Hari sudah tengah malam saat semua sedang mendapatkan interogasi. Para anggota POM mulai resah karena Raya satu-satunya wanita yang terlibat dalam Genk motor tersebut bahkan gadis tengil itu lah ketua Genk-nya.
"Ijin Kapten, apa gadis itu harus di biarkan satu ruangan bersama anggota Genk motor tersebut atau di pisah?" Tanya seorang anggota ikut bingung.
"Biar saya yang jaga..!!" Jawab Bang Seba sembari menghisap rokoknya.
Para abdi dalem pun tidak di ijinkan untuk menunggu di seputaran ruang ataupun kantor penyelidikan agar tidak menghambat pekerjaan para anggota.
"Hheehh.. puas kamu sudah buat saya jadi seperti tahanan???" Ucap keras Raya dengan gaya berkacak pinggang.
Bang Seba membiarkan saja gadis kecil itu berteriak-teriak bak orang gila. Ia tetap menikmati rokoknya seakan tidak ada gangguan.
"Eehh kau tuli ya??" Suara Raya semakin meninggi.
Tak mendapat jawaban dari Bang Seba, ia pun menyambar batang rokok di samping Bang Seba lalu menyulut dan menghisapnya.
"Uhuuukk...!!!" Raya terbatuk tak karuan di samping Bang Seba. "Rokok macam apa ini?? Pasti rokok murahan." Gerutu Raya.
Tanpa di duga Bang Seba mengambil rokok di sela jari Raya lalu menghisapnya dan menghembuskan ke segala arah. "Kalau tidak bisa merokok tidak usah macam-macam. Sayangi rahim mu..!!"
"Kata siapa tidak bisa? Aku ini jagonya merokok." Ucap Raya dengan sombongnya.
Bang Seba mengangguk. Lalu kemudian memanggil junior nya. "Nicko.. tolong ambilkan rokok jagung di bagasi mobil saya..!!"
~
Rokok tersebut memang sengaja di siapkan untuk memberi sanksi pada para anggota atau pria yang menggangu kenyamanan warga di manapun berada.
"Ini kehormatan. Habiskan dua batang..!!" Perintah Bang Seba.
"Ciihh hanya dua. Begini saja kecil..!!" Jawab Raya dengan sombong tapi Bang Seba tau betul gadis itu tengah menutup rasa takut dan cemasnya.
Bang Seba tak menjawab dan tetap pada sikap dinginnya. Ia terus menghisap rokoknya karena memang dirinya adalah seorang perokok berat.
Tak ingin di remehkan, raya menyulut dan menghisap rokok dari kulit jagung tersebut. Baru sekali menghisapnya, Raya sudah terbatuk lumayan parah hingga akhirnya harus muntah hebat tak jauh dari Bang Seba.
Pria itu bukannya tak mau menolong tapi dirinya pun jengah dengan kelakuan gadis kecil yang minim sopan santun padanya.
"Bagaimana rasanya??? Enak???" Kata Bang Seba kemudian.
"Kau.. kau benar-benar pria paling kurang ajar yang pernah kutemui. Awas saja kau. Kau akan menerima akibatnya dengan tunai..!!" Ancam Raya tak kenal takut. "Kau tidak tau sedang berurusan dengan siapa."
"Ya dengan kau, siapa lagi." Balas Bang Seba ringan dan santai.
Tak ada yang mengira saat itu Raya melayangkan tendangan dan pukulan langsung mengarah pada Bang Seba. Lagi-lagi dengan santai Bang Seba meladeni ulah Raya yang menyerangnya bagai murid sedang latihan beladiri.
"Kuda-kuda mu salah..!! Lenganmu luruskan..!!" Kata Bang Seba mengarahkan.
"Kau pikir aku bodoh???????" Bentak Raya sembari melayangkan semua jurus yang ia miliki.
"Rayaaaaaa...!!!!!!" Teriak seseorang dari dalam mobil.
"Giih.. berhenti..!!!!!!" Bentak Papa Sanca.
Namun saat itu langkahnya tidak seimbang dan seketika itu kaki Raya terkilir, ia bingung mencari pegangan dan hanya pakaian Bang Seba saja yang bisa ia raih. Bang Seba yang tidak siap akhirnya ikut terjerembab hingga pada posisi menindih Raya.
"Aaaaaaa...."
Tangan Bang Seba sigap melindungi kepala Raya. Ia mencoba menjaga diri agar tidak sampai benar-benar menindih seorang gadis.
"Saa_kiiiit." Rintih Raya terdengar sangat imut, gadis itu sampai terisak dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
"Gigiiiihh..!!!!!!" Papa Sanca menarik kerah jaket Bang Seba lalu menampar putranya itu. "Apa begitu caranya memperlakukan wanita???? Berani benar laporan dari pusat kalau kamu memukuli wanita????"
Bang Seba bungkam seribu bahasa dengan wajah datar. Ia pun langsung menyulut rokok seakan tidak terjadi apapun.
"Sanca????" Sapa seseorang yang berdiri di samping Raya.
"Nelson???? Ya Tuhan.. ada angin apa kita bertemu disini?"
Papa Sanca dan Papa Nelson saling berpelukan melepas rindu sahabat lama tanpa mempedulikan Raya yang masih terbaring disana.
"Aku sungguh minta maaf atas kelakuan putraku pertamaku." Kata Papa Sanca tidak enak hati.
"Aaahh tidak perlu sungkan, aku yang paham bagaimana tingkah putri bungsuku. Dia itu ketua Genk yang tidak berguna." Imbuh Papa Nelson ikut resah.
Bang Seba menggeleng melihat kedua pria setengah baya asyik sendiri dengan dunianya untuk mengenang masa lalu hingga melupakan gadis yang masih terbaring dalam tangisnya. Ia menggapit rokok di bibirnya lalu segera membantu Raya untuk berdiri namun ternyata Raya tidak sanggup untuk berdiri.
"Aawwhh.. kakiku sakit." Ucapnya lirih.
Bang Seba hanya membuang nafas panjang lalu mengangkat Raya dan menjauh dari kedua bapak yang sibuk dengan dunianya.
//
"Benar, mungkin ini takdir Tuhan dan candaanku benar-benar terjadi. Aku punya anak gadis."
"Kau sudah punya banyak cucu. Sedangkan aku satupun belum dapat. Dua kali gagal dalam menjalin hubungan membuat putraku malas dengan makhluk bernama wanita." Kata Papa Sanca.
"Tapi putriku masih bodoh. Apa tidak menyusahkan putramu saja?" Tanya Papa Nelson.
"Tenang saja. Pernikahan itu beda dengan pacaran." Jawab Papa Sanca.
//
Raya sampai meremas pundak Bang Seba saking sakitnya menahan rasa sakit saat Bang Seba membantunya memijat kakinya yang terkilir.
"Masa ketua Genk nangis??" Ledek Bang Seba.
"Aku tidak pernah sakit selama hidupku."
"Lebih baik kakimu yang sakit daripada hatimu." Jawab Bang Seba dengan ribuan makna.
Raya masih berpikir tapi kemudian para Papa berdiri di hadapan mereka berdua.
~
"Apaaaa????? Aku nggak mau..!!" Tolak Raya.
"Aku juga nggak mau." Bang Seba tak kalah dingin.
"Kamu jangan malu-maluin Gih. Sampai kapan senjatamu itu nganggur???? Rugi di bentuknya? Atau jangan-jangan kamu memang tidak jantan?? Atau kamu nggak suka perempuan???" Kata Papa memicu keributan dengan Bang Seba.
"Maksud Papa apa?? Papa mau bilang kalau aku nggak normal??? Aku nggak percaya perempuan bukan karena aku nggak suka sama perempuan." Jawab Bang Seba terpancing emosi.
"Ya sudah.. kalau begitu nikah saja..!!"
"Menikah itu nggak main-main Pa. Aku belum sanggup jaga dan hidupin anak orang." Tolak Bang Seba.
"Kamu menolak anak saya??? Pantang putri kesultanan di tolak. Saya akan membuat perhitungan dengan kesultanan milik keluargamu karena telah menghina kami..!!!" Bentak Papa Nelson.
Bang Seba sangat kaget. Bagaimana pun juga dirinya harus ikut andil untuk perdamaian dua kubu kesultanan yang dulu pernah bersenjata pada jamannya.
Papa Nelson dan Papa Sanca saling lirik lalu keduanya mengeluarkan senjata masing-masing, senjata kecil kebanggaan keluarga.
"Putramu memulai pertikaian lebih dulu. Di antara kita harus ada yang berdarah untuk menyelesaikannya."
Seketika pikiran Bang Seba menjadi buntu. Jika ada hal yang menyangkut kepentingan orang banyak maka dirinya tidak akan membiarkan hal buruk terjadi.
"Baik.. saya akan menikahi putri. Sekarang pun saya siap..!!"
Papa Sanca dan Papa Nelson memasukkan kembali senjata mereka sembari menyembunyikan senyum.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Iis Cah Solo
waaaahhh papa sanca kangen akuu mamah fia manaa...😊😊😊
2023-10-07
0
Sugianto
woah..si bapak2 emang. pinter dah akalnya😘😘😘
2023-05-18
1
Ratu Tety Haryati
Hillliiihhhh tibakno mung drama😂
2023-04-09
2