Pasangan yang cocok

Malam setelah pertemuannya dengan Angkasa juga perempuan yang di akui Angkasa sebagai tunangannya itu, Milka langsung menghubungi Kevin. Wanita itu masih tidak percaya Angkasa memiliki tunangan. Walau kelihatan Angkasa seperti menyukai gadis tadi, bisa saja kan itu hanya akting agar dia percaya.

Milka mengajak Kevin ketemuan di sebuah restoran. Dia tidak akan puas kalau hanya bicara di telpon saja. Apalagi ini tentang laki-laki yang dia suka. Wanita itu juga penasaran dengan apa latarbelakang gadis yang bersama Angkasa tadi. Di lihat dari penampilannya, gadis itu tidak terlihat kaya atau pun miskin. Penampilannya standar, tentu saja masih jauh dari Milka yang terkesan bergaya elegan dan mahal. Mungkin saja gadis itu bukan dari kalangan orang berada. Tapi bagaimana cara mereka bertemu? Apa dia anak magang di kantor Angkasa? Tapi Angkasa sekarang bekerja sebagai dosen.

Milka berpikir keras. Atau jangan-jangan gadis itu adalah salah satu mahasiswinya di kampus? Kalau benar, Milka makin yakin gadis itu pasti sengaja menggoda Angkasa lebih dulu. Ia kenal sekali sifat Angkasa.

"Kau sudah lama di sini? Maaf terlambat, aku harus menyelesaikan pekerjaan di kantor tadi." kata seorang laki-laki jangkung yang tiba-tiba sudah duduk dibangku yang berhadapan langsung dengan Milka. Tentu saja itu Kevin. Mereka teman lama. Dulu waktu di kampus, Kevin yang selalu membantu Milka mendapatkan semua berita tentang Angkasa.

Baik tentang tipe perempuan yang di sukai pria itu, makanan kesukaannya, ukuran sepatu dan masih banyak lagi. Sampai hal-hal kecil saja Milka tanya. Karena hal itulah hubungannya dan Kevin bisa dibilang cukup akrab.

"Tidak apa-apa." balas Milka tersenyum ke pria itu. Tak lama kemudian makanan ringan dan kopi yang dia pesan tadi datang. Ia sekalian memesankan untuk Kevin.

"Ini punyamu."

"Thank's" ujar Kevin lalu mengambil cangkir berisi kopi dan meneguknya sebentar. Kemudian menatap Milka lagi.

"Jadi, ada apa kau memanggilku malam-malam begini?" tanyanya.

"Aku bertemu Angkasa tadi di depan sebuah toko. Dia bersama tunangannya." jelas Milka terus menatap Kevin. Kevin sendiri lantas terkejut mendengar perkataan Milka.

"Tunangan?" ia balik bertanya. Melihat respon pria itu, Milka tampak senang. Ada kemungkinan Angkasa memang berbohong. Gadis tadi bukan tunangannya. Milka sangat berharap semua itu memang hanyalah kebohongan Angkasa.

"Mm, Angkasa sendiri yang bilang. Kau tahu sesuatu tentang mereka? Kau kenal tunangannya? Atau Angkasa sengaja berbohong padaku?"

tanya Milka bertubi-tubi. Kevin sendiri masih mencerna semua perkataan wanita itu. Ia menaikkan wajahnya menatap Milka.

"Setahuku Angkasa memang dijodohkan oleh orangtuanya. Tapi yang aku dengar dia belum pernah  bertemu wanita yang akan dijodohkan dengannya itu. Atau mungkin aku saja yang tidak tahu. Pria itu memang sibuk akhir-akhir ini. Mungkin saja wanita itu memang benar tunangannya dan mereka sudah bertemu." penjelasan panjang lebar Kevin sukses menghilangkan senyum di wajah Milka. Wanita berubah masam.

Kevin tentu merasa tidak enak. Ia tahu Milka masih mengejar Angkasa sampai sekarang, tapi pria itu harus berbicara sesuai fakta. Daripada Milka terus mengharapkan hubungan yang tidak mungkin, lebih baik wanita itu berhenti saja. Memang sudah berkali-kali Kevin menawarkan pada Angkasa untuk mencoba hubungan dengan Milka, tapi pria itu tidak tertarik sama sekali. Itu sebabnya Kevin sadar tak pernah ada tempat untuk Milka di hati seorang Angkasa.

                                   ***

Di rumah Angkasa, pria itu memandangi keseluruhan ruangan kamarnya yang bersih dan rapi. Keharuman ruangan tersebut terasa menyegarkan. Angkasa adalah tipe laki-laki bersih dan tidak suka berantakan. Itu sebabnya walaupun beberapa tahun ini ia jarang pulang rumah, kamarnya selalu dibersihkan tiap hari. Seperti sekarang. Tidak sia-sia memang keluarganya membayar pembantu. Mereka tahu wangi kesukaan Angkasa untuk ruangan tersebut dan teliti membersihkan kamar itu.

Pria itu lalu membaringkan diri ke tempat tidur besarnya yang terasa empuk dan nyaman. Kamar ini masih terasa hangat seperti biasa. Ingatannya melayang ke beberapa menit yang lalu dikamar Dambi. Padahal tinggal sedikit lagi dia bisa merasakan bibir manis gadis itu. Coba kalau tidak ada yang datang, pasti ia sudah mencecap bibir Dambi yang sangat amat menggoda tadi.

Angkasa tersenyum tipis. Kini ia sudah bertekad menjadikan Dambi miliknya. Belum pernah ia merasakan perasaan mendamba yang begitu kuat seperti ini. Belum pernah dalam kamusnya, seorang Angkasa Duppon mengejar seorang perempuan. Tapi malam hari ini, detik ini juga, dia sudah memutuskan untuk mengejar Dambi. Membuat gadis itu jatuh cinta padanya.

"Dambi, kau pasti akan jatuh cinta padaku." gumamnya pasti sambil menatap langit-langit kamar dengan senyuman penuh kebahagiaan.

Kira-kira pukul tujuh pagi, Dambi terbangun. Hal pertama yang dia lakukan adalah turun ke lantai satu, menuju dapur dan mengambil air putih untuk dia minum. Gadis itu pikir karena ini masih pagi, jadi keadaan dapur sepi seperti di rumahnya. Tapi ternyata pikirannya salah. Sudah ada kira-kira tiga pelayan dengan tugas masing-masing. Bahkan Angkasa sudah duduk di meja makan dengan pakaian rapi.

Mau kemana dia pagi-pagi begini? Memangnya ada kelas pagi yang jam tujuh?

Dambi bergumam dalam hati. Seingatnya selama dia kuliah, jadwal belajar tercepat di kampus tersebut adalah jam delapan pagi. Oh, mungkin lelaki ini mau jadi dosen teladan. Dambi terkikik sendiri memikirkan hal itu.

"Kenapa tertawa? Sedang menertawaiku?" suara Angkasa lantas membuat Dambi berhenti melamun. Ia melangkah ke dekat meja makan dan berdiri di sisi meja yang berdekatan dengan Angkasa sambil meneguk air minum dalam gelas di tangannya.

"Aku hanya teringat sesuatu yang lucu. Nggak ada kaitannya sama kamu." elak Dambi berbohong. Angkasa memicingkan mata ke arah gadis itu. Tentu dengan berani Dambi membalas tatapan pria itu. Para pembantu yang berada didekat situ mencuri-curi pandang pada kedua makhluk berbeda kelamin tersebut.

Mereka tahu Angkasa dan Dambi adalah pasangan yang dijodohkan. Dua-duanya sama-sama ganteng dan cantik. Wajah mereka cocok. Dari interaksi mereka pun tampaknya mereka mulai dekat. Para pembantu itu tiba-tiba heboh sendiri ketika Angkasa menarik Dambi hingga gadis itu jatuh ke pangkuan pria itu.

Tentu saja Dambi kaget bukan main ditarik oleh Angkasa. Ia tahu lelaki itu hanya berniat menggodanya. Angkasa sialan. Dia kan jadi malu pada yang lain.

"Kau memang menertawaiku tadi. Mengaku saja." bisik Angkasa di telinga Dambi. Suara bisikannya malah kedengaran seperti sedang menggoda gadis itu. Tangannya menekan pinggang Dambi hingga dari jauh kedekatan keduanya terlihat sangat intens. Sedang Dambi yang gugup berusaha melepaskan diri dari pria itu. Di sini terlalu ramai, para pembantu itu pasti akan menggosipkan mereka. Lalu dengan sekuat tenaga ia melepaskan diri dari Angkasa. Setelah berhasil berdiri, gadis itu cepat-cepat pergi dari situ balik ke kamarnya. Berbeda jauh dengan Angkasa yang malah menikmati raut wajah malu Dambi.

Terpopuler

Comments

Dian Rahmawati

Dian Rahmawati

Angkasa memang jago buat baper

2024-01-06

2

lenong

lenong

jangan suka kepo Milka, entar sakit hati loh

2023-11-16

2

Siti Nurbaya

Siti Nurbaya

malu malu kucing

2023-10-27

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!