6. Emosi jiwa karenamu.

Bang Seba membuka pintu mess transitnya siang hari itu. Mess bujangan perwira yang terlalu besar dan memang lebih pas untuk pengantin baru.

"Assalamu'alaikum." Sapa Bang Seba.

"Wa'alaikumsalam." Raya sedikit terpana melihat perubahan penampilan Bang Seba siang itu. Rambut cepak berjambul, tanpa jambang dan kumis membuat pria tersebut nampak gagah dan memunculkan aura maskulin yang kental.

Bang Seba pun tercengang melihat Raya memakai pakaian yang amat minim. Rok jauh di atas paha dan pakaian kerah V membentuk lekuk tubuh.

"Apa kamu tidak punya pakaian yang lebih pantas?" Tegur Bang Seba.

Perhatian Raya pun teralihkan. "Apa yang tidak pantas, ini juga pakaian. Masa aku terlihat sedang pakai taplak meja?" Jawab Raya.

"Mungkin taplak meja masih jauh lebih pantas. Mata lelaki tidak sembarangan dalam menilai perempuan. Jaga dirimu, lindungi tubuhmu.. minimal dengan pakaian yang sopan..!!" Kata Bang Seba mengingatkan. Statusnya yang kini adalah suami Raya sudah menjadi cukup alasan untuk menegur istri kecilnya.

"Kenapa pikiran Abang jauh sekali. Kalau para pria tidak ada nafsu seperti Abang atau Mex maka aman saja." Raya masih terlalu lugu untuk memahami dunia yang begitu luas.

"Pria tetaplah pria Raya. Insting mereka tentang hal 'berbau hawa' akan tetap tajam. Alhi keimanan sekalipun bisa menjadi dungu seketika jika sudah berhadapan dengan gunung merapi dan bukit cinta. Kamu jangan coba menguji nyali. Mau kamu katakan si Mex itu tahan godaan, dia juga tetap laki-laki. Sekarang ganti pakaianmu..!!" Pinta Bang Seba. Sejak semalam emosinya sedang naik turun.

"Nggak mau, aku yakin Mex tidak begitu." tolak Raya sembari berlalu, ia mengibaskan rambutnya sampai menguarkan bau wangi yang membuat naluri Bang Seba terganggu.

"Saya tidak main-main Raya."

"Aku juga tidak." Jawab Raya.

Untuk sejenak Bang Seba memejamkan mata, ia beristigfar sebanyak-banyaknya untuk menghadapi Raya yang seakan menjadi ujian berat untuknya. Agar semua terkendali, ia pun memilih menjauhi Raya.

'Tuh khan, Bang Seba nggak bahaya. Mungkin pria semacam Bang Seba adalah salah satu pria yang tidak punya nafsu. Hanya sombongnya saja yang besar.'

Raya tersenyum penuh kemenangan. Kakinya melenggang tanpa rasa bersalah menuju ke kamar.

...

Saat makan malam, tak ada perbincangan apapun di antara Bang Seba dan Raya hingga makanan mereka habis tak bersisa, semua terasa kaku dan dingin.

tok.. tok.. tok..

Raya hendak beranjak tapi Bang Seba mencegahnya. "Bereskan mejanya. Biar saya yang buka pintu." Perintah Bang Seba.

Tanpa kata Raya pun menurut meskipun dengan wajah cemberut.

~

"Sebenarnya ada perlu apa kau mencari Raya? Dia sibuk membereskan rumah."

Mendengar kata ketus dari Bang Seba, ada rasa yang janggal di dalam hati Bang Ilham namun ia menepisnya karena tau sifat sahabatnya itu memang demikian adanya. Tegas, kaku, dingin dan tidak ada kata penolakan jika dirinya sudah memberikan keputusan.

"Aku hanya ingin kenal lebih dekat dengan adikmu, itu saja. Kasihan sekali dia tidak punya teman disini." Kata Bang Ilham.

"Cukup aku saja temannya, dia tidak perlu teman lain apalagi seorang pria." Tolak tegas Bang Seba.

Jawaban itu lumayan membuat Bang Ilham kesal. Tidak seperti biasanya sikap sahabatnya itu akan berubah. Atau mungkin karena Raya adalah adiknya Bang Seba jadi pria itu jadi lebih protektif untuk menjaga adiknya.

"Baiklah kalau begitu. Aku titip martabak telur ini saja buat adikmu. Maaf dompetku yang cekak hanya bisa menyogok sekotak martabak telur." Kata Bang Ilham.

"Bawa kembali..!!" Lagi-lagi Bang Seba menolak.

"Ini hanya sekedar makanan, bukan guna-guna atau tumbal angon jenglot Seb." Bang Ilham semakin kesal saja.

"Raya alergi bulu."

"Ya salaaam, bulu wae di kepalamu. Bulu apa sih???" Gerutu Bang Ilham.

"Bulu babi."

Bang Ilham yang kesal akhirnya mengambil langkah seribu meninggalkan Bang Seba dan tak ingin berurusan lebih lanjut dengan sahabatnya.

Tak lama berselang, Bang Seba mencomot sepotong martabak telur lalu melahapnya meskipun martabak telur tersebut masih panas.

"Merayu perempuan kok pakai martabak. Pakai obat kuat donk.. kuat tahan malu." Kini Bang Seba yang balik menggerutu. "Beraninya menggoda istri orang. Langkahi dulu mayatku..!!"

~

Raya baru saja selesai mengaduk teh, ia melirik ke belakang punggung Bang Seba yang sudah mematikan lampu ruang tamu dan menutup gorden.

"Lho, tamunya mana Bang?"

"Sudah pulang. Tuh martabak telur kalau mau." Bang Seba meletakan kotak martabak telur itu dengan sedikit kasar.

"Letakan yang benar Bang, itu makanan." Kata Raya.

"Saya hanya meletakkan kotak martabak ini dengan sedikit kasar, lalu apa yang kamu lakukan?? Mau menyuguhkan minuman di depan laki-laki lain pakai pakaian kurang bahan ini?? Kamu mau menampar wajah saya di muka umum??" Bentak Bang Seba.

Mimik wajah Raya pun berubah. Ia meletakan sendok di atas nampan. "Kapan aku berniat keluar dengan pakaian ini?? Aku hanya pakai pakaian ini di dalam rumah dan hanya Abang yang tau. Aku cukup tau aturan ya Bang. Mamaku mengajarkan untuk merajakan tamu. Jika tamunya laki-laki, aku hanya meminta Papa yang mengeluarkan minuman atau mungkin meminta bibi yang mengantar. Abang pikir aku semurah itu??"

"Jika saja saya hanya pacarmu, kenapa kamu tunjukan tubuh di hadapan saya???" Bang Seba masih terbawa perasaan kesalnya.

"Karena Abang tidak punya nafsu." Jawab Raya singkat.

"Nggak punya nafsu matamu itu. Kau pikir saya ini im****n????" Nada suara Bang Seba meninggi merasakan darah sudah naik di ubun-ubun kepala.

"Apa buktinya?????"

Tangan Bang Seba mengepal kuat. Ia menatap lekat kedua bola mata indah milik Raya. "Butuh bukti apa?" Tanya Bang Seba.

Raya sedikit menarik roknya lalu menurunkan kerah kemejanya. "Berani atau tidak?"

"Bocah tengik, minta di sidak paksa kamu ya..!!!"

Raya melangkah maju kemudian meraba dada Bang Seba dan mencubitnya pelan. "Jangan berani bicara saja Bang." Ia pun melangkah masuk ke dalam kamar dengan gayanya yang menggoda.

"B*****t..!!!!!"

braaaakkk..

Bang Seba menendang kursi makan. Kini kepalanya benar-benar sakit menghadapi ulah nakal Raya. "Lihat saja kamu. Kalau sudah tiba saatnya, sampai nangis minta di lepaskan sekali pun. Saya tidak akan melepaskan kamu. Mau jadi anak ya jadi saja sekalian. Saya nggak peduli..!!!!!!" Ancam Bang Seba. "Sekali lagi kau berulah macam-macam. tamat sudah kau rasakan..!!!!!"

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Iis Cah Solo

Iis Cah Solo

iiihhh ngeriiii bang sebaaa..😌😌😌

2023-10-07

1

Ratu Tety Haryati

Ratu Tety Haryati

Puasno lekmu nantang bojomu, Nduk...
Bar kuwi gantian sampeyan sing ampun2 ra gelem ditinggal😂😂😂

2023-04-09

3

Try Susilowaty

Try Susilowaty

sabar bang sabarrrr🤣🤣🤣🤣
maklumin ye, msh bocillll
ntar ngidam aneh2 repotrt🤣🤣🤣

2023-04-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!