Lean kembali ke dalam kamar setelah menyelesaikan panggilan teleponnya. Pria itu lalu menanyakan kembali hasil pemeriksaan Dokter Andra terhadap istrinya.
“Maaf, Dokter, boleh ulangi lagi? Jadi istriku sakit apa, Dok?” tanya Lean dengan posisi kedua tangan yang dimasukan ke dalam saku.
Pria itu menatap Dokter Andra dan menunggu jawaban. Namun, keningnya mengernyit melihat sang dokter yang tampak diam saja. Lean beralih melirik Caitlyn, tetapi wanita itu juga tampak diam dan terkesan tak acuh. Caitlyn bahkan memalingkan wajahnya ke tempat lain.
“Dokter Andra? Saya sedang bertanya,” ucap Lean dengan wajah bingung.
“Ah, iya. Tuan Lean. Nona Caitlyn ….” Sang dokter menggantung kalimatnya lalu melirik pada Caitlyn sejenak. Tepat sekali wanita itu juga tengah menatapnya penuh harap dengan tatapan memohon. “Nona Caitlyn baik-baik saja, Tuan. Tidak ada yang serius dengan kondisinya. Nona hanya terlalu lelah dan banyak pikiran. Saya akan memberikan resep obatnya dan selanjutnya nona hanya perlu istirahat yang banyak,” jelas Dokter Andra.
Seketika Caitlyn menutup mata dan langsung bernafas lega, sedangkan Lean hanya mengangguk mengerti. Dari raut wajahnya, terlihat jelas jika pria itu tampak lega dengan jawaban yang diberikan dokter. Artinya dia jadi tidak perlu khawatir lagi akan kondisi Caitlyn.
Tidak lama setelah itu, Dokter Andra berpamitan dari sana. Akan tetapi, sebelum benar-benar pergi, dia memberikan selembar kertas bertuliskan resep obat pada Lean dan juga satu pesan penting yang membuat Presdir Sanjaya Grup itu terlihat bingung.
“Tolong jangan membuat nona stress dan pola makannya juga harus dijaga! Saya permisi, Tuan.” Dokter Andra menoleh pada Caitlyn lalu tersenyum dan mengangguk seolah memberi isyarat bahwa semuanya baik-baik saja. “Nona, saya permisi, selamat siang.”
“Selamat siang, Dokter, terima kasih!”
Caitlyn ikut tersenyum dan melambaikan tangan pada Dokter Andra. Sikapnya yang ramah seperti itu mendapat tatapan tajam dari Lean. Namun, Caitlyn tidak peduli. Dia justru membalas tatapan Lean dengan jengah dan memutar bola matanya dengan malas.
Lean kemudian mengantarkan Dokter Andra keluar, sedangkan Caitlyn langsung menunduk menatap perutnya yang terhalang baju. Tangannya dengan refleks terangkat dan menempel pada bagian yang masih rata di sana.
“Ha-hai,” sapa Caitlyn dengan gugup pada makhluk kecil yang sangat mungkin telah bertumbuh di rahimnya. “Kau hadir lagi?” Mata wanita cantik itu berkaca-kaca. “Aku … aku tidak tahu harus bahagia ataukah sedih dengan kehadiranmu ini. Tapi satu hal pasti yang harus kau tau bahwa aku tidak ingin kehilanganmu untuk kedua kalinya. Aku akan melindungimu dari keserakahan mereka. Kujanjikan kau akan tetap aman!” janji Caitlyn pada diri sendiri dan juga pada makhluk kecil yang sangat mungkin telah hidup di dalam sana.
Dia lalu teringat pada Saskia dan Nathan. “Ah, jadi mereka berdua pasti sudah tau. Pantes aja maksa banget buat ke rumah sakit.” Dia tersenyum sambil menggeleng.
Caitlyn belum juga melepaskan tangannya dari perut, pintu kembali terbuka dan wajah menyebalkan Lean muncul di sana. Wanita itu secepat kilat menurunkan tangannya lalu memalingkan wajah ke tempat lain, sengaja tidak ingin melihat wajah tampan itu.
“Hah, lihat! Ada apa denganmu? Tadi kau begitu senang melihat wajah Dokter Andra bahkan tersenyum manis padanya. Tapi sekarang kau malah tidak suka melihat wajahku? Apa-apaan kau ini?” Lean mulai membunyikan genderang perang.
Tidak ingin menanggapi, Caitlyn memilih membaringkan tubuhnya lalu tidur. Tidak semudah itu, Caitlyn. Benar saja, Lean datang dan menyibak selimut yang menutupi bagian perut hingga kaki jenjang Caitlyn. Benar-benar menguji kesabaran tetapi Caitlyn masih mencoba untuk tidak menggubrisnya.
“Caitlyn, aku sedang bicara padamu!” seru Lean yang seolah mengabaikan pesan dokter baru-baru tadi.
Caitlyn berdecak pelan dengan mata yang tetap terpejam. “Bicara saja, aku mendengarnya.”
“Bicara itu buka mata dan tatap aku. Aku perhatikan akhir-akhir ini kau jadi tidak sopan padaku. Sepertinya aku terlalu baik padamu selama ini. Iya, ‘kan?” Lean sedikit membungkuk dengan kedua tangan yang diletakkan di bibir ranjang untuk menopang berat tubuhnya.
Caitlyn mendengus lalu membuka matanya. “Baik apanya? Menyebalkan yang ada.” Dia bangkit dari tidurnya dan hendak turun. “Sana awas!” Sedikit mendorong tubuh Lean yang menghalanginya.
Lean menegakkan punggungnya dan sedikit menyingkir dari jalan Caitlyn hendak memberi jalan, tetapi melihat wajah datar yang tampak tidak mempedulikannya sama sekali membuat Lean emosi.
“Jangan kurang ajar kau, Wanita iblis! Aku ini masih suamimu. Simpan kurang ajarmu ini sampai proses perceraian selesai!” ucap Lean penuh penekanan.
Caitlyn yang baru saja melangkah saat itu tiba-tiba terkejut begitu lengannya ditarik kuat oleh Lean. Caitlyn hampir saja terjungkal ke belakang, untunglah ranjang besar di sana menopangnya. Caitlyn langsung terduduk dengan jantung yang berdebar tak beraturan dan tangan yang refleks memegang perutnya.
Untung saja ….
...TBC...
...🌻🌻🌻...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Yuni Verro
knp gk jujur
2023-05-18
0
Rika Anggraini
up nya ditunggu
2023-04-10
1
Rika Anggraini
kenapa dirahasiakan sih....
kan suaminya jadi kurang ajar d kasar
2023-04-10
1