Tinggal di rumah Angkasa?

Dambi melempar tasnya ke sembarang tempat dan membanting tubuhnya ke atas ranjang besar empuk miliknya. Ia menghembuskan nafas panjang. Biasanya jam segini dirinya masih sibuk nongkrong dengan Yuka dan Gerry di cafe tempat biasanya mereka kumpul, tapi hari ini dia lagi malas. Jadi setelah keluar dari ruangan Angkasa, gadis itu langsung pulang.

Dambi membuang nafas panjang. Ingatannya kembali ke pembicaraannya dengan Angkasa tadi. Dia masih tidak menyangka nilainya benar-benar anjlok. Padahal biasanya tidak separah itu. Kata Angkasa, pria itu bisa menawarkan untuk mengajarinya. Tapi tentu saja Dambi langsung menolak. Ia tidak mau di ajari oleh pria itu. Lebih baik minta tolong Gery saja. Gery otaknya juga pintar, jelas Dambi akan lebih nyaman belajar dengan Gery ketimbang laki-laki seperti Angkasa yang sifatnya berubah-ubah itu.

Kadang dingin, bisa tiba-tiba serius, bahkan bertingkah menyebalkan dengan terus menggodanya. Dambi merasa sulit berhadapan dengan model seperti Angkasa itu.

"Sayang, kamu sudah pulang?" pintu kamarnya terbuka dan menampilkan sang mama yang saat ini berjalan mendekatinya. Dambi memutar bola matanya malas. Dia masih kesal pada mama dan papanya yang bersikeras mau menjodohkan dia.

"Begini, mama sama papa mau berangkat ke London besok. Ada urusan mendadak." ucap mamanya. Dambi yang tadinya tidak peduli, kini membuka mata menatap sang mama.

"Berapa lama?" tanyanya. Ia tidak biasa tinggal sendirian di rumah. Memang ada pembantu, tapi beda rasanya kalau ada orangtua sendiri. Biasanya kalau orangtuanya pergi, sepupunya akan datang menemaninya, tapi sekarang anak dari adik mamanya itu lagi ada urusan di kota kelahirannya di Bandung, tidak mungkin menemaninya.

"Sekitar dua minggu. Mama tahu kamu nggak biasa tinggal sendirian. Makanya mama sudah bilang ke tante Ria kamu bakal nginap di rumah mereka selama papa dan mama gak ada."

"Tante Ria siapa?" tanya Dambi tidak ingat siapa tante-tante yang di maksud oleh mamanya.

"Kok kamu lupa sih? Tante Ria itu mamanya Angkasa, tunangan kamu."

mendengar ucapan sang mama, mata Dambi langsung melotot. Ia cepat-cepat mengganti posisi yang tadinya tidur-tiduran menjadi duduk. Lagi-lagi nama itu. Entah sudah berapa kali nama itu ia dengar hari ini.

"Kenapa harus nginap di rumahnya pria itu? Biasanya aku nginap di rumah Yuka kok kalau mama sama papa ke luar daerah dan kak Rassya nggak bisa temenin aku." ucapnya tidak setuju jika harus tinggal di rumahnya pria menyebalkan itu. Tidak, tidak. Dia tidak mau.

"Sayang, Yuka kan tinggalnya di kos-kosan. Lingkungannya mama gak terlalu suka. Kamu lebih aman tinggal di rumah Angkasa. Tante Ria juga udah tahu kamu bakal ke sana. Katanya dia udah nyuruh Angkasa jemput kamu. Pasti Angkasa udah di jalan sekarang."

"Hah?!"

astaga. Apalagi ini? Semenjak dijodohkan dengan pria itu, hidupnya jadi kacau. Lagian, orangtuanya kan berangkat besok. Kenapa dia harus di ke rumah Angkasa sekarang? Dirinya belum mandi, belum siap-siap, belum atur pakaian yang akan dia bawah. Belum... Pokoknya dia belum siap titik!

"Ma... Aku nggak mau tinggal di rumahnya tante Ria," katanya memelas. Alasannya lebih ke dirinya yang tidak mau bertemu dengan Angkasa. Laki-laki itu sangat meresahkan. Apalagi kalau mereka tinggal serumah. Waktu mereka bertemu pasti akan lebih banyak dari biasanya. Ia tidak tahu apa saja yang akan Angkasa lakukan untuk membuatnya kesal setengah mati, atau malu.

"Tante Ria udah anggap kamu anaknya sendiri sayang, dia bakal sedih kalau tahu kamu nolak tinggal dirumahnya. Udah. Sekarang kamu siap-siap ya. Angkasa pasti udah mau sampe." Dian mengelus kepala putrinya penuh sayang lalu keluar dari kamar.

Sedang Dambi hanya bisa menarik nafas pasrah. Mau bagaimana lagi coba. Dia tidak bisa apa-apa. Akhirnya dengan langkah malas, gadis itu masuk kekamar mandi. Hal pertama yang akan dia lakukan sebelum membereskan pakaian, adalah mandi. Sekalian menyegarkan otaknya yang tegang sejak tadi.

                                 ***

"Aarghh!"

Dambi baru saja keluar dari kamar mandinya dan tersentak kaget, dia juga berteriak kencang. Bagaimana tidak kaget coba kalau tiba-tiba ada seorang laki-laki dikamarnya. Apalagi dirinya baru selesai mandi dan hanya memakai handuk yang cukup menonjolkan bagian tubuhnya. Jelaslah dia malu.

Berbeda dengan Dambi yang kaget dengan kehadiran pria itu, Angkasa malah terlihat santai. Ia menatap Dambi yang kini memerah didepan sana. Pasti malu. Pria itu tertawa dalam hati. Ekspresi malu-malu gadis itu sangat lucu di matanya.

"Kenapa kamu di sini? Aku nggak pernah ngijinin orang asing masuk ke kamarku!" tukas Dambi tak ada lembut-lembutnya.

"Apa perlu kuingatkan kalau kita bukan orang asing lagi sekarang? Lagipula mama kamu sendiri yang mengantarku ke sini." balas Angkasa.

Pandangannya turun ke handuk yang dikenakan Dambi. Lebih tepatnya ke bagian-bagian tubuh yang terekspose seperti paha dan bahu gadis itu. Bagian tersebut terlihat seksi di mata Angkasa.

Dambi memiliki tubuh berisi yang indah. Tidak sia-sia dia datang. Sesaat Angkasa merasa dirinya adalah pria brengsek dan mesum yang mencuri-curi kesempatan. Pria itu membuyarkan pikiran gilanya tersebut dan menjernihkan otaknya.

"Kapan kau akan mengganti bajumu? Kau membuat mataku sakit." katanya kemudian. Dambi yang sejak tadi masih dikuasai oleh perasaan kesalnya tiba-tiba sadar kalau dirinya hanya pakai handuk. Ia lalu cepat-cepat melangkah ke lemari, mengambil pakaian apa saja yang ada di sana kemudian masuk ke kamar mandi lagi. Tidak mungkin kan dia ganti baju didepan Angkasa. Sudah gila namanya.

"Hufft..." Dambi mengembuskan napas lega setelah selesai berganti pakaian. Ia menatap dirinya di kaca, lalu teringat perkataan Angkasa tadi.

"Apa katanya, mata pria itu sakit?"

Angkasa sialan. Berani sekali mengatainya. Dambi terus mengamati penampilannya di kaca. Dasar buta. Tidak lihat apa badannya bagus begini? Gadis itu terus mengumpat sampai sebuah ketukan didepan pintu kamar mandi membuatnya sadar.

"Dambi, kamu mau sampai kapan di dalam sana?" suara Angkasa begitu maskulin dan sangat enak ditelinga. Dambi yang berada didalam sana mengakuinya. Dengan malas ia membuka pintu kamar mandi dan mendapati Angkasa yang masih berdiri diluar. Tubuh tinggi menjulangnya membuat Dambi yang mungil sedikit kesusahan mendongak keatas.

"Pendek." kata Angkasa dengan senyuman tipis gaya meledeknya, lalu berbalik menjauh dari gadis itu. Dambi melotot kesal.

"Pendek kamu bilang? Kau saja yang terlalu tinggi kayak tiang listrik!" balasnya dongkol. Sementara Angkasa hanya tersenyum menikmati umpatan-umpatan yang jelas-jelas ditujukkan padanya itu.

Ada kesenangan tersendiri bagi pria itu saat bersama Dambi. Ia merasa ketika gadis itu didekatnya, hidupnya tidak flat seperti biasa. Dia juga jadi lebih ekspresif, berbeda dari yang biasanya. Semua orang tahu dia adalah pria yang sangat kaku. Tapi itu berbeda kalau ada Dambi. Angkasa malah merasa senang sekali menjahili gadis itu. Dan hidupnya terasa jadi lebih berwarna. Dambi adalah satu-satunya wanita yang berhasil mengambil hatinya setelah bertahun-tahun ini.

                   

Terpopuler

Comments

liberty

liberty

ngintip dikit yeee

2024-03-11

0

liberty

liberty

gercep juga si luar angkasa mau jemput calon bini 🤭😅

2024-03-11

0

Ita rahmawati

Ita rahmawati

lancar jaya 😅

2024-01-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!