"Ck! Kenapa tidak aktif, sih?" Gerutu Beth saat berusaha menghubungi nomor Reandra. Sudah sepulih kali Beth menciba dan menjawab selalu saja operator.
"Apa Reandra sudah naik pesawat?" Gumam Beth sembari berpikir dan berulang kali melihat ke arah jam yang tergantung di kamarnya.
"Semuanya gara-gara Iel menyebalkan! Aku jadi gagal bertemu Reandra dan sekarang aku tak bisa menghubungi Reandra untuk minta maaf!" Beth tak berhenti mengomel.serta menyalahkan Fairel yang membuatnya terperosok ke lubang galian tadi.
Beth padahal tak kenapa-kenapa tadi, tapi kenapa Fairel malah memaksa Beth ke rumah sakit, sampai akhirnya kaki Beth malah tertimpa brankar dan benar-benar cedera.
Fairel menyebalkan!!
Beth yang masih tak berhasil menghubungi Reandra, akhirnya meletakkan ponselnya, lalu gadis itu mendaratkan bokongnya di atas tempat tidur.
Beth mengangkat kakinya ke atas tempat tidur sembari meringis menahan nyeri yang kembali datang. Gadis itu lalu membuka celana piyamanya dengan hati-hati dan Beth sedikit terkejut.
"Loh! Kok jadi begini?" Gumam Beth saat mendapati kakinya yang kini memar.
"Tadi sepertinya baik-baik saja,"gumam Beth lagi yang hendak membenarkan celana piyamanya. Namun ternyata, tanpa Beth nyana, pintu kamarnya sudah menjeblak terbuka. Mama Tere sydah berdiri di ambang pintu dan langsung mengarahkan pandangannya ke kali Beth yang belum tertutup oleh celama piyama.
Gawat!
"Beth! Kaki kamu kenapa?" Tanya Mama Tere yang langsung buru-buru menghampiri Beth dan memeriksa kaki putrinya tersebut.
"Nggak kenapa-kenapa, Ma! Tadi kepleset saja!" Jawab Beth berdusta.
Lagi!
Ya ampun! Beth benar-benar sudah jadi gadis bebal malam ini karena berbohong berkali-kali pada Mama Tere dan Papa Will.
"Kepleset dimana dan kenapa sampai memar begini?" Cecar Mama Tere setelah melihat nemar di kaki Beth bagian bawah. Beth tidak menjawab dan gadis itu hanya meringis.
"Mama akan ambil es batu dulu."
"Mungkin kita juga perlu ke dokter untuk memastikan tak ada luka serius di kakimu," ujar Mama Tere panjang lebar sembari keluar dari kamar Beth.
Ke dokter lagi!
Tadi juga Beth habis dari dokter dan kata dokter kaki Beth hanya terkilir. Dan tadi dokter juga memberikan salep untuk memar...
"Oh, iya! Salepnya tadi dimana, ya?" Gumam Beth kemudian seraya mencari-cari salep yang tadi diberikan oleh dokter di baju overall yang masoh belepotan lumpur tadi.
Tadi seingat Beth, ia memasukkan salepnya di saku samping....
Beth memeriksa setiap saku di baju overall-nya dan tak menemukan salep dari dokter. Lalu dimana?
"Beth! Kamu kemana lagi?" Panggil Mama Tere yang rupanya sudah kembali masuk ke kamar Beth.
"Beth di kamar mandi, Ma!" Jawab Beth sembari menghampiri Mama Tere. Beth juga berusaha untuk melangkah senormal mungkin agar Mama Tere tak semakin khawatir.
Huh! Lumayan nyeri juga ternyata. Semua gara-gara brankar sialan tadi.
"Duduk disini dan biar mama kompres kaki kamu!" Titah Mama Tere kemudian sembari membimbing Beth agar kembali duduk di tepi tempat tidur. Mama Tere lalu mengangkat kaki Beth yang memar tadi dan mulai mengompresnya memakai es batu.
"Besok kalau masih belum hilang memarnya atau malah bengkak, kita harus ke dokter!" Ujar Mama Terwujud selagi wanita paruh baya itu mengompres kaki Beth.
"Tidak usah, Ma! Orang ini tadi cuma terkilir dan tidak ada tulang yang patah," gumam Beth yang langsung membuat Mama Tere mengernyit.
"Tahu darimana kalau tidak.ada yang patah? Sudah bertemu dokter, memang?" Cecar Mama Tere penasaran.
"Eeeeee..."
"Sudah!" Jawab Beth sembari meringis.
"Tadi diantar Yvone ke dokter karena kan keplesetnya di rumah Yvone," ujar Beth lagi sedikit bercerita.
Bercerita kebohongan maksudnya!
Apanya diantar Yvone! Jelas-jelas yang mengantar dan memaksa Beth ke rumah sakit tadi si Pak Iel menyebalkan.
Eh, iya! Ngomong-ngomong, Beth belum menghubungi Yvone, dan kenapa juga Beth tidak tanya saja ke Yvone apa tadi Reandra mencari Beth yang tak kunjung datang atau tidak. Barangkali Reandra sudah coba menghubungi Beth, namun karena ponsel Beth mati dan tak bisa tersambung lalu Reandra khawatir dan lanjut menghubungi Yvone untuk mencari tahu keberadaan Beth.....
Hihi, pede sekali Beth!
"Beth! Kenapa senyum-senyum sendiri begitu?" Tegur Mama Tere yang langsung membuat Beth kembali ke alam nyata dan terbangun dari dunia khayalnya.
"Iya, Ma! Ada apa?" Tanya Beth yang sudah berhenti senyum-senyum sendiri. Lama-lama Beth seperti orang sinting kalau kebanyakan menghalu tentang Reandra, lalu senyum-senyum sendiri seperti tadi.
"Kau kenapa senyum-senyum sendiri tadi? Mencurigakan!" Cecar Mama Tere sekali lagi seraya memicing pada sang putri yang malah meringis.
"Tidak ada!" Sanggah Beth sembari menguap.
"Hoaaaam!!"
"Sudah ngantuk? Tidur, gih!" Titah Mama Tere sembari memeriksa kaki Beth sekali lagi.
"Aduh! Jangan ditekan begitu, Ma!" Protes Beth sembari meringis.
"Hanya memastikan saja!"
"Besok kalau masih nyeri dan memar kita ke dokter lagi, ya!" Tukas Mama Tere sedikit memaksa.
"Tidak usah, Ma! Besok pasti sudah sembuh!" Ucap Beth yakin.
"Baiklah! Sekarang cepat tidur!" Mama Tere segera membantu Beth untuk naik ke atas tempat tidur, lalu menyelimuti putrinya tersebut.
"Sebenarnya tadi mama mau ngomong kalau ada pesanan cake..." Mama Tere terlihat menghela nafas.
"Sepertinya harus Mama yang mengerjakan," tukas Mama Tere lagi.
"Memang mama bisa?" Sergah Beth merasa sangsi. Mama Tere langsung mengendikkan kedua bahunya.
"Besok pagi biar Beth kerjakan, Ma! Diambil kapan cake-nya?" Ujar Beth kemudian yang kembali membuat Mama Tere menghela nafas.
"Sore."
"Tapi desainnya simpel, kok!" Tukas Mama Tere cepat.
"Iya, iya! Besok Beth akan bangun pagi," janji Beth yang langsung membuay Mama Tere mengulas senyum.
"Makanya lain kali hati-hati dan jangan pecicilan!" Nasehat Mama Tere sekali lagi.
"Iya, Ma!" Beth menguap sekali lagi dan Mama Tere akhirnya segera berpamitan dari kamar Beth setelah mencium kening putrinya tersebut.
"Selamat malam, Ma!" Ucap Beth sesaat sebelum Mama Tere menutup pintu kamar.
****
"Kau darimana semalam?" Tanya Mom Yumi saat Fairel baru sampai di meja makan.
"Iel datang ke rumah Aunty Thalita, Mom! Tapi acaranya memang sudah selesai saat Iel datang," tukas Fairel cepat seraya mengeluarkan ponselnya, lalu memamerkan foto selfie-nya semalam bersama Ryan dan Keano pada Mom Yumi.
"Lihat! Iel bahkan sempat berfoto bersama Ryan dan Keano!" Ujar Fairel lagi.
"Lalu kenapa kemejamu berlumpur dan Mom juga menemukan obat ini di dalam mobil."
"Kau sebenarnya darimana, Iel? Katamu kau semalam lembur di kantor--"
"Siapa yang lembur di kantor?" Sela Dad Liam yang juga naru menampakkan batang hidungnya.
"Putra kesayanganmu!" Jawab Mom Yumi sembari memberikan obat tadi pada Fairel. Segera Fairel memeriksa obat yang sepertinya adalah milik Beth dan tertinggal di mobilnya semalam.
Ck! Merepotkan!
Apa Fairel juga harus mengantarnya ke rumah Beth sekarang? Tapi Fairel tidak tahu rumah Beth di sebelah mana. Semalam saja gadis itu tiba-tiba menghilang di kegelapan seperti hantu!
Baiklah! Lupakan saja!
"Kau lembur semalam? Apa pekerjaanmu banyak sekali sampai kau lembur? Dad saja tak menyuruhmu lembur." Sekarang gantian Dad Liam yang mencecar Fairel.
"Iel hanya iseng, Dad!" Jawab Fairel beralasan.
"Lalu kenapa bajumu berlumpur? Kau belum menjelaskannya pada Mom?" Tanya Mom Yumi lagi menuntut jawaban.
"Yang itu...." Fairel berpikir sejenak.
"Iel kepleset di parkiran, Mom!" Jawab Fairel akhirnya beralasan.
"Di parkiran mana yang berlumpur?" Gantian Dad Liam yang bertanya.
"Parkiran depan! Iel juga tidak tahu kenapa ada kubangan dan membuat Iel kepleset lalu jatuh!"
"Huh! Sial dan memalukan sekali!" Cerocos Fairel yang mulai mengarang indah.
Semua gara-gara Beth menyebalkan! Semoga Fairel tak akan bertemu dengan gadis kegelapan itu lagi!
"Aneh sekali," gumam Dad Liam yang terlihat masih tak percaya.
"Dad akan memeriksanya nanti," gumam Dad Liam kemudian seraya menggigit rotinya. Fairel ikut menggigit roti yang sudah disiapkan Mom Yumi saat kemudian Dad Liam kembali angkat bicara.
"Ngomong-ngomong, kau akan ke luar kota untuk mengurus proyek yang kemarin kita bicarakan itu, Iel!"
"Uhuuk- uhuuk!" Fairel langsung tersedak rotinya saat mendengar ucapan Dad Liam.
"Kenapa harus Iel, Dad? Kenapa bukan Ryan saja?" Protes Fairel setelah meneguk air untuk melegakan tenggorokannya.
"Dad maunya kau yang pergi karena Ryan sudah menangani pekerjaan lain!"
"Jadi jangan membantah dan pergi saja!" Ucap Dad Liam tegas yang hanya membuat Fairel mendengus setengah hati.
Baru juga mau lanjut pedekate dengan Rossie! Sekarang malah sudah disuruh ke luar kota!
Mungkin nanti Fairel akan mengirim hadiah dulu untuk Rossie sebelum pergi.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
INI SI BETH SUKA SEKALI BOHONGI IBUNYA,, SDH MNJADI HOBI DIA BOHONGI IBUNYA
2023-11-01
0
keke global
nurut lel kamu penerus nanti
2023-04-15
0