Pertemuan di hotel

Dambi tidak pernah melakukan hal yang gila seperti ini dalam hidupnya. Walau otaknya tidak begitu lurus-lurus juga, tapi ia selalu mematuhi peraturan orangtuanya. Hidup sebagai gadis baik-baik. Hanya saja, selama dua puluh satu tahun menjalani hidup sebagai gadis yang dengar-dengaran pada orangtuanya, kali ini ia benar-benar ingin membantah mereka. Ia tidak mau tertekan kalau dipaksa bersama dengan pria yang tidak dia sukai.

Hari ini, Dambi mungkin akan membuat orangtuanya kecewa. Ia akan minta ampun nanti. Pokoknya dia harus membuat sampai perjodohan itu dibatalkan. Dan disinilah ia berdiri sekarang. Di sebuah hotel bintang lima, dimana dia akan menanggalkan segala macam hal baik yang dilihat orang pada dirinya. Memang sih yang akan dia lakukan itu hanya berakting saja, meski begitu, tetap harus beracting dengan serius.

Ketukan meja membuyarkan semua lamunan dalam otak Dambi. Ia mendongak melihat wanita yang bibirnya sangat merah itu menatap kesal dengan pandangan lurus ke arahnya. Wanita itu marah? Kesal? Kenapa?

"Masih banyak tamu yang harus saya layani nona, kalau anda tidak mau memesan kamar, atau apa lpun itu, silahkan minggir."

Dambi mengerjap. Menggaruk pipinya dengan bingung. Setelah itu ia baru sadar ternyata dirinya sudah berdiri di depan meja resepsionis dan membuat antrian dibelakang jadi panjang. Bahkan beberapa orang juga menatapnya tidak suka. Dambi tersenyum malu.

"M..maaf," gumamnya tidak enak.

"Jadi, anda mau memesan kamar atau bagaimana?" tanya wanita itu lagi dengan suara cukup ketus. Dambi berdeham.

"T..tidak, aku mau bertemu dengan seseorang." jawabnya. Wanita itu mendengus.

"Siapa?" tampaknya ia benar-benar marah pada Dambi. Nada bicaranya sangat tidak bersahabat. Dasar emosian. Dambi ikutan kesal namun berusaha bersikap ramah.

"Namanya Angkasa Duppon."

Wanita itu menyipit dengan tidak percaya. Dambi ikut merasa heran. Kenapa? Ada yang salah dengan nama itu? Memang sih kata Yuka nama kakaknya adalah Kevin Wiguna, tapi kamar hotel itu di sewa atas nama sahabat kakaknya Yuka. Sih Angkasa-Angkasa itu. Ia sendiri tidak kenal. Orang mukanya saja dia tidak tahu, apalagi kenal.

"Kami ada urusan bisnis dan dia lupa menyebut nomor kamarnya. Harusnya kami bertemu di restoran dan anda tahu," Dambi memajukan wajah lebih dekat ke wanita itu dan berbisik pelan.

"Yang ingin kami bicarakan itu sangat penting, jadi dia memintaku menemuinya dikamar." ucap Dambi berbohong.

Wanita itu mengangguk mengerti. Tiba-tiba sikapnya berubah menjadi sangat ramah. Dambi sampai-sampai merasa heran sendiri.

"Saya akan meminta seseorang mengantar anda ke lantai di mana tuan Angkasa menginap." ucap wanita itu tersenyum ramah. Dambi melotot.

"Tidak perlu. Aku pikir itu tidak perlu. Aku akan ke sana sendiri." tolaknya sambil mengibas-ngibaskan tangan ke udara.

"Tidak apa-apa nona. Ini memang pekerjaan kami. Apalagi tuan Angkasa adalah salah satu tamu penting di hotel ini."

Tamu penting? Sepenting apa? Apa nama yang dia sebutkan tadi itu seseorang yang cukup berkuasa? Dambi tertawa kecil. Kenapa dirinya malah jadi penasaran dengan nama itu. Tapi, nama itu cukup familiar ditelinganya. Dimana dia pernah dengar ya?

"Antarkan nona ini bertemu dengan tuan Angkasa." sebelum Dambi menolak lagi, wanita itu sudah lebih dulu meminta salah satu karyawan untuk mengantar. Terpaksa gadis itu pasrah saja. Ini semua karena dirinya yang selalu saja mengkhayal.

"Anda bisa ikut dengannya, nona." kata wanita itu sopan. Akhirnya Dambi mengangguk saja mendengar wanita itu dan berjalan mengikuti karyawan laki-laki yang berjalan didepannya.

Ia dan pelayan itu masuk lift. Melihat lantai yang ditekan oleh laki-laki itu membuat Dambi berpikir sebentar. Rupanya kakaknya Yuka dan sahabatnya itu memiliki cara gaya hidup yang mewah. Ia jadi ingin tahu apa pekerjaan mereka. Dia akan bertanya pada Yuka nanti.

Mereka keluar dari lift dan berdiri didepan pintu ganda yang langsung diketuk oleh pelayan tanpa menanyakan persetujuan Dambi. Memangnya mengetuk pintu harus ada persetujuan?

"Saya pergi dulu, nona." pamit pelayan itu sopan. Dambi mengangguk.

"Terimakasih." sambil tersenyum tipis pada sih pelayan.

Pelayan itu berlalu pergi. Sementara Dambi setia menunggu sampai pintu kamar didepannya terbuka. Ia sedikit merasa gugup karena ini pertama kalinya ia akan bertemu dengan kakaknya Yuka itu. Tentu ia saja gugup mengingat mereka yang baru pertama kali bertemu dan akan berdekatan. Kalau akan berfoto seperti sedang terjadi sesuatu dengan laki-laki itu, pasti tubuh mereka juga akan bersentuhan. Kira-kira dia bisa tidak ya? Dia kan belum pernah dekat dengan laki-laki lain selain Gery dan papanya.

Pintu terbuka dengan perlahan dan Dambi bisa melihat sosok yang hanya berbalutkan handuk dipinggangnya sudah berdiri didepannya dengan tegap dan angkuh. Wajahnya yang kaku membuat Dambi makin gugup. Benarkah pria itu kakaknya Yuka? Kenapa ia merasa perbedaan mereka jauh sekali? Wajah mereka pun tidak ada mirip-miripnya. Pria ini memang tampan, sangat tampan malah. Tapi tidak ada miripnya sedikitpun dengan Yuka. Padahal ia ingat Yuka pernah bilang orang-orang selalu mengatakan ia dan kakaknya sangat mirip. Darimana miripnya coba. Dari cara bersikap saja berbeda jauh.

Pria itu memiringkan kepalanya menatap Dambi. Dambi sendiri sempat merasa terpesona dengan sosok jangkung yang berdiri didepannya itu. Pria ini sangat cocok menjadi model atau bintang film terkenal. Semua yang terlihat dari sosok pria itu sangat sempurna. Dambi menelan ludah. Matanya melihat bagaimana air mengalir di tubuh pria itu dan menyerap ke handuk putih yang dipakainya. Rasanya ia seperti melihat malaikat sedang berdiri didepannya. Seumur hidup, ini pertama kalinya gadis itu berhadapan langsung dengan laki-laki setampan ini.

Ya Tuhan, kalau saja pria yang akan dijodohkan dengannya setampan ini, Dambi tidak akan punya pikiran konyol tapi langsung setuju saja dengan senang hati. Siapa yang tidak mau coba punya calon suami yang setampan ini. Ia juga bisa pamer kemana-mana.

"Cari siapa?"

Dambi tersentak. Suara itu, suara itu sangat maskulin. Terdengar begitu indah ditelinganya. Ia berasa mau pingsan saja. Dirinya sampai tidak bisa berkata-kata lagi.

Yuka, aku pengen banget nyulik kakak kamu buat dijadiin bantal guling.

Pekik Dambi dalam hati.Tampan sekali lelaki didepannya ini.

"Hei, kau cari siapa bocah?" pria itu bertanya lagi. Ada rasa jengkel dalam hati Dambi ketika mendengar perkataan pria itu, enak saja menyebutnya bocah. Ia ingin marah, tapi kembali tidak jadi ketika menatap pria tampan itu lagi.

Terpopuler

Comments

sherly

sherly

loh kok jd angkasa...

2024-05-10

0

Trisna

Trisna

kok jadi kay

2024-04-10

0

liberty

liberty

gileee malah Kay yg mau 🤣🤣🤣

2024-03-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!