Mengerti

"oh gitu jadi sekarang anak itu jadi prioritas kamu? terus gimana sama pernikahan kita?! kamu lupa kalau kita harus nyiapin pernikahan kita?" Lisa

"Pernikahan kita akan tetap terlaksana kalau kamu bisa menerima Haikal!" Bentak Mahendra

Kali ini Mahendra benar benar terbawa emosi karena sejak tadi Lisa terus saja menyudutkannya dan menyalahkan Haikal. Mahendra bukan tipe orang yang suka membentak ataupun kasar, dia adalah tipe orang yang lembut, perhatian, dan penuh kasih sayang tapi jika dia marah maka semua sifat baiknya akan hilang.

"kamu ngebentak aku cuma gara gara anak itu? anak pungut itu?!" Lisa

"Anak pungut? siapa yang kamu sebut anak pungut? anak itu? Lisa dia punya nama! dan namanya itu Haikal bukan anak pungut!" Mahendra

"Kamu udah gila Hen!" Lisa

"Kamu yang gila! dari awal aku udah peringatin ke kamu jangan hina Haikal apa lagi sampai ngatain dia anak pungut. Kalau kamu mau marah silahkan marah ke aku tapi jangan ke dia... dia itu gak tau apa apa Lis" Mahendra

Mahendra dan Lisa masih terus beradu mulut sampai akhirnya Lisa marah dan pergi dari rumah Mahendra. Melihat itu Mahendra hanya bisa menghela nafas berat dan berusaha menenangkan dirinya.

Sementara itu Haikal terbangun dan ada Mina disampingnya. Mina memberi Haikal minum dan menyuruhnya mandi, setelah Haikal mandi dan ganti baju Mina membawa Haikal jalan jalan dihalaman belakang rumah dan melihat kolam ikan yang ada disana.

"Bi kenapa ikan ikannya gak dilepasin kan kasihan" Haikal

"semua Ikan ini sudah terbiasa hidup dikolam dan dikasih makan makanan yang bergizi nanti kalau dilepas terus mereka gak dapet makan kan kasihan" Mina

"ooo... gitu ya bi" Haikal

"iya..." Mina

"Bi perempuan yang tadi marah marah sama om itu siapa sih bi? kenapa om sama dia bertengkar?" Haikal

"itu nyonya Lisa calon istrinya tuan Mahendra, dia memang gitu suka marah marah tapi jangan takut kan ada bibi yang jagain tuan Haikal" Mina

"Eum kala gak takut kok karena ada om Mahen sama bi Mina yang akan selalu jagain kala" Haikal

Haikal memberi makan ikan ikan didalam kolam dia terlihat senang melihat ikan ikan itu berkerumun mengambil makanan yang ia berikan.

"Ikan kalian laper ya? makan yang banyak biar sehat ya ikan" Haikal.

Setelah memberi makan ikan Haikal duduk ditepi kolam. Dia memperhatikan semua ikan yang berenang kesana dan kemari.

"Tuan muda saya permisi sebentar ya saya harus menyiapkan sarapan, tuan muda jangan keluar dari area rumah" Mina

Haikal tersenyum dan mengngguk tanda mengerti. Haikal masih terus memperhatikan ikan ikan itu.

"Bi kala ada dimana?" Mahendra

"Tuan muda sedang melihat ikan dikolam belakang tuan" Mina

"ya sudah saya akan susul dia, bibi tolong buatkan jus buah untuk kala minum jus buah dipagi hari sangat baik untuk kesehatannya" Mahendra

"baik tuan" Mina

Mahendra menyusul Haikal tapi dia tidak langsung menghampiri Haikal awalnya dia memperhatikan Haikal dari jauh. Haikal kemudian melihat Mahendra dan tersenyum.

"Om lagi apa? sini om lihat ikan" Haikal

Mahendra tersenyum dan menghampiri anak polos itu.

"Kala sudah lama main disini?" Mahendra

"iya... dari tadi kala disini lihat ikan, tadi kala juga kasih makan ikan" Haikal

"Om ikannya banyak banget ya?" Sambung Haikal berucap sembari menatap ikan ikan itu.

"Haikal besok om ada banyak kerjaan om harus ke kantor dari pagi dan pulang malam, kamu dirumah sama bi Mina dan gak boleh nakal okay?" Mahendra

"tapi biasanya om pulang sore kok tumben om mau pulang malam, kerjaanya banyak banget ya om?" Haikal

"iya kerjaannya banyak. Om kerja juga buat Kala jadi kala jangan nakal ya dirumah, dengerin kata bi Mina biar om gak khawatir sama Kala dan bisa fokus kerja" Mahendra

Haikal hanya mengangguk dan tersenyum manis. Haikal kemudian beranjak dan menarik tangan Mahendra ke taman kecil yang ada dihalaman depan rumah mereka.

"Om kala mau belajar nanem bunga sama mang Asep, boleh ya?" Haikal

"Kala yakin? nanti kala capek loh" Mahendra

"enggak Om habis kala bosen kalau cuman diem aja dirumah" Haikal

"Kala mau sekolah gak?" Mahendra

Mendengar ucapan Mahendra membuat Haikal terdiam seribu bahasa. Anak itu menunduk dan memainkan ujung bajunya sebagai tanda jika saat ini dia gelisah dan merasa tidak nyaman.

"Kala pengen sekolah dan jadi orang sukses tapi kala tau biaya sekolah itu mahal, belum lagi kala tidak seperti anak anak lain...

kala gak mau bikin om malu karena nyekolahin kala" Haikal

Mendengar ucapan Haikal membuat Mahendra sedih. Mahendra mendekati Haikal dan mengangkat dagu Haikal pelan untuk menatap dirinya.

"kalau Kala mau sekolah om akan sekolahin Kala, kamu gak perlu mikirin hal kayak gitu kal... om masih mampu membiayai sekolah kamu, dan om gak perduli sama omongan orang yang om tau Haikal itu anak pintar dan om sayang sama Haikal udah itu aja" Mahendra

"Mau orang A sampai Z sekalipun itu gak merubah rasa sayang om sama kamu... ngerti?" sambung Mahendra berucap meyakinkan Haikal.

"Tapi gimana nanti kalau om diledekin karena kala cacat... kata kak Winda kala autis, kala bikin malu" Haikal

"No... kala itu istimewa dan om yakin kala itu hebat, om gak perduli soal omongan orang yang om pikirin sekarang adalah masa depan kamu" Mahendra

Haikal menatap mata Mahendra penuh arti, sejenak ia terdiam mempertimbangkan tawaran Mahendra.

"Iya om kala mau sekolah..." Haikal

Mahendra tersenyum bahagia dan mengusap puncak kepala Haikal lembut.

"anak hebat... besok om akan daftarin kala sekolah, gak usah khawatir om akan urus semuanya tugas kala cuma harus belajar dan bahagia okay?" Mahendra.

Haikal hanya mengangguk dan tersenyum meski memiliki kondisi yang tidak sempurna tapi kecerdasan Haikal juga tidak bisa diragukan. Dia anak yang cerdas dan mudah mengingat apa yang diajarkan kepadanya.

Mahendra mendaftarkan Haikal ke sekolah terbaik dikota mereka. Awalnya kepala sekolah menolak Haikal karena keterbatasan Haikal, tapi Mahendra terus bersikeras.

"Maaf tuan sekolah ini hanya menerima anak anak yang normal, untuk Haikal saya sarankan masukan saja dia ke sekolah anak berkebutuhan khusus" Ucap kepala sekola dengan tegas.

"Saya akan membayar tiga kali lipat dari biaya sekolah ini biasanya tapi tolong berikan kesempatan kepada Haikal, dia anak yang cerdas dan saya yakin dia bisa belajar dengan baik disini" Mahendra

"Tuan Mahendra ini bukan soal uang! ini adalah tentang anak anda yang berbeda dari anak didik kami yang lain, tolong tuan kami mohon pengertian anda" Sahut kepala sekolah itu kembali menolak.

Terpopuler

Comments

Nukiati Falza

Nukiati Falza

wow. mahen

2023-04-10

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 80 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!