"Saya tau Raya adalah 'ibunya' Alifa, tapi kita juga harus memahami kalau saat ini Raya sedang hamil muda, Raya butuh banyak istirahat..!! Jadi hari ini juga akan ada tiga pengasuh yang datang untuk menjaga mereka termasuk Alifa." Kata Bang Seba.
"Kami paham Pak." Kata Bang Jack.
"Oya Jack.. kamu saya tugaskan untuk mengantar Raya kemana pun dia pergi selama saya sedang tidak bisa mengantar dan kamu wajib lapor di setiap keadaan Raya..!!" Perintah Bang Seba.
Bang Jack cukup cemas karena ternyata suami Raya itu begitu tegas dan berwibawa, terlebih Bang Seba terlihat sangat menyayangi Raya, semua begitu terasa dari sikap posesifnya.
"Ii_iya Bang." Jawab Bang Jack gugup dan ragu.
"Kamu dengar apa yang saya bilang Jack??" Tanya Bang Seba karena respon Bang Jack lebih banyak termangu saja.
"Dengar Bang."
Bang Seba yang paham rasa gugup Bang Jack segera merangkulnya. "Saya ini manusia, sama seperti kamu. Saya juga makan nasi, bukan emas batangan. Apa yang membuatmu tidak nyaman dengan saya???"
"Maaf Bang, bukan maksud saya seperti itu. Saya baru saja bertemu sosok seperti Abang, jadi sayaa.........."
"Jangan begitu Jack. Saya dan kamu sama saja. Oya, seperti yang saya bilang tadi ya, titip Raya kalau sedang tidak bisa mengantarnya keluar karena kesibukan pekerjaan saya..!!" Pinta Bang Seba sekali lagi.
"Baik Bang, saya akan menjaganya." Kata Bang Jack menyanggupi.
Bang Jack sempat melirik Bang Mex yang terdiam pasrah setelah tau gadis pujaannya sudah di miliki pria lain. Ia tau betul bagaimana cinta sahabatnya itu untuk Raya namun kini semua telah sirna sia-sia.
Karena merasa Bang Jack meliriknya, Bang Marsidi refleks menatap Bang Jack. "Raya berada di tangan pria yang tepat dan saya sudah mengikhlaskan Raya bersama pria pilihannya." Jawab tegas Bang Marsidi.
Barulah saat itu Bang Jack membuang nafas lega. Sungguh dirinya tidak ingin melihat ada perdebatan di antara Bang Marsidi dan Bang Seba. "Apa ini berarti maksudnya Bang Seba sudah tau kalau Mex adalah seorang tentara?" Selidik Bang Jack.
"Malah saya yang baru tau kalau Bang Seba adalah tentara. Bang Seba adalah komandan saya."
Dua kali lipat Bang Jack melotot mendengarnya, pantas saja pria yang di gadang-gadang sebagai suami Raya itu berperawakan tinggi, gagah, tegap, dan terlihat begitu berwibawa.
"Itu hanya profesi, di luar profesi itu.. kita berperan sebagai warga negara biasa. Sudah jangan bahas hal ini lagi. Masih banyak hal yang lebih penting untuk di bahas daripada sekedar seragam." Kata Bang Seba.
Pandangan mereka bertiga kemudian tertuju pada Raya yang sedang memberi susu untuk Alifa menggunakan botol. Alifa begitu tenang dalam buaian Raya. Sesekali Raya membacakan do'a namun kemudian terdengar Raya mengajak bicara gadis kecil yang memiliki paras imut dan menggemaskan tersebut.
Debaran jantung Bang Seba semakin kencang. Ada rasa tak terlukiskan melihat paras wajah Raya yang seimbang dengan kecantikan hatinya.
...
Malam tiba. Raya kembali pulang bersama Bang Seba dan hari ini Raya bisa bernafas lega karena 'anak-anak' sudah berada di tempat yang aman dan sudah memiliki pengasuh.
"Cepek?" Sapa Bang Seba saat Raya bersandar memejamkan matanya.
"Sedikit." Jawab Raya singkat.
"Mau Abang antar ke pijat refleksi?" Tanya Bang Seba mulai menaruh perhatian pada Raya.
"Kenapa tidak Abang saja?" Jawab Raya masih tetap memejamkan matanya.
Sontak Bang Seba refleks menoleh mendengar jawaban Raya. Bibirnya ternganga karena di antara rasa percaya dan tidak atas permintaan Raya.
"Benar nih???? Kamu mau Abang yang pijatin???"
Raya mengangguk saja karena memang dirinya sangat lelah dan tidak ingin orang lain yang memberi perhatian lebih padanya.
"Okeeeyy.. Jangankan refleksi, relaksasi pun Abang sanggup." Dengan semangat perjuangan, Bang Seba menginjak gas full agar bisa segera sampai ke rumah.
...
Seorang anggota piket jaga kesatrian membukakan pintu untuk Bang Seba.
"Selamat malam Dan..!!" Sapa anggota tersebut.
"Selamat malam."
Anggota piket jaga tersebut ternganga melihat Kapten Sabda Palinggih yang sangat ramah dengan senyum tipisnya, jarang sekali para anggota bisa melihat senyum sang Kapten.
~
"Malas jalan Abaaaang..!!" Rengek Raya, badannya terasa sangat letih hingga Raya tidak bisa menahan rasa kantuknya.
"Abang gendong saja ya..!!" Tak banyak bicara, Bang Seba langsung mengangkat Raya. Di lihatnya paras cantik sang istri hingga entah sadar atau tidak, Bang Seba mengecup kening Raya.
Perlahan Bang Seba membaringkan Raya, saat akan menurunkan tangan Raya, istri kecilnya itu kembali merengek kecil.
"Kalau masih sadar, bangunlah sebentar saja.. kamu mau merasakan 'jadi istri' Abang atau tidak?" Bisik Bang Seba.
Sekuat tenaga Raya membuka matanya, mengalahkan rasa kantuk tak tertahan. Setelah matanya terbuka, sungguh ia terkejut melihat Bang Seba mengecup keningnya hingga matanya seketika terbuka lebar. Raya tidak bisa berbuat apapun saat Bang Seba melucuti dirinya. "Baang..!!" Raya mulai gelisah, ingin rasanya menghindar tapi raganya seakan tidak mampu.
"Dalem sayang, balas ya..!!" Ucap lembut Bang Seba.
***
"Kenapa melamun saja?" Tegur Bang Seba kemudian menyerahkan segelas susu ibu hamil untuk Raya.
Raya menoleh hingga rasanya gugup. Pagi ini Raya terbayang kejadian semalam bersama Bang Seba. Rasa malu tak terkira mengusik hatinya tapi dirinya juga tidak bisa berbohong ada rasa berbeda.
"Dek..!!" Bang Seba sampai harus menyenggol lengan Raya karena istrinya itu hanya diam tanpa kata dengan tatapan mata yang penuh tanda tanya.
"Abang sama Mbak Anna pernah.......... Pernah seperti yang semalam nggak?" Tanya Raya tiba-tiba gelisah.
"Astagfirullah.. Yo nggak to dek. Kenapa mikirnya bisa sampai kesana??????"
"Raya nggak suka Abang dekat sama mbak Anna." Jawab Raya kemudian memalingkan wajahnya.
Kini Bang Seba paham. Raya sedang tidak nyaman dengan hadirnya Anna. Di balik keluguannya, Raya belum bisa menerangkan maksud dan keinginan hatinya. "Oohh.. jadi Raya aja nih yang boleh dekat sama Abang??" Goda Bang Seba.
"Memangnya Abang mau dekat sama Mbak Anna lagi???" Tanya Raya sembari mendengus kesal.
"Yaaaaa.. kalau di ijinkan siiihh..!!!" Tak hentinya Bang Seba menggoda Raya.
"Nggak.. nggak.. nggak boleeeehh..!!!!!" Pekik Raya sembari menancapkan kukunya yang tajam di perut Bang Seba.
"Iiihh kenapa??? Kamu khan nggak mau sama Abang."
"Baaaang..!!!!" Raya semakin menancapkan kukunya.
"Laahh.. jadi bagaimana nih, mau nggak sama Abang????" Ledek Bang Seba.
"Yang awalnya nggak mau khan Abang. Kenapa jadi Raya sih yang salah."
"Aaawwhh.. sakit dek.. kukumuuu..!!!" Bang Seba kewalahan tapi tidak mungkin membalas 'kekerasan' dari Raya yang bahkan tidak terasa menyakitkan. Bang Seba kemudian menyandarkan Raya di perut sixpack nya. "Maafkan suamimu yang banyak gengsinya. Abang sayang sama Raya. Abang sudah kalah sejak kita menikah. Mana mungkin Abang nggak terpikat dengan sosok Raya sedangkan dari Raya saja Abang sudah mau punya si kecil yang Abang tunggu."
Raya mengendurkan cakarnya. Rasanya sungguh nyaman berada dalam dekapan Bang Seba. "Jadi Abang mau tanggung jawab khan?"
Seketika Bang Seba menghela nafasnya. Ia memijat pangkal hidungnya. "Iki piye to dek? Suwe-suwe iso paru-paru basah mikir kowe."
"Mau nggak?" Tanya Raya seakan mengancam dan akan kembali menancapkan kukunya.
"Iyaaa.. iyaaaa... Abang tanggung jawab."
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Yane Kemal
Maulah
2023-04-29
3
🍀 chichi illa 🍒
Oalah 😂😂😂😂
2023-04-27
1
🍀 chichi illa 🍒
maaf bang aku ngakak 😂😂😂😂
2023-04-27
1