Entah kapan aku akan merasakannya..
*
Apakah karena takdir? Atau hanya suratan nasib hidupku? Berulang kali kutanam benih asmara, namun tak kunjung berbuah. Selama ini aku hanya menjadi seorang wanita yang sederhana, tak pernah mengagumi segala hal yang indah diluar ciptaan tuhan, yang kutahu dunia ini lebih indah dari segalanya. Memiliki masalah yang sering terulang, bagaikan D’javu yang selalu terulang-ulang, bersemi lalu layu, layu lalu bermekaran lagi, entah sampai kapan akan seperti ini. Orang bilang aku wanita yang tak pernah menghargai sosok seorang pria, lantas bagaimana aku di mata tuhan? Apakah aku harus bertahan di dalam kisah yang membuatku tak nyaman? Atau berpura-pura nyaman? Tidak! Aku bukan wanita seperti itu, aku tidak akan pernah bisa dibutakan oleh cinta.
Satu tahun setelah kepergian Zidan dari kehidupanku, aku mencoba membuka hati lagi untuk Alex, namun sayangnya, ternyata Alex selingkuh! Lantas aku tinggalkan dia, hubunganku dengannya hanya satu bulan lamanya, setelah itu, aku mencoba kembali membuka hati untuk pria lain, yaitu Putra. Hubungan kami lumayan cukup lama, namun ketika aku tahu kalau Putra adalah seorang pecandu nark*ba, aku tak segan-segan untuk memutuskan hubungan kami. Rasanya aku sudah lelah dengan yang namanya ‘Pacaran’, aku ingin menikah saja.
Aku bosan diCAP sebagai wanita playgirls oleh teman-teman dan tetanggaku, mereka pikir aku wanita yang tak pernah menghargai apa itu cinta, tapi yang jelas, mereka tidak tahu apapun tentang keburukan dan kebaikanku, yang tahu hanya aku dan tuhanku. Sempat aku berpikir, apakah tidak ada lagi pria baik untukku? Ah! Itu pikiran negatif ku saja, sementara hatiku mengatakan bahwa suatu hari nanti pasti akan ada seorang pria yang tulus dan meminangku dengan harapan hidupku akan selalu bahagia. Amin.
Beberapa surat undangan sudah kudatangi, tinggal satu surat undangan lagi yang belum sampai pada hari dimana aku harus mendatangi undangan itu. Zidan dan Rani, Zidan adalah cinta pertamaku, sementara Rani adalah sahabatku, mereka berdua sangatlah hebat, berpura-pura baik di depanku, ternyata hati mereka busuk bak buah nangka yang jatuh dari pohonnya. Aku akui kalau Rani memiliki segalanya, jika dibandingkan denganku, aku hanya batu kerikil yang tersusun rapi di halaman rumahnya, sungguh menyedihkan. Mau tak mau, aku harus datang ke pernikahan mereka untuk mengucapkan selamat atas kemenangan mereka yang berhasil membuatku bodoh!
Bajuku basah kuyup, setelah kepulanganku dari gedung resepsi pernikahan Zidan dan Rani yang berlangsung begitu mewah dan megah. “Mereka begitu bahagia, aku iri ya tuhan..” ucapku lirih mendekap lutut sembari menatap hujan dari balik jendela, tak terasa air mataku terjatuh dan membasahi permukaan pipi.
Dret! Dret! Dret!
Ponselku bergetar tanda ada pesan yang masuk.
“Selamat malam cantik, gue tau sekarang lo pasti lagi nangis kan?” isi pesan masuk dari Adi. Adi adalah sahabat terbaikku.
“Dari mana lo tau?” balasku
“Jelas gue tau lah, barusan gue liat lo lari dari gedung resepsi pernikahan si Zidan brengsek itu ke luar cari taksidengan paras wajah yang sedih, iya kan?” jelas Adi
“Hemm.. Cuma lo yang tau semua tentang gue Di. Tapi kenapa lo gak ngejar gue? Payungin gue ke!, apa ke!”
“Lo itu larinya udah bisa nandingin laju motor gue tau gak! Baru aja mau gue kejar lo udah naik taksi, pastinya gue gak perlu jadi tukang ojeg payung buat lo Sa.. Hahaha” ledeknya yang lantas membuatku tertawa dan bisa melupakan kejadian tadi.
“Hahaha.. Lo emang paling bisa buat gue ketawa Di, makasih ya” ujarku
“Ya, kembali kasih.. Gue kan sayang sama lo” jujurnya membuatku mengkerutkan kening.
“Sayang? Tumben banget lo ngomong kaya gtiu ke gue Di? Haha..”
“Ya udah lupain aja Sa.. Oiyak sory yak gue gak sempet buat telephone lo, sinyal di tempat gue jelek banget, sama kaya lo.. Haha”
“Ikh, gue tuh cantik tauuu.. Banyak cowok yang suka sama gue. Huh!”
“Termasuk gue Sa.. Haha, lupain! Ya udah gue lagi sibuk ni, see you Sania, bye” ujarnya mengakhiri percakapan di sms tadi.
Terkadang aku merasa bimbang akan statusku yang lajang, ya! Sekarang ini aku sedang lajang. Aku takut tidak ada pria yang mau mencintaiku, menyayangiku, pun meminangku, dan itu adalah sebuah mimpi buruk bagiku, separah itu kah? Apa aku sudah tidak percaya lagi akan janji tuhan bahwa setiap insan itu akan diberikan pasangan? Ya tuhan.. Aku takut sekali melupakan itu semua, gumamku. Aku beranjak ke tempat tidur dan mulai terlelap, berharap aku tidak takut lagi akan kehabisan seorang pria yang baik hati. Amin.
Semuanya, terutama buat lo lo semua para jiwa muda yang udah stay tune buat dengerin gue pada sore kali, gue sekarang ditemenin sama cowok ganteng yang udah ada di samping gue.. Namanya Adi, kalian sudah taulah yang mana orangnya, penyiar yang ganteng kedua setelah gue, hahaha.. Sehay dong buat Si ganteng Adi, hayy Adi” celoteh Wili yang mulai onair bersama Adi.
“Hay juga abang Wili yang katanya paling ganteng pertama sebelum gue, PD banget lo, eh asal lo tau ya, gue nemenin lo karena Terpaksa! Lo beruntung udah gue temenin Wil, gue bela-belain gak mampir ke rumah cewek yang gue suka demi nemenin lo!” jelas Adi, lantas aku yang mendengarnya bertanya-tanya tentang perempuan yang disukainya itu.
“Apa? Yang bener? Sory ya, gue gak pernah maksa lo buat nemenin gue Di, atau jangan-jangan lo lebih suka sama gue dari pada sama cewek itu, haha.. Gak nyangka banget ya sobat” seru Wili membuat suasana semakin ceria.
“Ahaha, amit-amit tujuh turunan! Yaudahlah dari pada ngebahas yang gak penting mending kita buka aja tema hari ini.. Temanya adalaaah?” seru Adi
“Resolusi di tahun ini, nah sobat muda, apa si resolusi atau harapan lo di tahun ini? Kirim lewat sms di 08557001083, atau mention kita di twitter @SweetRadio dengan hanstag Harapanku, oke. Nah kalau harapan lo di tahun ini apa Di?” tanya Wili
“Gue punya harapan gak banyak-banyak Wil, semoga hidup gue semakin penuh dengan kebahagian, dan semoga gue gak jadi Jones lagi, amin”
ucap Adi, aku sedikit tertawa kecil mendengarnya. Sore semakin larut menjelang malam tiba, tak terasa aku pun terlelap. Kubiarkan Adi terus berceloteh untuk menemaniku tidur malam ini.
Rasa lapar membangunkanku dari tidur tadi, kubuka mata pelan-pelan, kutatap setiap sudut kamar “HAH? Gue ada dimana nih?” kulihat tata ruangan itu seperti rumah sakit, dan benar saja, aku sedang berada di rumah sakit memakai baju serba hijau. “Kenapa gue ada rumah sakit? Lho, itu kan Adi” kulihat Adi sedang tertidur lelap di sofa, aku menghampirinya, menatapnya, lalu pelan-pelan membangunkannya.
“Di, Adi bangun.. Adiii” sahutku. Adi pun bangun, melihatku ada di dekatnya, lalu dia memeluk erat tubuhku dengan paras wajah yang penuh kecemasan. Ya, aku bisa merasakannya.
“Sania, lo gak apa-apa kan? Gue khawatir sama lo, ini pasti gara-gara kehujanan kemarin kan? Maafin gue ya” seru Adi membuatku heran
“Ikh, lepasin gue! Emangnya gue kenapa? Kenapa gue bisa ada di rumah sakit? Bokap sama nyokap gue mana?” tanyaku penasaran, lalu Adi pun menjelaskan semuanya.
“Semalam nyokap lo angkat telephone dari gue, katanya badan lo panas, nyokap lo tau itu karena pintu kamar lo sedikit terbuka, lo ngigo kesana-kemari, ketika itu gue telephone lo tapi gak lo angkat Sa, trus gue langsung ke rumah lo dan bawa lo ke sini” jelasnya. Aku menghela nafas kecil, kemudian memeluk balik Adi sebagai tanda terimakasih. Rasa laparku sudah hilang setelah beberapa lelucon yang diucapkan Adi membuatku tertawa.
“Hahaha.. Lo tuh paling bisa buat gue ketawa. Oiya, bokap sama nyokap gue mana?” tanyaku
“Mereka gue suruh pulang Sa, karena ada gue yang nemenin lo di sini” ujarnya
“Makasih ya, lo emang the best buat gue” diam sejenak, tiba-tiba melintas di pikiranku akan kata-kata Adi sewaktu On air malam tadi “Oiya, apa bener lo udah gak mau jadi jones lagi Di? Kenapa? Bosan yaaa?” tanyaku sedikit menggodanya.
“Gue kan cowok normal yang butuh pasangan hidup Sa, kalau terlalu lama Ngejomblo yang ada gue galau terus” jelasnya
“Oh, jadi selama ini lo galau ya.. Hahaha. Memangnya siapa si cewek yang lo suka?” tanyaku lagi penasaran seperti paparazi.
“Kalau lo dengerin gue on air kemarin sore pasti lo tau siapa cewek yang gue suka Sa”
“Gue denger kok, buktinya gue tau kalau harapan lo di tahun ini gak mau jadi jones lagi kan? Emangnya ada yang kelewat ya sama gue, ah mungkin gue lupa” celotehku sambil mengingat-ngingat.
“Ya udahlah Sa, lupain aja gak usah diinget-inget. Kalau boleh tau, harapan lo di tahun ini apa?” serunya. Aku terdiam, menyelisik jawaban yang ada di dalam hatiku.
“Eng.. Gue.. Gue pengen menikah Di, tapi gue belum ketemu sama cowok yang tulus dan mau ngajak gue menikah” jawabku membuat Adi sedikit terkejut.
“Apa itu harapan terbesar lo Sa?” tanya Adi
“Ya, gue bosen pacaran, gue capek pacaran yang gak ada ujungnya. Gue gak mau disakitin lagi. Kalau seandainya cewek yang lo suka itu ngajak lo nikah, apa tanggapan lo Di?” Tanyaku membuat Adi tersenyum simpul
“Kalau emang cewek yang gue suka ngajak gue nikah sekarang, gue akan turutin apa yang dia mau, karena gue juga bukan sekedar mencari pacar, tapi juga calon ibu untuk anak-anak gue. Kalau udah sama-sama suka dan sayang, kenapa enggak langsung nikah, iya kan” jelas Adi membuatku semakin kagum padanya. Namun aku menghela nafas dan merundukkun kepala.
“Hmm, beruntung banget cewek yang lo suka itu Di. Dan itu artinya lo bakalan nikah duluan dong Di? Lo gak mau nungguin gue? Kita nikah bareng-bareng aja yuuu.. Hehe” seruku dengan nada manja. Tiba-tiba saja Adi mendekatiku, semakin dekat dan dekat, kini hidung kami saling bersentuhan, lalu kejadian yang tak pernah kuduga sebelumnya pun terjadi, Emmmuuaach..! Adi mencium mesra bibirku, setelah itu dia memelukku dan membisikkian satu kalimat ‘I LOVE YOU’. Jantungku berdetak kencang, aku seperti terhipnotis oleh kecupan itu, aku tak bisa berkata apa-apa, yang jelas saat ini aku tengah merasakan sesuatu yang luar biasa indahnya. “Adi mengecup bibir gue.. Dan gue diam aja, apakah ini bertanda kalau gue juga..?” pikirku bertanya-tanya. Adi masih memelukku, kurasakan debaran jantungnya seakan-akan dia takut kehilanganku. Aku masih terdiam, Adi melepaskan pelukannya, kutatap wajahnya yang tertunduk, tak lama dia menghela nafas kecil, seakan-akan kejadian tadi membuatnya kehilangan banyak energi. Aku ingin bicara sesuatu padanya, namun bibirku beku tak dapat mengatakan apapun kecuali terus menatap Adi dan merasakan sentuhan bibirnya yang masih hangat di bibirku.
“Ma-maafin gue ya Sa” ucapnya tiba-tiba “Gue udah kurang ajar ngelakuin itu ke lo. Gue gak tau lagi gimana caranya untuk buat lo sadar kalau gue tuh suka dan sayang sama lo” jujurnya membuatku tak kuasa menahan haru dan membendung air mata yang terasa panas. Adi masih menundukkan kepalanya, lantas aku mencoba merubah suasana yang lumayan tegang menjadi sedikit rileks. Aku menghapus air mataku dan mulai mengalihkan pembicaraan.
“Gue gak tau apa ini mimpi atau beneran nyata, tapi yang jelas gue gak pernah menduga sebelumnya kalau lo berani ngelakuin hal tadi sama gue” ujarku. Adi mulai menatapku dan menjelaskan semuanya, walau tanpa harus dijelaskan pun aku sudah bisa mengerti.
“Demi tuhan Sa, gue sayang banget sama lo. Maafin gue karena gue udah kurang ajar sma lo, lo harus percaya kalau gue benar-benar tulus” jelas Adi. Melihat kedua matanya yang mulai mengeluarkan air mata membuat hatiku luluh dan tidak ingin mengecewakannya. Tulus dari dalam hati, aku memeluknya, dan berbisik mesra di telinganya “I LOVE YOU TOO”.
Satu bulan telah berlalu semenjak aku dan Adi resmi berpacaran. Banyak yang merasa bahagia dengan status kami yang sekarang. Mama dan Papa merestui hubungan kami. Hingga saat dimana Adi ku undang makan malam di rumah bersama keluargaku, dia ditanya ini dan itu, terutama tentang masalah pernihan. Oh tuhan, aku sungguh bahagia.
“Jadi kapan nak Adi mau mempersunting anak om yang satu ini?” tanya papa di tengah-tengah waktu makan malam berlangsung. Dengan tegas Adi pun langsung menjawab pertanyaan papa.
“Kalau saya kapan saja siap kok Om, minggu depan juga bisa. Tinggal menunggu kemauan dari Sanianya aja” seru Adi sedikit menatapku. Aku tersenyum tersipu malu.
“Sania, kalau Adi ngajakin kamu nikah minggu depan gimana? Kau mau tidak?” tanya papa yang tesenyum simpul menatap mamah.
“Eng.. Aku gak mau pah, mah..” jawabku membuat semuanya kaget, apalagi Adi, wajahnya terlihat kecewa. “AKU GAK MAU DITUNDA-TUNDA, Hahahaha” sahutku membuat Adi, mama dan papa jantungan setengah mati. Adi mencubit pipiku, mama memelukku sementara papa mengelus dadanya sendiri karena takut aku akan membuatnya kecewa, dan itu tidak mungkin kulakukan, karena aku memang sudah ingin menikah.
Malam ini adalah malam yang sangat istimewa. Baju pengantin sudah siap kupakai. Mamah melihatku dengan tatapan mata yang mulai berkaca-kaca, aku tahu apa yang ada di pikirannya, namun aku tak ingin membuat suasana menjadi terlalu haru.
“Saya terima nikahnya Sania Ramadhani binti bapak Agung Ramdhani dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai!!” seru Adi mengucapkan Ijabnya di depan penghulu dan semua yang menyaksikan pernikahan kami.
“SAH?”
“SAAAAAH” Sahut semua orang. Puji syukur Kehadirat Tuhan yang telah mempersatukan kami. Kutemukan ketulusan dalam persahabatan yang kini menjadi Sebuah cinta sejati.
...Adakalanya kita harus lebih peka akan apa dan siapa yang kini dekat dengan kita, karena siapa sangka, ceritanya......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments