"Papa hiks hiks kala mau sama papa aja hiks hiks hiks" Haikal menangis tersedu sedu dipelukan Mahendra.
Mahendra menatap Niko tajam dia melepaskan peluka Haikal pelan dan menangkup wajah sang anak.
"Kala anak pintar kesayangan papa, sekarang Kala tutup mata dan juga telinga Kala... jangan dibuka sampai papa yang nyuruh" Mahendra.
"Hiks hiks i-iya pah" Haikal menuruti ucapan Mahendra. Haikal menutup rapat rapat matanya dan menutup telinganya menggunakan dua tangan.
Mahendra mendekati Niko dan langsung mencengkram tengkuk Niko sekuat tenaga. Mahendra menyeret Niko keluar dati ruangan Haikal.
Niko berusaha berontak tapi tenaganya kalah kuat dari Mahendra. Dengan wajah datar dan tatapan mata dingin Mahendra membawa Niko ke atap gedung rumah sakit, Mahendra menghempaskan Niko ke lantai sampai tersungkur.
"Aku sudah katakan pada mu baik baik... jangan temui anakku lagi" Mahendra berucap datar sambil menggulung lengan bajunya.
"Tapi dia adalah anakku! anak kandung ku!" Niko.
"kau lupa perjanjiannya? asal kau tau Haikal sudah sah menjadi anakku secara hukum, dan secara hukum kau sudah tidak memiliki hak atas Haikal" Mahendra.
"Meskipun dimata hukum dia sudah menjadi anak mu tapi hubungan darah tkdak bisa diputuskan!" Niko.
"Kata siapa? kau tau gedung ini memiliki 30 lantai... dan kalau aku melempar mu dari sini kau akan langsung mati setelah itu secara otomatis hubungan darah mu dan Haikal akan langsung terputus" Mahendra berucap dengan wajah yang dihiasi senyuman dingin penuh arti.
saat ini Niko dibuat ketakutan dengan ekspresi wajah Mahendra. Senyuman diwajah Mahendra tidak menunjukan keramahan sama sekali yang ada malah menunjukan kemarahan.
"Ka-kau akan membunuh ku?!" Niko bertanya dengan suara gemetar ketakutan.
"kenapa tuan Niko apa kau takut? begini saja coba kau pilih... kau mati mengenaskan karena jatuh dari atap gedung 30 lantai ini atau menjauhi putra ku?" Mahendra.
"A-Aku" Niko sangat takut sampai tidak bisa mengatakan apapun, dia semakin takut saat Mahendra mengeluarkan pisau lipat dari dalam sakunya.
Arif yang menyusul Mahendra melihat semua itu. Arif hanya memperhatikan dan menjaga jarak untuk menunggu perintah.
Mahendra berjongkok didepan Niko dan meletakan ujung pisau itu dileher Niko.
''Kau mau pergi atau mati?" Mahendra.
"Ba-baik aku pergi, aku pergi" Niko menjawab dengan terbata bata.
Mahendra kembali menunjukan senyum Smirknya.
"Arif keluarkan ponsel mu dan rekam ini" Mahendra mulai memberikan perintah dan Arif menurutinya.
Mahendra menaruh pisau itu ditangan Niko dan membuat tangan Niko menggengam piasu itu.
*Sret!
Niko dan Arif sama sama terkejut dengan apa yang dilakukan Mahendra. Karena setelah Niko menggengam pisau itu Mahendra mengarahkan tangan Niko untuk melukai dirinya all hasil dividio yang direkam oleh Arif terlihat seakan Niko yang melukai tangan Mahendra. Mahendra tersenyum puas dan menyuruh Arif berhenti merekam.
"Edit bagian depannya buat seakan dia yang melukai ku" Mahendra memberikan perintah yang langsung disetujui oleh Arif.
"Pergilah selagi aku masih memberi mu kesempatan, jika sekali lagi aku melihat mu ada didekat Haikal akan aku pastikan nyawa mu ku hadiahkan kepada Malaikat maut" Mahendra menunjukan senyum kemenangannya dan pergi dari sana di ikuti oleh Arif.
"Tuan tangan anda harus diobati" Arif
"Nanti saja saat dikamar Haikal... aku mau dia melihat luka ini dan juga vidio itu, dengan begitu dia akan semakin membenci Niko karena aku tidak mau Haikal kembali kepada Niko" Sahut Mahendra dengan tatapan serius.
Mahendra kemudian kembali ke kamar Haikal. Mahendra tersenyum saat melihat Haikal masih diposisi yang sama saat dia keluar tadi, Haikal masih menutup mata dan telinganya rapat rapat.
"Kala ini papa buka matanya sekarang sayang" Mahendra.
Haikal yang mendengar itu langsung membuka matanya dan memeluk pinggang Mahendra. Dengan senang hati Mahendra membalas pelukan Haikal dengan satu tangannya.
"Papa lama sekali...'' Haikal.
"Maaf ya sayang..." Mahendra.
Haikal tidak sengaja melihat darah yang menetes ke lantai. Lantai ruangan Haikal itu putih jadi noda darah pasti mudah terlihat, Haikal langsung melepaskan pelukannya dan menatap Mahendra.
"Papa terluka? kenapa papa berdarah?" Haikal bertanya dengan raut wajah khawatir.
"Hanya luka kecil jangan khawatir hm" Mahendra.
"Mana yang luka pah? papa kenapa bisa luka?" Haikal.
''tuan luka dilengan anda harus segera diobati jika tidak anda bisa kehilangan banyak darah" Arif.
Haikal langsung memeriksa lengan kanan Mahendra. Benar saja Haikal menemukan luka sobek yang cukup dalam, melihat itu tentu saja Haikal panik tapi Mahendra menenangkan Haikal dengan kembali memeluknya.
"Papa kenapa bisa luka? hiks hiks papa kenapa?" Haikal.
"papa baik baik aja kok nak jangan nangis ya sayang" Mahendra.
Tak lama kemudian dokter datang untuk mengobati Mahendra, sebenarnya tadi Mina yang memanggil dokter. Dokter memberikan enam jahitan diluka Mahendra.
"untuk sementara lukanya tidang boleh kena air dan jangan mengangkat beban berat untuk sementara waktu takutnya nanti jahitanya lepas" Hendery.
"Baiklah terimakasih" Mahendra.
Setelah dokter pergi Mahendra duduk disamping Haikal. Haikal menatap Mahendra dengan tatapan khawatir dan sedih matanya berkaca kaca menatap lengan Mahendra yang terluka.
"Kala jang sedih gitu dong papa kan udah diobatin sama dokter" Mahendra.
"Papa kenapa bisa luka si pah? papa berantem ya sama bapak?" Haikal.
"Tuan tidak bertengkar dengan pak Niko, tuan hanya bicara baik baik padanya tapi Pak Niko melukai tangan tuan" Arif.
Untuk meyakinkan Haikal, Arif juga menunjukan vidio tadi yang memperlihatkan bagaimana Niko melukai Mahendra. Melihat itu Haikal sangat marah pada Niko.
"Bapak jahat! kenapa dia sampai setega ini sama papa?! Kala benci sama bapak!" Haikal memeluk Mahendra dan menangis. Mahendra tersenyum lega karena kini Haikal sangat menyayangi dirinya.
"Kala jangan nangis lagi sayang papa udah gak apa apa kok..." Mahendra.
"Maafin kala pah hiks hiks gara gara kala papa luka kaya gini maafin kala pah hiks hiks" Haikal.
"Ini bukan salah kala sudah jadi tanggung jawab papa untuk melindungi anak papa yang tercinta benar, kan?" Mahendra membalas pelukan Haikal dan mengusap lembut kepala sang anak.
Disisi lain Niko masih ada diatap tempat tadi dia dan Mahendra berada. Niko mengingat kembali semua kenangan manis ketika Haikal masih bersamanya, dia ingat senyuman dan juga tawa dari putra kecilnya itu.
"Bapak minta maaf nak... bapak sayang sekali sama kala tapi bapak bodoh karena bapak tidak bisa mempertahankan kala maafin bapak nak" Niko berucap dengan meneteskan air mata.
Niko kemudian beranjak pergi dia kembali ke toko dan membantu istrinya berjualan. Niko hanya diam dan terlihat murung yang ada didalam kepalanya saat ini hanya Haikal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
ALVIN LEE
semagat
2023-04-08
1
hecanaeceh
asekk
2023-04-08
3
hecanaeceh
lah?!
2023-04-08
2