual kala? hiks hiks salah kala apa? hiks hiks hiks apa karena kala cacat?! kala juga gak mau cacat hiks hiks bapak maafin kala... kala juga gak mau cacat pak hiks hiks hiks" Haikal
Tak tega melihat Haikal yang terisak Mahendra memeluknya lembut penuh kasih sayang.
"Kala gak salah sayang... kala gak salah nak mulai saat ini kala gak boleh nyalahin diri sendiri lagi, kala lihat om... lihat om sayang" Mahendra melepas pelukannya pelan dan menangkup wajah Haikal.
"Hiks hiks kala gak mau sendirian... kala takut hiks hiks" Haikal
"Kamu gak sendirian sayang om ada disini om akan jaga kala om janji om gak akan pernah ninggalin kala" Mahendra
"Om kenapa kala dijual? hiks hiks hiks kala bukan barang, kala juga bukan hewan hiks hiks" Haikal
"Suht... anak baik jangan nangis lagi ya, om disini om akan jaga kala selamanya sekarang stop nangisnya" Mahendra menghapus air mata Haikal dengan lembut dan menyuruhnya kembali berbaring.
"om jangan pergi kala gak mau sendirian" Haikal
"iya om gak pergi kok kala mau minum?" Mahendra
Haikal hanya mengangguk pelan dengan telaten Mahendra menyuapi Haikal air putih menggunakan sendok secara perlahan.
"Kala lihat deh balonnya banyak kan? kala suka?" Mahendra
"om kala mau itu" Haikal menunjuk ke arah sebuah boneka kaktus Mahendra mengambilkan boneka itu dan memberikannya pada Haikal.
"Pencet ini deh" Mahendra
"ooo mama ooo papa" boneka itu bisa bersuara dan bergoyang membuat Haikal kembali tertawa.
"hihihi bonekanya bisa ngomong ya om..." Haikal
"iya lucu kan?" Mahendra
"iya hihihi" Haikal
"boneka ini dan semua mainan yang ada disini semuanya punya kala" Mahendra
''beneran om? semuanya buat aku?" Haikal
"iya semuanya buat kala" Mahendra
"makasih om baik" Haikal
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments