Bertemu Milka

Sepanjang perjalanan menuju rumah orangtua Angkasa, suasana dalam mobil begitu hening. Sebenarnya Dambi paling benci keadaan kaku begini. Angkasa bahkan tidak bicara sepatah katapun. Pandangan pria itu terus fokus ke depan, seperti tidak menganggap keberadaan Dambi yang duduk disebelahnya. Dambi sendiri terlalu malas bicara dengan laki-laki itu. Karena dia tahu ujung-ujungnya mereka akan berakhir dengan perdebatan, dan tentu saja pria itu adalah pemenangnya.

Oh iya! Tiba-tiba Dambi teringat sesuatu. Ia tidak membawa peralatan mandi. Gadis itu melirik singkat ke pria yang tengah sibuk menyetir disampingnya. Dia malas bicara memang, tapi ia harus melakukannya.

"Ada apa?" tanya Angkasa tanpa melirik Dambi. Ia menyadari gadis itu sedang menatapnya dari sudut matanya.

"Berhenti sebentar di toko itu. Ada yang mau aku beli." ucap Dambi. Angkasa ikut memandang ke arah yang ditunjuk Dambi dengan telunjuknya. Lalu ia memarkirkan mobil di pinggir jalan dekat toko yang ditunjuk Dambi tadi.

"Perlu aku temani?" kali ini ia memiringkan kepala menatap Dambi.

"Nggak usah." sahut Dambi langsung lalu turun dari mobil. Angkasa hanya mengangkat bahunya, lalu melipat tangan di belakang lehernya sambil bersandar di sandaran kursi. Pandangannya lurus kedepan sana, menatap punggung Dambi yang lama kelamaan menghilang masuk ke dalam supermarket.

Angkasa tersenyum sendiri memikirkan gadis itu. Ia tidak menyangkal bahwa sejak pertama kali melihat Dambi, ia langsung tertarik pada gadis mungil itu. Kalau tidak, mana mungkin dia akan rela bela-belain datang menjemput Dambi ke rumah gadis itu. Itu sama sekali bukan gaya Angkasa. Tapi tadi, ketika mamanya menelpon, memintanya menjemput Dambi dan bilang gadis itu akan tinggal di rumah mereka selama orangtuanya ke luar negeri, Angkasa langsung setuju tanpa pikir panjang. Sekali lagi karena gadis itu adalah Dambi.

"Angkasa?"

seorang wanita dengan rambut pendek sebahu menyapanya dari luar mobil. Kaca mobil Angkasa memang sengaja dia buka agar bisa merasakan udara segar di malam hari. Angkasa yang tadinya fokus dengan pikirannya terhadap Dambi, memiringkan kepalanya ke bagian kiri.

Ternyata wanita itu adalah Milka. Gaya rambutnya berbeda dengan dulu, waktu mereka masih kuliah dulu. Dulu Milka memiliki rambut panjang indah yang bisa membuat para lelaki tertarik hanya dengan menatap rambutnya. Tapi itu tentu saja tidak berlaku bagi seorang Angkasa.

Angkasa akui Milka adalah salah satu wanita yang baik dan perhatian. Sifatnya keibuan. Wajahnya juga cantik sehingga banyak laki-laki yang ingin berebut mendapatkannya. Tapi Angkasa tidak pernah punya perasaan lebih terhadap Milka. Ia murni menganggap wanita itu sebagai teman. Tidak lebih. Kalau tidak, mereka sudah lama pacaran. Apalagi Milka memang menyukainya dari dulu. Pernah menyatakan cinta juga.

Angkasa tersenyum tipis ke Milka. Ia cukup kaget melihat wanita itu di sini. Milka sendiri tampak senang. Mereka sudah lama tidak bertemu, tentu saja dia senang melihat pria yang sampai sekarang masih dia cintai itu.

"Kau sendirian?" tanya Milka lagi. Ia memang hanya melihat Angkasa. Tak ada orang lain di sekitar situ selain para pejalan kaki yang bergantian memasuki toko didepan sana. Biasanya kalau tidak sendirian, Angkasa berdua dengan Kevin. Tapi wanita itu juga tidak melihat Kevin. Milka tampak senang. Mungkin saja dia bisa menggunakan kesempatan yang jarang terjadi ini untuk lebih dekat dengan Angkasa.

Dia memang membawa mobil, tapi tidak ada salahnya berbohong demi bisa di antar pulang oleh pria yang dia sukai.

"Mm, ka..kalau kau sendirian, bisakah kau mengantarku pulang? Aku tidak sempat bawa mobil tadi. Sebenarnya aku ingin memesan taksi, tapi kebetulan bertemu denganmu di sini. K..kalau kau tidak keberatan..." Milka terus menatap Angkasa. Dalam hati ia berharap pria itu akan setuju. Mereka sudah lama tidak bertemu, dan Angkasa makin tampan. Bahkan jauh lebih tampan dibandingkan waktu mereka kuliah dulu. Lebih dewasa dan makin bikin jatuh hati tentunya. Sayang sekali kalau Milka membuang kesempatan emas ini.

Angkasa tampak berpikir menimbang-nimbang.

"Mm, begini. Aku bersama tunanganku. Tapi tidak masalah. Kami bisa mengantarmu." ucap Angkasa. Tidak salahkan dia bilang Dambi tunangannya? Mereka kan sudah dijodohkan. Sebentar lagi bertunangan.

Namun perkataan itu langsung membuat senyuman di wajah Milka memudar. Ia masih tidak percaya dengan apa yang baru didengarnya.

Tunangan? Angkasa sudah bertunangan? Kapan? Ia ingat beberapa waktu lalu Kevin bilang pria itu masih single. Kenapa sekarang tiba-tiba ada tunangan? Wanita itu merasa sesak tapi tetap berusaha sebiasa mungkin didepan Angkasa.

"K... kau sudah bertunangan?" tanyanya memastikan yang dia dengar tadi benar atau tidak. Dan Angkasa mengangguk.

"Mm, itu tunanganku." ucap Angkasa lalu menunjuk ke Dambi yang akhirnya keluar dari supermarket. Milka ikut menatap ke gadis yang ditunjuk Angkasa. Gadis itu tampak jauh lebih muda dari mereka. Wajahnya memang cantik namun Milka merasa gadis itu masih kalah jika dibandingkan dengannya. Di mana Angkasa bertemu gadis itu? Kenapa mereka sampai bertunangan? Atau jangan-jangan itu adalah adik Angkasa. Bisa saja Angkasa hanya pura-pura kalau mereka bertunangan. Untuk menghindarinya.

Selanjutnya Milka melihat Angkasa buru-buru turun dari mobil dan mengambil kantong plastik berisi barang-barang belanjaan ditangan gadis itu.

Dambi sendiri merasa aneh dengan tindakan Angkasa. Pasti ada sesuatu nih kalau sudah begini. Pria itu bahkan membukakan pintu mobil untuknya masuk. Dambi menatapnya terheran-heran. Bagaimana tidak, kelakuan pria ini sangat aneh.

Lalu Dambi menyadari mereka tidak hanya berdua. Ada perempuan lain yang berdiri diluar mobil. Dambi tidak tahu siapa wanita itu, dia juga tidak peduli. Mungkin itu salah satu mantan pacar Angkasa.

"Udah semuanya sayang? Nggak ada yang lupa kan?" perkataan lembut tersebut tentu saja sukses membuat Dambi melotot ke Angkasa. Pria itu bahkan berani mengusap-usap kepalanya dengan senyuman lebar. Apa-apaan pria ini?

Dambi tidak habis pikir. Ia tidak tahu Angkasa ke sambet apa hingga berubah aneh begini. Namun tidak berlangsung lama baginya untuk mengerti. Angkasa sengaja memperlakukannya begitu pasti karena perempuan diluar sana. Gadis itu mendengus pelan. Pantas saja. Pasti mereka memang mantan kekasih.

"Milka, kau jadi pulang?" tanya Angkasa bersiap-siap menghidupkan mesin mobilnya. Milka yang masih linglung dengan pikirannya langsung menggeleng.

"T..tidak usah. Aku tidak enak mengganggu kalian. Biar aku naik taksi saja." kata wanita itu berusaha tersenyum.

"Kau yakin?" Milka mengangguk cepat. Ia melihat Dambi sebentar sebelum akhirnya berbalik pergi. Wanita itu merasa hatinya panas. Kesempatannya untuk lebih dekat dengan Angkasa kini pupus sudah. Ia melihat dengan jelas cara Angkasa memperlakukan tunangannya tadi. Angkasa tidak pernah selembut itu pada perempuan. Tadi itu adalah pertama kalinya Milka melihat sisi lain Angkasa. Pria itu tidak dingin seperti biasanya. Dulu Angkasa selalu bersikap dingin pada semua wanita.

Terpopuler

Comments

liberty

liberty

kesambet love shot lah 🤣🤣

2024-03-11

0

liberty

liberty

wkkkk udah panggil sayang pula....akting apa dr lubuk hati nih Pak 🤭🤣

2024-03-11

0

liberty

liberty

biar si Milka gak ngejar terus tunanganmu Dambi 😏

2024-03-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!