Mereka orang yang sama

"Aku dengar kau bertemu Milka?" Kevin menatap Angkasa yang duduk bersandar di kursi putar. Mereka sedang ada di ruang kerja Angkasa di kantor. Biasanya pria itu akan membantu pekerjaan di kantor orangtuanya kalau diperlukan. Seperti malam ini. Sebenarnya dia masih ingin tinggal di rumah, menikmati waktu menggoda Dambi. Tapi Kevin tiba-tiba menelpon dan bilang memerlukan bantuannya menemui salah satu klien mereka. Mau tak mau Angkasa harus datang.

Setelah selesai ketemuan dengan klien mereka, Angkasa berpikir untuk santai sebentar di ruangan kerjanya sebelum pulang. Selanjutnya, Kevin menanyakan tentang pertemuannya dengan Milka. Wanita itu pasti yang cerita. Karena tidak mungkin Dambi.

"Mm, kami tidak sengaja berpapasan di depan supermarket." jawabnya seadanya. Tidak penting juga membahas hal itu.

"Katanya kau bersama tunanganmu." ucap Kevin lagi. Ia penasaran sekali. Belum ada kabar Angkasa menggelar acara pertunangan, tapi lelaki itu sudah mengakui seorang gadis sebagai tunangannya, pastinya Kevin penasaran wanita seperti apa itu. Apalagi saat membahas tunangan, Ia melihat Angkasa jadi senyum-senyum sendiri. Wah, ini benar-benar patut diselidiki. Jarang-jarang Angkasa terlihat sesenang ini.

"Apa aku melewatkan hal penting? Aku pikir kau lebih tertarik dengan sahabat adikku yang waktu itu, tapi melihat sikapmu ini, sepertinya  wanita yang dijodohkan denganmu jauh lebih menarik." kata Kevin panjang lebar. Ia masih ingat Angkasa juga tampak berbeda setelah bertemu dengan sahabat Yuka.

"Mereka orang yang sama." sahut Angkasa. Kevin mengernyit menatapnya. Otaknya berpikir keras. Orang yang sama?

"Maksudmu, sahabat adikku dan wanita yang dijodohkan denganmu adalah perempuan yang sama?" Kevin langsung tercengang ketika mendapat anggukan dari Angkasa. Dunia ini memang sempit. Tampaknya mereka memang berjodoh.

"Wajahmu tidak bisa berbohong kalau kau menyukainya." ujar Kevin setengah meledek. Dia jadi penasaran seperti apa tampang sahabat adiknya tersebut. Apalagi Angkasa tidak memungkiri perkataannya.

"Dia gadis yang manis dan lucu di mataku." bahkan ini adalah pertama kalinya Angkasa memuji perempuan.

"Kapan kau memperkenalkan padaku?" tanya Kevin. Kali ini Angkasa menyipitkan mata menatapnya.

"Kau sungguh tidak pernah bertemu dengannya? Sepertinya aneh karena dia dan adikmu adalah sahabat dekat. Memangnya kau tidak pernah mau tahu bagaimana kehidupan adikmu di lingkungan barunya? Termasuk dia bergaul dengan siapa saja." itu memang adalah sebuah pemikiran yang wajar menurut Angkasa.

Kevin terkekeh. Angkasa memang benar. Perkataan pria itu membuatnya sadar bahwa selama ini dia tidak pernah peduli pada kehidupan adiknya termasuk lingkungan persahabatannya. Kevin berpikir karena mereka sudah sama-sama dewasa, wajar saja menjalani hidup sendiri-sendiri sekarang. Namun ternyata pemikirannya salah. Harusnya dia lebih memperhatikan Yuka, dan dengan siapa saja gadis itu bergaul.

"Memang aku yang terlalu tidak peduli. Terimakasih sudah menyadarkanku." pungkasnya.

"Bagaimana dengan besok, kau ada waktu jam berapa?" Kevin mengernyitkan kening.

"Kenapa?"

"Ajak adikmu makan di restoran tempat biasa kita makan." perkataan tersebut sungguh membuat Kevin bingung. Kenapa mengajak adik laki-laki itu makan bersama? Di restoran mahal pula. Bukannya pria itu menyukai sahabat Yuka? Kenapa yang di ajak malah adiknya? Kevin masih tidak mengerti.

"Suruh adikmu bawa temannya juga. Dambi tidak akan mau kalau aku yang mengajaknya makan. Gadis itu memusuhiku." Angkasa memperjelas ucapannya. Setelah itu barulah Kevin mengerti. Laki-laki itu tertawa, baru sekarang dia dengar ada perempuan yang memusuhi Angkasa. Ternyata ini masih perasaan sepihak.

"Aku tidak menyangka kau akan mengalami situasi seperti ini. Makanya jangan terlalu banyak memilih." ledek Kevin. Kena batunya kan sekarang. Tetapi sepertinya lucu juga melihat hubungan permusuhan Angkasa dan tunangannya. Ia penasaran. Pasti akan berujung manis.

"Jangan lupa beritahu aku jam berapa besok. Aku harus pulang sekarang." kata Angkasa lagi bersiap-siap pergi dari situ. Malam ini dia memilih tidur di apartemennya. Ia harus menyiapkan bahan materi untuk mengajar besok dan membutuhkan fokus. Kalau balik ke rumah orangtuanya dan melihat Dambi, bisa-bisa dia hilang fokus lagi. Lagipula orangtuanya bilang akan pulang malam ini. Jadi Dambi tidak akan sendiri.

                                    ***

"Kak Kevin bilang mau traktir aku makan. Kau mau ikut?" bisik Yuka pelan ditelinga Dambi. Mereka lagi di kelas. Matanya sesekali melihat kedepan kalau-kalau dosen tua didepan sana memperhatikan mereka atau tidak.

"Memangnya bisa? Kamu bilang kakak kamu itu tidak terlalu suka bergaul dengan orang baru?" balas Dambi. Dia ingat Yuka memang pernah bilang begitu.

"Mm, aku juga nggak tahu kenapa dia menyuruhku ngajak kamu. Mungkin dia penasaran seperti apa wajah tunangan dari sahabatnya. Kamu ingatkan kalau kakakku dan Angkasa berteman?"

ah benar. Dambi ingat. Waktu itu kan dia salah masuk kamar hotel. Dia pikir kamar hotel itu milik Kevin kakaknya Yuka, ternyata orang lain. Dan orang lain tersebut kebetulan adalah Angkasa. Tiap kali mengingat kejadian waktu itu, Dambi merasa sangat sial. Siapa juga yang menyangka dia akan bertemu dengan laki-laki yang dijodohkan dengannya. 

"Bagaimana, mau ikut kan?" tanya Yuka lagi. Dambi menatapnya menimbang-nimbang. Lalu setelah banyak pertimbangan, gadis itu akhirnya mengangguk setuju. Sayang sekali mereka tidak bisa mengajak Gerry karena lelaki itu tidak masuk hari ini. Katanya mau mengantar sepupunya pulang keluar kota.

"Yuka," suara panggilan tersebut datang dari sebelah kiri Dambi. Mereka sama-sama menoleh ke gadis berambut pendek kecoklatan dengan kulit sawo matang itu.

"Kenapa Din?" namanya Andin. Tidak terlalu akrab dengan Dambi, tapi cukup dekat dengan Yuka.

"Kamu ada bulpen lebih nggak? Aku boleh pinjam?" tanya Andin.

"Nih." Yuka cepat-cepat mengeluarkan sebuah bulpen dari kotak pensilnya dan disodorkan ke Andin.

"Makasih ka," kata Andin di balas dengan senyuman tipis Yuka. Kini tatapan Andin berpindah ke Dambi.

"Bi, kamu sama pak Angkasa dekat ya?" tanyanya kontan membuat Dambi dan Yuka saling berpandangan. Dambi sendiri cukup kaget mendapat pertanyaan begitu. Apalagi Andin ini hampir tidak pernah bertanya padanya atau bicara sekedar basa-basi. Giliran ada hubungannya dengan Angkasa, baru gadis itu bicara padanya.

"Kenapa nanya gitu?" Dambi balas bertanya.

"Aku penasaran aja. Kemaren aku nggak sengaja liat kamu sama pak Angkasa keluar bareng dari toilet. Aku pikir cuma kebetulan, tapi pak Angkasa malah nungguin kamu supaya bisa jalan sejajar. Dan kalian terlihat ngobrol panjang. Makanya aku pikir kalian sudah saling kenal sebelumnya." jelas Andin panjang lebar. Kalau seperti itu ceritanya sih, Dambi juga bingung mau ngomong apa.

"Mm, kami nggak saling kenal kok. Kemarin itu cuma kebetulan. Pak Angkasa orangnya baik jadi ajak ngobrol duluan." ucap Dambi. Ia tidak percaya akan memuji Angkasa. Baik apanya? Yuka dan Andin sendiri tampaknya tidak percaya dengan ucapannya. Andin tahu jelas pria seperti Angkasa itu sangat cuek dan sikapnya begitu dingin. Ia dengar dari kakaknya yang kebetulan dosen di kampus ini juga. Kakaknya sedang berencana mengejar Angkasa, tapi dosen mereka itu tidak pernah bersikap ramah.

"Yang dibelakang sana, harap tenang!" Andin masih ingin bertanya, namun teguran dari depan kelas menghentikannya. Dambi dan Yuka cepat-cepat menunduk pura-pura mencatat.

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

hadruh byk yg ngejar angkasa tp mana nih yg suka dambi nya 🤔🤔

2024-01-14

0

Dian Rahmawati

Dian Rahmawati

wah Angkasa ngatur makan siang nih

2024-01-06

0

Rita

Rita

Bener Kevin Angkasa msh harus berjuang 😆

2023-04-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!