Bab 2. Let's Divorce!

Setelah memastikan semua makanan dan minuman sudah tertata dengan baik di atas meja, Caitlyn segera bergegas mempersiapkan diri.

Detik bergulir dengan begitu cepat tanpa bisa dicegah dan kini Caitlyn pun terlihat sudah siap menunggu kepulangan suaminya. Jumpsuit merah tanpa lengan dengan kerah terbuka panjang, hingga memperlihatkan belahan dadanya yang indah. Rambut panjang berwarna chestnust brown itu dibiarkan tergerai begitu saja. Caitlyn kembali mematut dirinya di depan cermin.

“Apa masih ada yang kurang?” tanyanya entah pada siapa. Mungkin saja pada pantulan dirinya dalam cermin di sana. “Ah, hampir saja lupa,” imbuhnya lagi kala baru teringat akan sesuatu.

Caitlyn menunduk dan menatap pada seperangkat keperluan wanita di seluruh dunia ini yang tersusun rapi di atas meja rias. Rapi? Bukankah harus berantakan karena Caitlyn sedang bersiap-siap? Realitanya memang rapi dan selalu seperti itu. Benda-benda yang ada di sana hampir tidak pernah bergeser dari tempatnya. Tumpukan alat make up dengan brand ternama di sana hanyalah pajangan karena sesungguhnya Caitlyn sangat malas menggunakan semua itu. Ah, tidak. Dia tidak begitu mahir mengaplikasikan alat-alat tersebut ke wajah cantiknya. Lipstik pun tidak akan dia gunakan jika bukan untuk menghadiri sebuah acara formal. Pantas saja meja rias dengan desain mewah itu selalu terlihat rapi.

Caitlyn hanya lebih senang merawat kulit dan bentuk tubuhnya daripada berias. So, tidak heran jika wanita satu ini terlihat cantik alami dengan kulit yang begitu putih, halus, lembut bagaikan susu, serta postur tubuh yang indah bak model.

Tangan Caitlyn terulur meraih lipstik, kemudian mengoleskan pada bibir tipis miliknya yang selalu berwarna alami. But not for this time. Let she sparkle with red.

“Seperti ini, ‘kan?” Berbicara sendiri sambil memperhatikan wajahnya dengan teliti. “Aku kira cukup. Jangan berlebihan, Lily. Kau akan terlihat seperti wanita malam atau bahkan seperti badut.” Caitlyn tergelak membayang ucapannya.

Selesai dengan urusan bibir, si cantik itu meraih sebotol parfum dan memberikan sentuhan terkahir untuk menyempurnakan penampilannya malam ini.

“Well, done!”

Kaki jenjang Caitlyn segera membawanya keluar dari kamar. Jangan lupa rutinitas di depan pintu. Tarik napas dalam-dalam, lalu embuskan dengan pelan. Begitu pintu tertutup, Caitlyn menaikan dagunya dan mulai berjalan bak di atas catwalk menuju ruangan khusus yang dia sendiri sudah persiapkan sebelumnya.

“Terima kasih, Dita. Kau boleh pergi dan melanjutkan tugasmu yang lain,” titah Caitlyn santun tetapi sedikit tegas.

“Baik, Nona. Saya permisi.” Pelayan itu sedikit membungkuk lalu segera berlalu dari sana meninggalkan Caitlyn sendiri menunggu suaminya.

Pelayan itu memang ditugaskan sedari awal tadi untuk berdiri di samping meja yang sudah tertata. Bukan apa-apa, tetapi Caitlyn memang tidak percaya dan tidak akan pernah percaya dengan ibu mertuanya. Tidak untuk sekarang maupun nanti.

Caitlyn melihat jam tangan yang melingkar cantik di pergelangan tangannya dan waktu setempat menunjukkan pukul 19.20 PM.

“Sebentar lagi,” gumam Caitlyn.

Wanita itu memandang ke luar jendela dengan perasaan yang berbeda. Tiba-tiba saja senyum indah yang tercetak sedari tadi berganti senyum miris di wajahnya. Caitlyn mendongak begitu dia merasakan matanya mulai memanas.

Tidak, tidak. Tidak untuk sekarang sebelum semuanya tuntas. Tahan, Ly. Tahan ….

Dia mencoba tertawa sambari menelisik setiap sudut ruangan itu. Tidak ada yang berubah selama tiga tahun terkahir. Namun, mungkin saja setelah malam ini semuanya akan berubah. Apapun itu, Caitlyn sudah memantapkan hati jauh sebelum malam ini dan yang akan terjadi di hari esok.

Lagi-lagi dia melirik jam tangannya. “Huh, aku terlalu berharap.”

Caitlyn menertawai dirinya sendiri. Jenuh menunggu, wanita itu berdiri lalu melangkah ke arah jendela ruangan tersebut. Berhenti di sana lalu menatap keluar menyapu hamparan kota yang diterangi cahaya bulan dan lampu-lampu. Caitlyn melipat tangannya di dada kemudian menunduk menatap gerbang besar kediaman keluarga Sanjaya. Namun, Belum juga terlihat tanda-tanda kedatangan seseorang yang dia tunggu sedari tadi.

Caitlyn hendak melirik sekali lagi jam yang melingkar di tangan, tetapi suara ribut-ribut dari arah bawah menyita perhatiannya. Wanita itu segera melangkah keluar dengan langkah sedikit terburu-buru dan dia langsung disambut sang mertua di depan tangga.

“Heh, anak pungut tidak tau diri! Kau pikir kau siapa, hah? Siapa yang jadi nyonya besar di rumah ini? Berani-beraninya kau menyuruh mereka untuk melarangku naik ke atas? Wah, wah–”

“Kita bicara di atas, Ma.” Satu kalimat singkat dengan nada datar itu membuat ucapan Sania terhenti dan semakin dipenuhi emosi. Akan tetapi, dia pun melangkah mengikuti Caitlyn yang sudah berbalik pergi terlebih dahulu.

“Apa lagi yang kau inginkan?” tanya Caitlyn tanpa menaruh hormat sedikit pun. Wajah cantiknya terlihat dingin tanpa ekspresi.

“Apa lagi memangnya?” Sania balik bertanya dengan tidak tahu malunya. “Tidak perlu berbasa-basi ….” Wanita paruh baya itu menengadahkan sebelah tangannya dengan gaya angkuh. “Berikan cek atau transfer langsung ke rekening–”

“Kau tidak akan lagi mendapatkan sepeser pun. Tidak akan pernah mulai malam ini.” Rendah tetapi penuh penekanan nada bicara Caitlyn.

Melihat wajah Sania yang kaget dan shock, membuat Caitlyn semakin menaikkan wajahnya. Mata indahnya menatap sang mertua dengan sangat tajam.

“Tidak perlu terlihat shock seperti itu. Bukankah sejak awal sudah aku ingatkan bahwa hari ini akan tiba? Jangan katakan jika kau lupa akan perkataanku, Mama mertua.” Caitlyn memberi penekanan di setiap kata-kata yang terlontar.

Sania terbelalak mendengar perkataan barusan. “Kau … jangan bilang kau ingin ….” Sania tidak dapat meneruskan kata-katanya.

“Ya, tentu saja. Aku sudah memutuskan untuk tidak akan lagi menjadi alatmu–”

Sania tiba-tiba tertawa keras membuat Caitlyn keheranan melihatnya.

“Kau pikir kau bisa hidup tanpa keluarga ini? Bahkan sejak kau dipungut pun uang dari keluarga inilah yang membesarkanmu.” Sania mencengkram pipi mulus Caitlyn. “Lihat dirimu. Semua yang menempel padamu ini apakah uang dari nenek moyangmu yang sudah menelantarkanmu, hah? Apa kau bisa hidup tanpa kemewahan ini? Belagu juga liat kondisinya, Menantu tidak tau diri!” Semakin mengencangkan cengkramannya.

Namun, tindakan itu tidak berlanjut karena suara yang memanggil Sania dari arah tangga terdengar begitu nyaring. Sania melepaskan Caitlyn tetapi disertai ancaman kecil.

“Transfer malam ini juga atau–”

“Atau apa?” potong Caitlyn dengan cepat.

“Akan kuberitahu soal dirimu yang diam-diam sering mengunjungi seorang pria di ap–”

“Permisi, Nyonya besar. Nyonya Sanju mencari Anda dan beliau menunggu di bawah.” Seorang pelayan datang menghentikan ucapan Sania.

Wanita itu melepaskan Caitlyn dan segera turun menemui mertuanya diikuti sang pelayan tadi. Sementara itu, Caitlyn terdiam dengan tubuh menegang. Dia tidak akan menyangka jika Sania akan memata-matai urusan pribadinya sejauh ini.

Caitlyn berbalik dan berlari kecil menuju ruangan tadi. Dia langsung menjatuhkan bobot tubuhnya di atas kursi dengan ukiran kayu di sana. Wajahnya terlihat sedikit kacau dan juga panik. Namun, Caitlyn berusaha menyetel kembali raut wajahnya seceria mungkin.

Usahanya tidak sia-sia karena tidak lama setelah itu, sang suami yang dia nanti sedari tadi akhirnya tiba di rumah.

Caitlyn mengangkat menoleh begitu mendengar bunyi derap langkah yang mendekat memasuki ruangan. Senyum lebar terukir di wajahnya saat melihat dia yang datang. Namun, ….

Kenapa? Ada apa?

Caitlyn bertanya dalam hati sambil menatap sekeliling mencari jawaban atas diamnya sang suami di depan pintu ruangan itu. Lelaki itu berhenti melangkah dan terdiam di tempat dengan pandangan yang lurus ke depan. Beberapa detik kemudian dia menggeleng cepat lalu kembali melangkah menghampiri istrinya.

“Kau sudah lama menunggu?” tanya Lean, suami Caitlyn. Pria itu langsung duduk bersebrangan dengan istrinya.

Caitlyn masih merasa bingung dengan sikap suaminya yang tadinya terdiam sejenak, kini berdehem berulangkali terlihat sangat tidak nyaman. Apakah suaminya ini sedang gugup? Oh, halo … yang benar saja seorang Aleandro Sanjaya gugup karena berduaan dengan istrinya yang bahkan tidak dia cintai sama sekali? Lelucon konyol macam apa ini? Begitu yang terlintas di benak Caitlyn.

“Kalau aku bilang iya kau tidak akan percaya seperti biasanya,” jawab Caitlyn dengan tenang.

Lean tersenyum culas sembari sedikit melonggarkan dasinya. “Jadi hanya ini kejutanmu?”

Pria itu menatap beberapa menu di atas meja dan bergantian menatap istrinya.

“Adakah hal lain yang kau butuhkan lagi di dunia ini? Sedangkan kau telah memiliki segalanya.” Caitlyn masih dengan senyum yang sama.

“Sudah kuduga. Kejutanmu tidak pernah membuatku terkejut tapi tetap saja aku senang.” Ya itulah Lean. Tidak benar-benar peduli dengan apa yang dilakukan istrinya. Akan tetapi ada hal-hal kecil yang disenangi lelaki ini dari diri Caitlyn yaitu perhatian. Apapun bentuk perhatian itu, asalkan bukan makanan. Ingat, dia sangat takut diracuni sang istri. What the hell?

“Kau tidak sedang ingin membunuhku, ‘kan?” tanyanya memastikan dengan mata memicing.

Caitlyn terkekeh. “Kalaupun iya, kenapa tidak aku lakukan saja sejak tiga tahun lalu?” Dia makin tertawa melihat Lean yang tersenyum masam. “Happy anniversary, Al.” Entah mengapa, ucapan itu terdengar sangat tulus di telinga Lean. Tidak seperti ucapan yang sudah-sudah.

Sepasang suami-isteri itu lalu menikmati makan malam dalam diam, hingga Caitlyn menawarkan wine untuk Lean. Pria itu menerima dan keduanya pun bersulang.

Lean terus meneguk minuman dari hasil fermentasi itu sembari berceloteh banyak dengan sang istri. Caitlyn tersenyum kecil. Dia tahu persis bahwa jika ingin membuat pria ini banyak bicara, maka dia hanya perlu sedikit wine. Dia yang sedari tampak menghindari tatapan sang istri, kini mulai bisa menatap dengan sesukanya.

Caitlyn bangkit berdiri lalu menghentikan tangan Lean yang hampir saja menuangkan wine ke dalam gelasnya untuk kesekian kali.

“Cukup, Al. Aku masih punya sesuatu untukmu.” Hendak menarik tangan Lean dan melangkah, tetapi tubuhnya justru ditarik dan tenggelam dalam dekapan Lean.

“Aku tau yang ingin kau perlihatkan. Bukankah ini?” Lean menarik bagian depan baju istrinya memperlihatkan pemandangan yang membangkitkan gairah.

“Bukan–”

Ucapan Caitlyn terhenti saat Lean dengan cepat menyambar bibir tipisnya yang sedari tadi terlihat menggoda. Ah, seharusnya Caitlyn memperkirakan hal ini sebelumnya. Dalam keadaan mabuk, Lean akan bersemangat untuk menyakitinya dengan sentuhan-sentuhan brutal seperti ini. Bodoh, itulah kata yang tepat untuk Caitlyn saat ini.

“Apalagi yang bisa kau lakukan selain memberikan tubuhmu ini, hm?” Kembali dia meraup bibir Caitlyn, tetapi sebentar saja. Dia kemudian menariknya menuju ke kamar.

Lean langsung mendorong pelan tubuh istrinya ke atas ranjang dan dia ikut berbaring menindih tubuh yang jauh lebih kecil darinya itu.

“Kenapa kau terlihat begitu cantik malam ini? Mau sengaja ingin menggodaku, ‘kan?”

Lean bangkit dari atas tubuh sang istri setelah memberikan satu kissmark di leher jenjangnya. Pria itu melepaskan dasi dan juga jas, lalu melemparkan ke sembarang arah. Dia bahkan melepas tiap kancing kemejanya dengan tidak sabar.

“Padahal kau bisa memintanya jika kau ingin,” ucap Lean dengan suara berat.

Caitlyn hanya memperhatikan setiap gerakan sang suami dengan tenang, hingga tangan besar itu berada pada kancing terkahir, Caitlyn lantas bangkit dan mengucapkan satu kalimat yang mampu menghentikan gerakan Lean.

“Mari kita bercerai, Al!”

Seketika Lean mematung di tempatnya. Meskipun wajah itu tidak menujukkan keterkejutan, tetapi Caitlyn yakin bahwa Lean mendengar ucapannya. Detik berikutnya Lean tertawa remeh.

“Berhenti bercanda! Aku tidak lagi berhasrat.” Lean menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang, tetapi perkataan Caitlyn selanjutnya kembali menarik dia untuk bangun.

“Aku serius, Al. Ayo, bercerai! Kita lepaskan diri kita dari ikatan penuh drama ini,” jelas Caitlyn.

“Sebenarnya aku yang mabuk atau kau, hah?” Lean berdecak lalu mengancingkan bajunya kembali dan hendak melangkah keluar, tetapi Caitlyn menahannya.

“Aku tidak mabuk, Al. Aku serius. Bukankah ini yang kita inginkan bersama?” Sekali lagi Caitlyn meyakinkan.

“Jadi ini kejutan yang kau maksud itu?” tanya Lean tanpa berbalik menatap Caitlyn.

“Ya. Kali ini kau terkejut sekaligus bahagia, bukan?” Entahlah, tetapi ucapan itu menembus hati Lean.

“Tidurlah! Kau tampak kelelahan mempersiapkan kejutan ini, bukan? Aku akan keluar sebentar.” Setelah mengucapkan itu, Lean segera menghilang dari sana tanpa mau mendengarkan panggilan Caitlyn sedikit pun.

...TBC...

...🌻🌻🌻...

Terpopuler

Comments

Yuni Verro

Yuni Verro

lean menyanyangimu catlyin

2023-05-18

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Anniversary
2 Bab 2. Let's Divorce!
3 Bab 3. Need to Talk
4 Bab 4. Just Want to Divorce
5 Bab 5. Lean Angry
6 Bab 6. Where is She?
7 Bab 7. At Luxury Landing
8 Bab 8. Serve Me for the Last
9 Bab 9. Morning Chat
10 Bab 10. Please, Love Him Like Your Son
11 Bab 11. Good News and Bad News
12 Bab 12. Meet Nathan
13 Bab 13. Grandma's Request
14 Bab 14. Quarrel Part 1
15 Bab 15. Pregnant
16 Bab 16. What's Wrong with You
17 Bab 17. Quarrel Part 2
18 Bab 18. Don't Call My Name!
19 Bab 19. Need Your Help!
20 Bab 20. Grandma Sanju’s Message
21 Bab 21. Be Like You
22 Bab 22. Package
23 Bab 23. Wedding Ring
24 Bab 24. Not a Kid Anymore
25 Bab 25. Don't be Afraid!
26 Bab 26. Do You Miss Him?
27 Bab 27. Caitlyn and Hadya
28 Bab 28. Stop Working
29 Bab 29. A month later
30 Bab 30. Visitor
31 Bab 31. Do it Now!
32 Bab 32. Small Reply
33 Bab 33. Let Her!
34 Bab 34. Hadya‘s Threat
35 Bab 35. She’s Still Mine!
36 Bab 36. Call from Papa
37 Bab 37. Not Dreaming
38 Bab 38. Who is Pregnant?
39 Bab 39. Healer for Hadya
40 Bab 40. Hurt
41 Bab 41. Hate You but Love You Too
42 Bab 42. Sania‘s Plan
43 Bab 43. Drunk
44 Bab 44. Caitlyn’s Trip
45 Bab 45. dr. Andra among the Lords
46 Bab 46. No One is More Deserving Than You
47 Bab 47. Bad Smell
48 Bab 48. Couvade Syndrome
49 Bab 49. Not Love Her
50 Bab 50. All Because of Sania
51 Bab 51. Just Plays
52 Bab 52. Can‘t be Stopped
53 Bab 53. Nathan & Sania
54 Bab 54. Stepbrother
55 Bab 55. Because of Him
56 Bab 56. Commotion
57 Bab 57. Where‘s Caitlyn
58 Bab 58. Something Behind the Painting
59 Bab 59. Help Me, Papa!
60 Bab 60. Do Not Dream!
61 Bab 61. Hi, Son!
62 Bab 62. Are You Crazy?
63 PROMOSI NOVEL BARU
64 Bab 64. Enough
65 Bab 65. Forgive Me
66 Bab 66. Hipotermia
67 Bab 67. That Man
68 Bab 68. Shameless Family
69 Bab 69. Hadya Decision
70 Bab 70. Punishment From Lean
71 Bab 71. Spoiled
72 Bab 72. Want To Meet
73 Bab 73. Sisi Manis Caitlyn
74 Bab 74. Halusinasi
75 Bab 75. Kembali Ke Rumah
76 Bab 76. Hukuman Untuk Tamara
77 Bab 77. Saat itu Akan Segera Tiba
78 Bab 78. Pengakuan Lean
79 Bab 79. Bertemu Nenek Sanju
80 Bab 80. Harga Yang Harus Dibayar
81 Bab 81. Musuh Sesungguhnya
82 Bab 82. Menyerah
83 Bab 83. Pergi
84 Bab 84. Hidup Baru Nathan
85 Bab 85. Panggilan Video
86 Bab 86. Ke Rumah Utama
87 Bab 87. Tabungan Rindu
88 Bab 88. Cerita Rendi
89 Bab 89. Permintaan Hadya
90 Bab 90. Alasan Rendi
91 Bab 91. Darah Sanjaya
92 Bab 92. Tidak Berubah
93 Bab 93. Rasa Rindu Caitlyn
94 Bab 94. Restorant
95 Bab 95. Rendi Menghilang
96 Bab 96. Kurir
97 Bab 97. Menahan Diri
98 Bab 98. Khawatir Hadya
99 Bab 99. Lean Lebih Tahu
100 Bab 100. Puzzle Yang Telah Tersusun
101 Bab 101. Jangan gegabah!
102 Bab 102. Sania Mengamuk
103 Bab 103. Sefrekuensi
104 Bab 104. Mencurigai
105 Bab 105. Memilih Percaya
106 Bab 106. Jangan Menghalangi
107 Bab 107. Butuh Pelukan
108 Bab 108. Tidak Mendapat Dukungan
109 Bab 109. Rencana Makan Malam
110 Bab 110. Keluarga Lengkap
111 Bab 111. 1000 Langkah
112 Bab 112. Janji Lean
113 Bab 113. Di Luar Dugaan
114 Bab 114. Keputusan Lean & Kecemasan Cecilia
115 Bab 115. Tujuan Lean
116 Bab 116. Perkara Gaun
117 Bab 117. Stunning
118 Bab 118. Perasaan Aneh dan Jawabannya
119 Bab 119. She‘s Our Caca
120 Bab 120. Separuh Jiwa
121 Bab 121. Rahasia Kecil
122 Bab 122. Ingin Selalu Dekat
123 Bab 123. You‘re Not My Daughter
124 Bab 124. Tanda Lahir
125 Bab 125. Daddy And Old Brother
126 Bab 126. Malaikat Pelindung
127 Bab 127. Dia Lagi
128 Bab 128. Thanks For The Trap
129 Bab 129. Bocah Setan
130 Bab 130. Adik & Tuan Idola
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Bab 1. Anniversary
2
Bab 2. Let's Divorce!
3
Bab 3. Need to Talk
4
Bab 4. Just Want to Divorce
5
Bab 5. Lean Angry
6
Bab 6. Where is She?
7
Bab 7. At Luxury Landing
8
Bab 8. Serve Me for the Last
9
Bab 9. Morning Chat
10
Bab 10. Please, Love Him Like Your Son
11
Bab 11. Good News and Bad News
12
Bab 12. Meet Nathan
13
Bab 13. Grandma's Request
14
Bab 14. Quarrel Part 1
15
Bab 15. Pregnant
16
Bab 16. What's Wrong with You
17
Bab 17. Quarrel Part 2
18
Bab 18. Don't Call My Name!
19
Bab 19. Need Your Help!
20
Bab 20. Grandma Sanju’s Message
21
Bab 21. Be Like You
22
Bab 22. Package
23
Bab 23. Wedding Ring
24
Bab 24. Not a Kid Anymore
25
Bab 25. Don't be Afraid!
26
Bab 26. Do You Miss Him?
27
Bab 27. Caitlyn and Hadya
28
Bab 28. Stop Working
29
Bab 29. A month later
30
Bab 30. Visitor
31
Bab 31. Do it Now!
32
Bab 32. Small Reply
33
Bab 33. Let Her!
34
Bab 34. Hadya‘s Threat
35
Bab 35. She’s Still Mine!
36
Bab 36. Call from Papa
37
Bab 37. Not Dreaming
38
Bab 38. Who is Pregnant?
39
Bab 39. Healer for Hadya
40
Bab 40. Hurt
41
Bab 41. Hate You but Love You Too
42
Bab 42. Sania‘s Plan
43
Bab 43. Drunk
44
Bab 44. Caitlyn’s Trip
45
Bab 45. dr. Andra among the Lords
46
Bab 46. No One is More Deserving Than You
47
Bab 47. Bad Smell
48
Bab 48. Couvade Syndrome
49
Bab 49. Not Love Her
50
Bab 50. All Because of Sania
51
Bab 51. Just Plays
52
Bab 52. Can‘t be Stopped
53
Bab 53. Nathan & Sania
54
Bab 54. Stepbrother
55
Bab 55. Because of Him
56
Bab 56. Commotion
57
Bab 57. Where‘s Caitlyn
58
Bab 58. Something Behind the Painting
59
Bab 59. Help Me, Papa!
60
Bab 60. Do Not Dream!
61
Bab 61. Hi, Son!
62
Bab 62. Are You Crazy?
63
PROMOSI NOVEL BARU
64
Bab 64. Enough
65
Bab 65. Forgive Me
66
Bab 66. Hipotermia
67
Bab 67. That Man
68
Bab 68. Shameless Family
69
Bab 69. Hadya Decision
70
Bab 70. Punishment From Lean
71
Bab 71. Spoiled
72
Bab 72. Want To Meet
73
Bab 73. Sisi Manis Caitlyn
74
Bab 74. Halusinasi
75
Bab 75. Kembali Ke Rumah
76
Bab 76. Hukuman Untuk Tamara
77
Bab 77. Saat itu Akan Segera Tiba
78
Bab 78. Pengakuan Lean
79
Bab 79. Bertemu Nenek Sanju
80
Bab 80. Harga Yang Harus Dibayar
81
Bab 81. Musuh Sesungguhnya
82
Bab 82. Menyerah
83
Bab 83. Pergi
84
Bab 84. Hidup Baru Nathan
85
Bab 85. Panggilan Video
86
Bab 86. Ke Rumah Utama
87
Bab 87. Tabungan Rindu
88
Bab 88. Cerita Rendi
89
Bab 89. Permintaan Hadya
90
Bab 90. Alasan Rendi
91
Bab 91. Darah Sanjaya
92
Bab 92. Tidak Berubah
93
Bab 93. Rasa Rindu Caitlyn
94
Bab 94. Restorant
95
Bab 95. Rendi Menghilang
96
Bab 96. Kurir
97
Bab 97. Menahan Diri
98
Bab 98. Khawatir Hadya
99
Bab 99. Lean Lebih Tahu
100
Bab 100. Puzzle Yang Telah Tersusun
101
Bab 101. Jangan gegabah!
102
Bab 102. Sania Mengamuk
103
Bab 103. Sefrekuensi
104
Bab 104. Mencurigai
105
Bab 105. Memilih Percaya
106
Bab 106. Jangan Menghalangi
107
Bab 107. Butuh Pelukan
108
Bab 108. Tidak Mendapat Dukungan
109
Bab 109. Rencana Makan Malam
110
Bab 110. Keluarga Lengkap
111
Bab 111. 1000 Langkah
112
Bab 112. Janji Lean
113
Bab 113. Di Luar Dugaan
114
Bab 114. Keputusan Lean & Kecemasan Cecilia
115
Bab 115. Tujuan Lean
116
Bab 116. Perkara Gaun
117
Bab 117. Stunning
118
Bab 118. Perasaan Aneh dan Jawabannya
119
Bab 119. She‘s Our Caca
120
Bab 120. Separuh Jiwa
121
Bab 121. Rahasia Kecil
122
Bab 122. Ingin Selalu Dekat
123
Bab 123. You‘re Not My Daughter
124
Bab 124. Tanda Lahir
125
Bab 125. Daddy And Old Brother
126
Bab 126. Malaikat Pelindung
127
Bab 127. Dia Lagi
128
Bab 128. Thanks For The Trap
129
Bab 129. Bocah Setan
130
Bab 130. Adik & Tuan Idola

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!