Pagi ini sepertinya Caitlyn harus menyediakan stok sabar sebanyak mungkin. Dia tahu bahwa orang-orang di rumah ini memang sangat menyebalkan. Tidak sang suami, tidak jua ibu mertua, ditambah lagi nenek mertuanya. Tingkah laku mereka terkadang menempatkan Caitlyn pada sebuah persimpangan yang membingungkan. Ingin belok ke kanan atau ke kiri, ataukah berjalan lurus saja, atau juga jalan di tempat saja? Benar-benar menguji kesabaran.
“Sudah aku aku katakan jangan buatkan jus ini lagi dan lagi. Kenapa kau begitu keras kepala hah? Sudah mulai ketularan suami yah?”
Caitlyn masih tersenyum mendengar Omelan sang nenek mertua.
“Bukan keras kepala juga, Nek. Tapi aku ingin buatkan saja. Ini, ‘kan, baik untuk kesehatan jantung Nenek?” Caitlyn membela diri.
“Tetap saja itu keras kepala.” Nenek Sanju kekeh.
Caitlyn tertawa kecil. “Ya, anggap saja begitu dan sekarang Nenek minum yah.”
Dia hendak memberikan langsung pada wanita lanjut usia itu tetapi ditolak.
“Aku masih bisa sendiri. Sana,” usir Nenek Sanju.
Caitlyn mengangguk masih dengan senyum dan hendak berjalan keluar. Namun, wanita tua itu menahan langkahnya.
“Kau mau kemana? Siapa yang menyuruhmu pergi?” tanya si nenek.
Caitlyn menaikan sebelah alisnya. “Loh, barusan Nenek ngusir Caitlyn, loh, tadi.”
“Besok kau harus ke dokter THT. Tetap di tempatmu sampai jus ini selesai kuminum,” titah sang nenek.
Caitlyn berdecak tetapi juga tidak menolak. Dia tetap berdiri di sana, hingga jus yang dibawakannya tadi habis diminum oleh sang nenek. Namun, saat dia berpamitan keluar, wanita tua itu tidak juga tidak mengizinkan. Lantas kenapa? Bukankah wanita itu sama saja seperti ini mertuanya yang tidak menyukainya selama ini?
Ya, ya, meskipun tidak sekasar dan semenyebalkan Sania, tetapi dunia pun tahu bahwa keluarga Sanjaya sejak awal tidak menyukai Caitlyn. Persetujuan pernikahan tiga tahun lalu hanyalah sebuah keterpaksaan demi menjaga reputasi keluarga tersebut.
“Kenapa kau selalu menyebalkan hah? Awas jika kau melangkah sedikit saja. Aku ingin tidur sebentar.”
Mata Caitlyn membela. “Maksud Nenek aku harus jagain nenek tidur?” tanyanya.
“Tidak. Aku tidak sudi kau menjagaku. Aku tidak suka melihatmu apalagi di dekatmu. Tapi kau harus tetap di sini.”
What the f*ck?
“Ya … kalo gitu untuk apa aku di sini? Jagain setan gitu?” Caitlyn mulai kesal.
“Jadi kau mengataiku setan? Dasar cucu kurang ajar,” maki sang nenek.
“Enggak, bukan begitu maksudnya.” Caitlyn kesal sendiri. Ih, orang tua satu ini nyebelin banget kek cucunya.
“Aku keluar aja yah. Lean nungguin aku loh. Aku mau nyiapin keperluan dia ke kantor, Nenek.” Suara Caitlyn terdengar setengah merengek.
Lirikan tajam itu menyorot Caitlyn beberapa detik hingga satu kalimat izin tercetus dari mulut keriput sang nenek. Tidak ingin berlama-lama, Caitlyn segera berlari keluar kamar. Setelah di luar, dia berjalan agak terburu-buru sambil mengomel sendirian.
“Heran, deh. Gak suka tapi mau aja orangnya tetap di sana. Ibaratnya gak suka sama jus yang kubuat, tapi tetap aja diminum. Heran gak? Heran, ‘kan?” Caitlyn menggeleng kepalanya tidak habis pikir.
“Belum lagi drama cucunya. Semoga pagi ini dia mau menyetujui. Kenapa juga dia menolak? Padahal dari awal dia sendiri yang tidak sabar untuk bercerai. ‘kan aneh. Keluarga aneh penuh drama.” Dia masih saja mengomel sambil menaiki tangga satu per satu.
Oh, ya. FYI, ada lift di kediaman Sanjaya. Tapi entahlah, orang-orang di rumah ini lebih senang naik turun menggunakan tangga termasuk Caitlyn. Apa dia mulai terpapar virus aneh keluarga Sanjaya? Tidak juga. Jika bisa dipersulit kenapa harus dipermudah? Mungkin seperti itu slogan keluarga Sanjaya.
Sebenarnya bagi Caitlyn, naik turun tangga merupakan bentuk olahraga kecil untuk menjaga berat badannya stabil dan juga menyehatkan otot-ototnya. Mungkin suaminya dan yang lain pun menerapkan hal yang sama? Hanya nenek Sanju dan Hadya yang sering menggunakan lift tersebut.
Caitlyn tiba di kamar dan langsung menutup pintu sedikit keras. Hal itu mengagetkan Lean tentu saja. Pria itu menangkap kekesalan di wajah istrinya.
“Kenapa, hm? Setelah gagal meminta cerai semalam, sekarang kau ingin membuatku jantungan dan mati secepatnya agar kau bebas tidak perlu susah-susah mengurus perceraian?” tanya Lean dengan nada santai.
“Dari pertanyaanmu … aku simpulkan bahwa kau sudah tau jika aku tidak main-main. Permintaanku semalam itu jelas dan sungguh-sungguh.” Dia mendekati suaminya yang tengah berdiri di dekat ranjang. “Kenapa kau menganggap gagal? Padahal semalam itu baru langkah awal saja, Suamiku. Sekarang juga putuskan. Kau yang akan mengurusnya, atau biar aku saja?” imbuh Caitlyn.
“Kau ….”
Lean yang awalnya terlihat santai, mendadak emosi melihat tingkah sang istri. Dia tahu bahwa Caitlyn serius dengan permintaan itu. Akan tetapi, demi menghindari pertengkaran karena sudah tentu dia akan menolak, maka dia pun tidak ingin menyakiti Caitlyn dan memilih pergi semalaman.
“Apa maksudmu dengan permintaan itu? Uang? Tas branded limited edition atau berlian? Balck card yang kuberikan tidak cukup? Apalagi yang kau inginkan, Wanita licik? Villa? Atau–”
“Aku hanya ingin bercerai darimu, Aleandro Vernon Sanjaya!” ucap Caitlyn lantang dan nyaring.
Lena tertawa keras. “Wanita licik sepertimu tidak mungkin meminta cerai begitu saja sedangkan kau begitu menikmati uang dan kemewahan selama ini. Di hidupmu itu hanya uang, uang, dan uang. Apalagi yang kau incar dengan dalil perceraian, hm? Katakan. Aku akan memenuhinya.”
“Aku tidak menginginkan uangmu sepeser pun, Tuan Aleandro. Apa kau tidak mengerti jika aku begitu tidak sabar untuk lepas dari ikatan ini?” pekik Caitlyn tidak lagi sabar.
“Kalau begitu apa? Harta mana lagi yang ingin kau nikmati? Apa aku harus memberimu jabatan tertinggi di Sanjaya Grup selain menjadi istri Presdir?”
Kini giliran Caitlyn yang tertawa keras. “Oh, halo, Suamiku. Ada apa denganmu? Bukankah sejak awal kau begitu tidak sabar untuk mencampakkan wanita licik ini? Kenapa sekarang kau–”
📲 “Ada apa, Jer?”
📲 “Meeting sebentar lagi akan dimulai, Tuan.”
📲 “Baiklah, aku ke sana sekarang.”
“Hentikan omong kosongmu, Istriku. Aku harus pergi sekarang.”
Satu ciuman disertai lu**tan kecil di bibir Caitlyn, membuat wanita itu terdiam mematung, menatap kepergian sang suami begitu saja. Di samping itu, Lean melangkah keluar dengan senyum kemenangan.
Aku tidak akan melepasmu. Itu dulu, tapi tidak untuk sekarang dan juga nanti ….
...TBC...
...🌻🌻🌻...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
meilanyokey
mulai tertarik lanjut cusss
2023-05-24
1
Yuni Verro
sad juga tp menantang
2023-05-18
1
Rika Anggraini
setiap bab rasa ada goresan...
2023-04-09
1