Hadya bergegas menepi dari depan pintu kamar ibunya dan bersembunyi di balik dinding di dekat sana, begitu Caitlyn hendak keluar kamar. Saat melihat wajah sembab Caitlyn, Hadya terenyuh dan ingin sekali menahannya.
Namun, pria paruh baya itu sadar bahwa mungkin saja putranya telah berbuat salah hingga membuat Caitlyn memutuskan untuk pergi.
“Biarkan saja, mungkin dengan begitu bisa memperbaiki segalanya,” gumam Hadya. Dia pikir Caitlyn hanya akan pergi beberapa hari kemudian kembali lagi.
Setelah menghembuskan nafas beratnya, Hadya pun segera keluar dari persembunyiannya dan masuk ke kamar sang ibu.
Kebetulan tadi dia ingin ke sana tetapi tertahan karena melihat Caitlyn yang sudah lebih dulu masuk dan meminta pelayan di dalam sana untuk keluar.
Sementara itu, Caitlyn melangkah ke luar dari pintu utama kediaman Sanjaya, menuju ke gerbang yang jaraknya cukup jauh untuk dijangkau. Di sana, lagi lagi dia mendapat pertanyaan yang sama dari para penjaga seperti sebelumnya.
“Tidak apa-apa, Pak. Lagi mau naik taksi aja. Nah, itu pasti taksinya,” ucap Caitlyn begitu mendengar bunyi deru mesin mobil yang berhenti di luar gerbang. “Tolong bukain, Pak.” Sang penjaga langsung sigap membuka gerbang. “Nah … tuh, ‘kan, udah ada taksinya. Jalan dulu, yah, Pak.” Caitlyn tersenyum kecil lalu melangkah pergi.
Gerbang itu kembali ditutup setelah taksi yang ditumpangi Caitlyn menghilang.
“Orang kaya ada-ada saja kelakuannya.” Pak penjaga menggelang kepala tak mengerti.
Sementara itu dari balkon lantai 3, Sania menatap kepergian Caitlyn dengan perasaan kesal, tetapi tak jua mampu melakukan apa pun. Bagaimana tidak kesal, kartu as yang dia gunakan untuk mendapatkan uang selama ini, kini tak lagi ada.
“Anak pungut itu benar-benar sudah pergi. Aku harus bagaimana sekarang? Tidak mudah menghentikannya.” Sania menggigit jari sambil berjalan mondar-mandir tidak jelas. “Ayo, berpikir, Sani!” Telunjuknya diketuk-ketuk di keningnya.
Beberapa detik berlalu dia berhenti dengan wajah yang berbinar. “Aku tahu harus apa sekarang. Pergilah, anak pungut! Pergilah yang jauh sampai Lean menemukanmu dan membawamu kembali ke neraka ini.” Wanita itu tertawa jahat.
Suatu rencana jahat telah tersusun di otaknya. Meskipun Caitlyn tidak bisa dihentikan, tetapi Sania tidak pantang menyerah. Remember that, dia adalah Sania–wanita licik dengan segudang tipu muslihat.
...***...
💌 Temui aku sekarang juga di star cafe. Jangan sama Nathan, yah. Please!
Saskia yang baru hendak menutup mata saat itu terurung kala mendengar notifikasi yang masuk ke ponselnya. Dia yang tadinya uring-uringan karena memikirkan Caitlyn, menjadi bersemangat begitu melihat nama sang sahabat yang tertera di layar ponsel.
💌 Meluncur, beb. Twenty minutes, yah. Tenang aja, Nathan gada.
Setelah membalas pesan Caitlyn, gadis bertubuh semok itu langsung bangun dari tempat tidurnya dan meraih kunci mobil. Saking terburu-burunya, Saskia lupa sedang memakai baju apa. Sudah sampai di depan pintu baru dia menyadarinya.
“Astaga!” Kia berlari kembali ke kamar dan meraih jaket.
Lagi-lagi dia berlari keluar dari unit apartemennya, bahkan sampai ke basement pun dia masih saja berlari. Masuk di dalam mobil, Saskia mengatur nafasnya yang turun naik tak beraturan.
“Huft, gini nih kalo udah menyangkut sahabat.” Saskia segera menghidupkan mobil dan menginjak pedal gas. Dia tidak ingin membuat Caitlyn menunggu, mengingat hasil pemeriksaan Nathan tadi.
Menerobos padatnya aktivitas lalu lintas di kota, Saskia pun berhasil tiba di star cafe lebih cepat lima menit dari yang dia perkirakan. Gadis itu melihat sahabatnya tengah duduk di pojokan cafe tersebut.
Caitlyn melambaikan tangan padanya saat tatapan mereka bertemu. Dari jarak yang masih jauh seperti itu, dapat Saskia lihat dengan jelas mata sembab sang sahabat.
“Lu habis nangis lagi? Si bang*sad itu ngapain lu, hah? Ngasarin lagi? Beneran yah, kali ini dia bakal berurusan sama gue,” cecar Saskia berapi-api.
Caitlyn menatap sekelilingnya memastikan tidak ada orang lain di sana. Dia kemudian memberi isyarat agar Saskia segera duduk.
“Kenapa, sih? Gue lagi marah tau.” Meskipun terkesan ketus, tetapi Saskia menurut juga. Dia lalu mendudukan bokongnya di kursi dengan sedikit keras.
Caitlyn tersenyum kecil. “Gak papah, Ki. Cuman jangan teriak-teriak lagi! Malu kalo diliatin kayak yang di depan apartemen tadi, loh.” Caitlyn berhenti sejenak dan menggenggam tangan sahabatnya. “Jangan marah sama dia, yah! Ini semua salah gue. Please, gue gak bisa dengerin omongan kasar orang-orang sama dia. Sebreng*sek apapun dia, senyebelin apapun dia, dia tetaplah ayah dari makhluk kecil yang ada dalam kandungan gue saat ini. Ya, ‘kan?” Caitlyn berucap lirih. Matanya tampak sayu dan memohon.
“Lu udah periksa? Hasilnya gimana?” tanya Saskia dengan binar bahagia. Dia tidak peduli dengan ucapan Caitlyn tentang Lean. Gadis itu hanya peduli dengan kondisi sahabatnya.
“Janji dulu sama gue kalo lu gak boleh maki-maki dan benci lagi sama ayahnya.” Caitlyn mode memaksa.
Saskia berdecak. “Iya!” jawabnya ketus. “Jadi beneran gue bakal jadi onty?” lanjutnya dengan girang.
Caitlyn tersenyum dan mengangguk. “Sekarang gue mau minta tolong sekalian ngerepotin lu lagi. Mau jadi onty, ‘kan?” Saskia mengangguk cepat membuat Caitlyn sedikit terhibur dan akhirnya tertawa.
Sejurus kemudian wajah cantiknya berubah serius. “Ki, gue pinjam duit lu lagi deh. Boleh gak?” Saskia menaikan sebelah alisnya. “Gue gak mau balik lagi ke rumah dan juga ke apartemen lu. Lean dan keluarganya bisa menjemput gue kapan aja. Gue mau pergi sejauh mungkin dan gue butuh bantuan lu dalam hal ini.”
...TBC...
...🌻🌻🌻...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Yuni Verro
nah biarin aja lean yang ngidam
2023-05-18
0
nctzen💋
buat Si lele yang ngalamin kehamilan simpatik nya ya kk author!!biar nyaho dia...
2023-04-10
1
Rika Anggraini
penasaran sllu....
2023-04-10
1