7. Khilaf karena amarah.

Pagi hari Raya sengaja menggulung rambutnya yang basah dengan handuk dengan gaya genitnya yang luar biasa.

Bang Seba berusaha setenang mungkin menghadapi situasi paling berbahaya dalam hidupnya. Ternyata selama ini pikirannya sudah salah. Hal yang paling berat dalam hidup ini bukanlah musuh, melainkan menahan diri terhadap godaan makhluk Tuhan berjenis hawa. Namun kali ini beratnya ribuan kali lebih berat. Menahan hasrat dalam keadaan sudah halal merupakan ujian yang teramat sangat menguji ketahanan emosi dan mental.

"Uugghh segarnyaaaa..!!" Raya mengusap pundaknya yang putih mulus tanpa tertutup handuk.

Secepatnya Bang Seba mengalihkan pandangan pada layar ponselnya. Jemarinya mengarah naik turun membaca berita di pesan singkat. Ia tau betul istri kecilnya sudah mulai bertingkah dan sengaja menggodanya.

"Uuppss jatuh." Raya membungkuk mengambil handuk yang tiba-tiba saja jatuh dari kepalanya dan masih menyisakan tetes air di bahu dan lantai.

Ekor mata Bang Seba melirik tingkah Raya namun sekuat mungkin ia menahan denyut dan deru nafas yang semakin tidak sejalan.

"Jangan buat kotoran, di pel yang bersih. Saya nggak mau ada jejak kaki marmut di rumah ini..!!" Perintah Bang Seba.

Mendengar kata-kata itu jelas Raya tersinggung, bagaimana bisa Bang Seba menyamakan dirinya dengan marmut. Ia berniat menggoda pria itu seperti yang ada di film drama Korea namun yang terjadi malah tidak sesuai ekspektasi nya.

"Dasar laki-laki yang aneh." Dengan cepat Raya masuk ke dalam kamar.

"Hhfft.. Ya Allah Ya Rabb." Bang Seba meletakan ponsel lalu mengusap wajahnya. "Jangan dulu Raya.. Tolong bantu saya..!! Saya tidak mau merusak masa muda dan mimpimu. Jika saya sudah terlanjur mendekatimu.. akan ada banyak tuntutan yang harus kamu jalani." Gumam Bang Seba menenangkan pikirannya.

...

Sore hari tiba, Bang Seba baru kembali lagi ke rumah usai menyelesaikan pekerjaan barunya sebagai Kepala Intel di batalyon. Saat itu ia tidak melihat Raya berada di rumah dan tanpa berpamitan dengannya.

"Kemana dia? Kenapa nggak pamit??" Bang Seba juga baru menyadari jika mereka belum sempat bertukar nomer ponsel karena sibuk berdebat.

Bang Seba segera menghubungi Pratu Marsidi tapi ajudannya itu tidak kunjung menjawab panggilan teleponnya.

"Kemana dia???" Gerutu Bang Seba kemudian segera berganti pakaian lalu menyambar kunci mobil.

:

Usai mendapatkan informasi yang akurat dari rekannya. Bang Seba segera mencari Pratu Marsidi di sebuah rumah tua yang tersembunyi di ujung desa dan di duga rumah tersebut adalah basecamp Genk milik Raya.

Benar saja. Bang Seba memarkir mobil dan melihat di dalamnya. Hanya Raya sendiri yang menjadi satu-satunya wanita di sana. Matanya dengan jelas melihat Bang Marsidi yang terus menatap Raya dan bersikap melindungi gadis itu.

"Kita harus segera pakai uang itu..!!" Kata Bang Jack.

"Aku masih berusaha merayu pacarku agar dia mau mencairkan uang itu. Karena sampai hari ini dia belum memberikan uangnya. Baru wacana saja." Raya menjadi sedih menjawabnya.

"Kamu harus hati-hati Ray.. mau dia pacarmu sekalipun, dia tetap pria yang berbahaya." Bang Marsidi mengingatkan Raya.

"Kurasa dia tidak seberbahaya itu. Aku bisa jaga diri." Kata Raya.

Bang Marsidi tak sanggup berkata apapun lagi. Saat ini ia hanya takut jika nanti Bang Seba akan memperlakukan Raya dengan buruk. Selama ini dirinya lah yang selalu menjaga Raya dalam diam. Tak sanggup jika hal buruk terjadi pada gadis yang sudah memenuhi relung hatinya.

"Kau khan tau kalau aku ini tangguh. Pasukanku banyak." Raya tetap tersenyum bahagia.

"Aku tau kamu yang terhebat. Wanita kuat dan tangguh yang pernah kutemui." Dekapan tangannya tak pernah lepas dari bahu Raya.

Mereka tak menyadari ada sosok yang mengawasi. Bang Seba sangat marah apalagi Marsidi tak kunjung memindahkan tangannya dari bahu Raya. Rasa sabarnya sudah habis, ubun-ubunnya terasa panas terbakar. Bang Seba segera masuk dan langsung berhadapan dengan Raya dan Bang Marsidi.

Para anggota Genk sudah bersiap siaga dan waspada untuk menyerang tapi Bang Marsidi menahannya. "Jangan.. Bang Gigih bukan musuh..!!"

"Kalau aku bukan musuh, berarti kau yang musuh..!!" Bentak Bang Seba.

"Saya jelaskan..!!"

Bang Seba tak peduli, ia melayangkan tendangan.. perkelahian sengit tak terhindarkan. Satu sama lain saling menghantam.

Hingga sampai pada satu kesempatan, Bang Seba menarik tangan Raya. "Ayo pulang...!!"

"Nggak mau..!!"

Bang Seba tak peduli dan langsung menyeret Raya hingga ke mobil.

"Boss..!!!!!!" Para anggota Genk mengejarnya.

"Jangan.. ada masalah yang harus di selesaikan Raya berdua dengan Bang Gigih." Cegah Bang Marsidi meskipun dalam hati sebenarnya ia juga sangat cemas.

~

"Beraninya kamu keluar rumah tanpa ijin dari saya..!!!" Bentak Bang Seba.

"Aku juga punya kegiatan."

"Tidak ada yang melarangmu, tapi setidaknya kamu bilang sama saya. Apalagi kamu keluar bersama laki-laki lain. Jangan bertingkah murahan Raya..!!!" Ucap kesal Bang Seba. "Tidak perlu berkedok menjadi ketua Genk dan bersikap manis. Sejak kapan kamu menjual diri?? Berapa kali kamu membuka paha di depan Marsidi?????"

plaaaakk..

Raya menampar keras pipi Bang Seba yang sedang menyetir. Ia hanya diam tanpa membalas perlakuan Raya yang sudah berwajah mendung.

Mobil berbelok ke arah kesatrian batalyon, Bang Seba menyetir dengan kencang lalu melaju cepat hingga masuk ke lingkungan mess transit.

"Keluar..!!!!" Perintahnya dengan nada dingin.

Tanpa ada kata ulang, raya segera turun dan membanting pintu mobil dengan kencang barulah kemudian Bang Seba kembali melajukan mobilnya.

...

Ada segelas minuman keras di hadapan Bang Seba. Pikirannya terus tertuju pada Raya. Entah kenapa dia bisa semarah itu melihat Raya bersama Marsidi bahkan air matanya ikut meleleh. "Saya baru mengenalmu dalam hitungan jam namun hati saya terasa begitu sakit melihatmu bersama pria lain. Perasaan apa ini? Darimana datangnya?" Gumamnya kemudian menghisap rokoknya.

"Mau kutemani?" Tiba-tiba seorang gadis memeluk Bang Seba dari belakang.

"Pergilah, saya tidak mau di ganggu siapapun. Bukan kamu yang saya mau..!!!!!!"

Kemarahan Bang Seba membuat gadis itu takut dan segera menghindarinya.

***

Raya membuka pintu rumah saat mendengar suara gaduh ketukan pintu. Begitu pintu terbuka, langkah Bang Seba sempoyongan hingga masuk ke toilet.

"Bang.. Abang mabuk ya?" Tegur Raya saat mendengar suara mual dari kamar mandi.

Tak ada sahutan sampai akhirnya pintu toilet terbuka.

"Baang, Abang mabuk??" Raya mengulang pertanyaannya. "Kenapa Abang mabuk???"

Bang Seba melirik Raya dengan mata yang masih memerah. "Kenapa? Apa Marsidi jauh lebih baik dari saya dan kamu muak melihat saya yang tidak sesuai dengan kriteriamu??"

"Sudahlah Bang, ayo tidur.. Abang mabuk berat..!!" Ajak Raya.

"Saya tidak mabuk..!!"

Bang Seba menarik tangan Raya hingga masuk ke dalam kamar lalu menguncinya. "Abaaaang.. jangan Bang..!!!"

Raya semakin takut saat melihat Bang Seba melonggarkan ikat pinggang lalu membuka pengaitnya. Pandangan mata Raya tertuju pada satu titik, saking kagetnya.. ia sampai tidak bisa bersuara. "Abaaaang.." suara itu tertahan dan hanya terdengar di ujung tenggorokan.

Bang Seba mendekati Raya. Raya pun mundur hingga akhirnya terduduk di atas ranjang. Tatapan mata Bang Seba sangat tajam. Ia tersenyum menyeringai. "Kemana ulah nakalmu?"

Raya gelagapan juga ketakutan, ia tidak bisa menerka lawannya saat ini. "Abang sedang mabuk atau tidak?" Tanya Raya lembut.

"Saya tidak mabuk." Jawab Bang Seba.

"Kalau Abang mabuk, aku akan memaafkan dirimu juga perkataanmu hari ini tapi jika Abang tidak mabuk. Aku akan membencimu atas apa yang Abang lakukan hari ini."

"Kalau kau pintar.. kau bisa menilainya..!!"

Raya mencium aroma alkohol yang kental dari tubuh dan bibir Bang Seba.

Saat itu Bang Seba mencoba untuk memeluk Raya untuk pertama kalinya. Lembut dan penuh perasaan. Raya tidak menolaknya bahkan saat dirinya menyerusuk ke sela leher Raya, gadis itu malah menggeliat di dalam pelukannya.

"Raya takut..!!" Ucap gadis itu pelan dan setengah memberontak.

Bang Seba semakin erat memeluknya.

"Baaang..!!!!" Raya mulai memprotes saat tangan Bang Seba mulai nakal menjalar hingga satu persatu pakaiannya terlepas.

"Saya tidak suka kamu dekat dengan Marsidi..!!"

Bang Seba melebarkan paha Raya dan...........

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Amin Urrohim

Amin Urrohim

mabuk meletre bg sat 😁

2023-05-12

2

Ratu Tety Haryati

Ratu Tety Haryati

Dan.... stopppp... cukup... pembaca sudah paham apa yg terjadi🤭

2023-04-09

1

🍀 chichi illa 🍒

🍀 chichi illa 🍒

lanjuuuut mb Nara

2023-04-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!