Balkon

Saat ini Dambi tengah menikmati angin sore di balkon kamar barunya. Ia baru pulang ke rumah keluarga Angkasa seusai mengantar orangtuanya ke Bandara. Dan sampai sekarang ini Dambi belum bertemu dengan orangtua Angkasa. Tampaknya mereka memang sibuk di kantor. Dambi dengar dari Nia, pasangan suami istri tersebut memang jarang pulang kalau ada kesibukan di kantor. Apalagi sekarang mereka sedang menghadapi persiapan buat pesta ulang tahun perusahaan nanti.

Dambi bisa mengerti. Karena dia sendiri sudah terbiasa dengan orangtuanya yang sama-sama sibuk juga. Kedua matanya terpejam merasakan terpaan angin yang terasa segar menusuk kulitnya. Sore ini dia hanya memakai rok pendek di atas lutut dengan tanktop. Dia tengah duduk santai menikmati angin sore yang terasa begitu menyegarkan. Tidak peduli penampilannya yang bisa dibilang cukup seksi sore ini.

Dambi sebenarnya selalu menjaga penampilannya didepan orang-orang. Biasanya ia akan memakai pakaian yang lebih sopan. Namun karena pulang tadi ia masih merasa pengap akibat seharian berada di luar, ia pun memutuskan memakai pakaian yang agak minim dan menunjukan lekuk tubuhnya. Lagipula itu juga hanya dia pakai di kamar. Tidak ada yang akan melihat. Meski dia tidur-tiduran di balkon seperti ini.

Sayang sekali Dambi tidak berpikir panjang sama sekali. Ia masih tidak sadar kalau kamar yang ditempatinya sekarang bersebelahan dengan kamar Angkasa. Tentu saja balkon mereka berdempetan. Bahkan sekarang Angkasa sedang mengamatinya dari balkon sebelah. Tapi Dasar Dambi, gadis itu sama sekali belum sadar dan asyik tidur-tiduran sambil menutup mata menikmati hembusan angin segar.

"Sial, apa yang dipakainya itu." umpat Angkasa pelan. Ia terbatuk-batuk melihat penampilan Dambi yang... Sangat-sangat hot di matanya. Harusnya pria itu berada di apartemennya sekarang. Tapi karena mengingat tunangannya ada di rumah orangtuanya, pria itu malah memilih pulang ke rumah. Hanya untuk sekedar melihat pemilik wajah yang akhir-akhir ini selalu terbayang olehnya tersebut.

Angkasa terus menatap Dambi dengan intens. Jakunnya naik turun saat melihat Dambi yang duduk dengan kedua kaki menekuk. Memperlihatkan pakaian dalamnya yang mengintip. Angkasa menelan ludahnya terus menatap ke bagian itu.

Dirinya ingin beranjak dari situ. Tapi matanya tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari pemandangan indah yang ada didepannya.

"Kau sudah gila Angkasa." geram pria itu menjernihkan pikirannya. Ia lalu berbalik hendak masuk ke kamarnya namun langkahnya terhenti sesaat. Pandangannya beralih lagi ke Dambi yang sepertinya telah tertidur.

Memang halaman rumahnya ini sangat luas dan jauh dari jalan raya. Tidak ada orang lain yang akan melihat tubuh terbuka Dambi. Balkon itu pun langsung menghadap ke kolam renang pribadi miliknya sendiri. Kalaupun ada yang melihat dari bawah, harusnya hanya pria itu yang bisa. Meski begitu, Angkasa tetap merasa risih. Ia tidak suka ada orang lain yang melihat penampilan Dambi sekarang, meskipun dengan situasi rumah yang begini nampaknya mustahil, tetap saja Angkasa merasa harus melakukan sesuatu.

Pria itu lalu berbalik masuk ke kamarnya, meraih selimut tipis miliknya yang berada dalam lemari khusus selimut kemudian keluar lagi. Pria itu melangkah ke balkon kamar Dambi lalu menutupi seluruh tubuh gadis itu dengan selimut miliknya. Ia menarik napas lega setelah berhasil menyelimuti Dambi.

Awalnya Angkasa hanya bermaksud menutupi gadis itu, namun ketika melihat wajah manis tersebut dari dekat, pria itu jadi tertarik mengamatinya lama-lama. Dambi terlihat begitu damai dalam tidurnya. Angkasa tersenyum lalu tanpa ijin mengecup singkat bibir gadis itu. Ia tidak tahan lagi. Entah kenapa Dambi terlalu menawan di matanya. Ciuman ringan yang membuat dirinya merasa candu.

Angkasa ingin mengecup bibir manis itu sekali lagi. Namun tiba-tiba Dambi membuka matanya. Sepertinya gadis itu tidak menyadari kalau dirinya baru saja di cium oleh sosok besar dan amat menawan didepannya tersebut.

"Sudah puas tidurnya?" ucap sosok itu. Dambi masih mengumpul nyawanya. Entah sudah berapa lama dia tidur. Karena ketika dirinya bangun, matahari sudah hampir tenggelam. Gadis itu meregangkan ototnya yang terasa pegal karena tertidur dalam posisi duduk. Kemudian menatap Angkasa.

Sejak kapan laki-laki itu di sini? Apa pedulinya juga coba kalau dia tertidur pulas atau tidak?

"Aku nggak suka ada orang yang mengganggu waktu istirahatku." katanya masih tidak bersahabat. Angkasa mencibir. Ia berdiri tegak sambil bersedekap dada didepan Dambi dengan gaya angkuhnya yang khas.

"Tepat sekali. Aku juga tidak suka waktu istirahatku terganggu karena melihat seseorang yang memakai baju minim bahan." balas Angkasa menatap Dambi naik turun. Tubuh gadis itu memang sudah terbalut dengan selimut yang dia kasih, namun Angkasa masih ingat jelas apa yang tadi dia lihat dibalik selimut tersebut.

Dambi sontak menatap ke bawah. Ia lalu menyadari tubuhnya sudah tertutup oleh selimut. Gadis itu lalu bernafas lega. Tapi... Ia mendongak menatap Angkasa. Pasti pria itu yang menutupinya dengan selimut. Itu artinya, Angkasa juga pasti sudah melihat bagian tubuhnya yang terekspos tadi.

Dambi merutuki dirinya sendiri dalam hati. Bisa-bisanya dia lupa kalau kamar pria itu bersebelahan dengan kamar yang dia tempati sekarang ini. Ya ampun, dia sangat malu. Lalu cepat-cepat ia menyilangkan tangannya didepan dada. Padahal sekarang tidak ada yang perlu dia takutkan lagi. Tapi karena refleks, dirinya malah kelihatan seperti sedang melindungi diri dari pria didepannya. Dengan kata lain, Angkasa jadi terlihat mesum di matanya. Angkasa sendiri hanya bersikap santai. Lebih menyenangkan baginya menggoda Dambi.

"Kau tidak menyentuhku saat tadi aku tertidur kan?" tanyanya curiga. Angkasa tertawa lalu membungkukan tubuhnya agar sejajar dengan gadis itu.

"Aku tidak tertarik dengan dada rata milikmu. Tapi bibirmu memang manis." gumam lelaki itu dengan seringaian di wajahnya. Setelah berkata begitu, ia menepuk-nepuk pelan kepala Dambi lalu pergi dari situ. Angkasa pergi dengan perasaan puas. Ia tahu Dambi pasti kesal karena ucapannya.

Benar saja, Dambi melotot menatap kepergian Angkasa. Lagi-lagi pria itu menyebut dadanya rata. Dasar buta. Tunggu, apalagi katanya? Bibirnya manis? Dambi memutar otaknya. Apa maksud Angkasa? Jangan-jangan pria itu menciumnya tadi. Dambi menyentuh bibirnya dan memaki Angkasa dalam hati. Baru juga sehari dirinya tinggal di rumah ini, tapi sudah terjadi banyak hal antara dirinya dan Angkasa. Namun yang lebih aneh lagi, kenapa dirinya tidak marah ketika tahu pria itu menciumnya?

Dambi, Dambi. Sepertinya otakmu memang perlu dijernihkan. Batinnya.

Terpopuler

Comments

liberty

liberty

awas bintitten pak 😅

2024-03-11

0

Dian Rahmawati

Dian Rahmawati

angkasa udh kecanduan nih

2024-01-06

1

Seven8

Seven8

wkwkwk

2023-12-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!