"Iel lagi yang harus pergi?" Teriak Fairel lebay saat Dad Liam menyodorkan sebuah undangan pada pria itu.
"Ryan sedang tidak enak badan, Iel!"
"Lalu Mom dan Dad terlanjur ada janji untuk datang ke acara penting malam ini," ujar Dad Liam memaparkan sederet alasan.
"Mustahil Ryan sakit! Tadi saja dia tidak apa-apa!" Fairel langsung dengan cepat membuka ponselnya untuk menelepon sang sepupu yang punya jabatan setara dengannya di Halley Development.
Cukup lama Fairel menunggu, hingga akhirnya telepon diangkat oleh sang empunya.
"Halo!" Suara Ryan terdengar serak di ujung telepon seperti orang belum makan tujuh hari tujuh malam.
"Kau kenapa? Belum makan malam?" Cecar Fairel to the point.
"Brengsek! Aku sedang sakit!"
"Masih bisa mengumpat! Berarti sakitmu pura-pura agar kau bisa mangkir dari acara malam ini lalu menjadikan aku tumbal!" Tuduh Fairel bersungut-sungut.
"Aku benar-benar sakit! Tadi setelah kau meneleponku saat di kantor, aku muntah-muntah!"
"Lebay!" Cibir Fairel tetap tak percaya.
"Terserah saja! Aku sedang malas bicara denganmu! Membuat perutku semakin mual saja."
"Aku mau bukti kalau kau benar-benar sakit!" Ucap Fairel yang masih tetap tak percaya.
"Nyalakan videonya dan lihat sendiri!"
Fairel segera menyalakan panggilan video call dan terlohat Ryan yang memang sedang berbaring di atas tempat tidur dengan wajah pucat khas orang sakit.
"Sudah ke dokter?" Tanya Fairel yang akhirnya percaya dan sedikit khawatir.
"Dokter sudah datang tadi. Mami sebenarnya menyuruh opname tapi--"
"Hoeek!"
"Iyuuh!!" Fairel langsung mematikan video call saat mendengar suara muntah Ryan.
"Sebaiknya kau memang opname saja di rumah sakit, Ryan!!" Seru Fairel kemudian sebelum pria itu menutup teleponnya pada Ryan.
"Sudah percaya?" Tanya Dad Liam yang sejak tadi masih duduk di samping Fairel.
"Iya, Dad! Tadi Iel hanya memastikan!" Kelit Fairel beralasan.
"Tapi, Dad! Apa acara itu begitu penting hingga--"
"Datang saja dan jangan banyak alasan, Iel!" Ucap Dad Liam tegas sebelum Fairel menyelesaikan kalimatnya. Fairel langsung berdecak seraya menggerutu dalam hati.
"Iya, iya!"
"Iel akan mengajak Rossie nanti!" Gumam Fairel sembari mengerucutkan bibirnya.
Bukan hal sulit sebenarnya mengajak Rossie pergi. Karena yang sulit adalah mendapatkan izin dari Uncle Robert!
Hhhhh!
Padahal Fairel juga pasti akan menjaga Rossie dengan sepenuh hati, jiwa, dan raga!
****
[Beth! Kau dimana?] -Yvone-
Beth baru saja akan pergi saat pesan dari Yvone sudah masuk ke ponselnya. Sepertinya Yvone sudah sampai di titik yang tadi ia dan Yvone sepakati untuk bertemu.
[Aku OTW sekarang!] -Bethany-
[Jangan ditinggal!] -Bethany-
Bethany mengirimkan pesan pada Yvone dengan tergesa dan berturut-turut.
[Cepat!!] -Yvone-
"Ish! Kenapa juga tadi malah ketiduran!" Gerutu Bethany sembari gadis itu memasukkan ponselnya ke dalam tas selempang. Bethany lalu keluar dari kamar dan sedikit celingukan saat sampai di toko yang memang berada di bagian depan rumah.
Ya, rumah kedua orangtua Bethany memang menyatu dengan toko kue yang saat ini dikelola oleh Mama Tere.
"Beth! Mau kemana lagi?" Tanya Mama Tere yang rupanya sedang berada di meja kasir.
Ya ampun!
"Mau keluar, Ma!" Jawab Bethany sembari meringis.
"Keluar kemana? Sudah hampir malam--"
"Ke kost-an Abang Timmy!" Jawab Bethany cepat.
Cepat berbohong. Tapi semoga mama Tere percaya.
"Tumben." Mama Tere sudah ganti bersedekap.
"Kebetulan Abang Timmy sedang libur, Ma!" Ujar Beth mulai mengarang indah. Gadis itu lalu mengambil satu paperbag dan memasukkan beberapa kue ke dalamnya.
"Jadi Beth mungkin akan ke kost-an Bang Timmy lalu menginap disana," tukas Bethany lagi.
"Kalau memang sedang libur seharusnya Timmy pulang kemari dan tidak hanya sembunyi di kost-annya!" Decak Mama Tere yang selalu kesal dengan sikap Abang Timmy yang sejak punya kost-an sendiri jadi jarang pulang. Rak jarang Mama Tere akan menyalahkan Papa Will yang memang sejak awal punya ide membangun kost-an untuk dikelola Abang Timmy di sela-sela kesibukan Abang Timmy sebagai bartender saat malam hari.
Ya, meskipun kost-an Abang Timmy hanya ada tiga kamar dan satu kamarnya ditempati Abang Timmy sendiri, tapi setidaknya itu adalah investasi yang bagus kata papa Will.
"Nanti Beth akan membujuk Abang Timmy agar pulang, Ma!" Ujar Beth sedikit merayu Mama Tere. Ponsel Beth yang berada di dalam tas sydah terasa bergetar sekarang. Mungkin Yvone sesang berusaha menelepon Beth.
Hadeeh!
Jangan sampai Beth ditinggal Yvone!
Beth masih ingin bertemu Reandra.....
"Tapi ini sudah malam-"
"Masih sore, Ma!"
"Langitnya masih berwarna jingga!" Sergah Beth cepat sembari menunjuk ke langit di luar toko.
"Jalannya juga ramai, Ma! Jadi Mama tenang saja, ya!"
"Beth kan pemberani!" Tukas Beth lagi berusaha meyakinkan sang mama bersamaan dengan getaran di ponselnya yang semakin tak terkendali.
"Sabar, Yvone! Aku jangan ditinggal, ya!" Rapal Beth dalam hati.
"Yaudah kalau begitu!"
"Nanti sekalian kamu bilang ke Timmy agar menjawab telepon dari Mama dan tak hanya mengabaikannya saat mama menelepon!" Tukas Mama Tere kemudian yang langsung membuat Bethany mengangguk.
"Siap, Ma!"
"Beth pergi dulu!" pamit Beth kemudian sembari mencium punggung tangan Mama Tere.
Beth lalu segera keluar dari toko dan macu motornya ke titik pertemuannya bersama Yvone.
Semoga Beth belum ditinggal oleh Yvone!!
****
Beep beep!
"Yvone!! Tunggu aku!!" Seru Beth pada Yvone yang sudah hampir masuk ke dalam taksi.
Yvone terlihat berdecak lalu turun lagi dan bersedekap menunggu Beth.
"Ck! Lama sekali, Beth! Tadi bilangnya udah OTW!" Omel Yvone selanjutnya pada Beth yang hanya meringis tanpa dosa. Beth bergegas menitipkan motornya di penitipan motor di area tersebut sebelum berlari menyusul Yvone. Dua gadis itu akhirnya naik taksi bersama.
"Gaun kamu mana? Di dalam paperbag itu?" Tanya Yvone seraya menunjuk ke paperbag di tangan Beth.
"Bukan!"
"Ini roti dari toko Mama," jawab Beth sembari meringis yang justru membuat Yvone menepuk keningnya sendiri.
"Jadi,kamu mau ke acara ulang tahun Reandra pakai baju begini?" Tanya Yvone seraya menatap tak percaya pada Beth yang selalu saja mengenakan setelan kodok aneh.
"Aku kan lewat pintu belakang, jadi waitres."
"Kata kamu undangannya cuma satu dan nggak bisa ajak teman," tukas Beth mengingatkan Yvone tentang rencana mereka siang tadi.
"Tapi aku mau usaha buat nyelundupin kamu--"
"Hah?" Beth sontak tergelak mendengar kalimat Yvone.
"Ck! Yaudah, nggak jadi!"
"Kalau kamu maunya jdi waitres, ya jadi waitres aja nanti! Reandra juga mana peduli!" Tukas Yvone kemudian seraya bersedekap.
"Nanti aku akan pura-pura menumpahkan minuman di jasnya Reandra," ujar Beth mengungkapkan rencananya pada Yvone.
"Gila!"
"Reandra akan langsung mengamuk dan mengusirmu!" Yvone menatap tajam pada Beth yang hanya mengendikkan kedua bahunya.
"Jangan membuat rencana konyol, Beth!" Yvone memperingtkan sekali lagi.
"Bukan rencana konyol! Tapi ini cara untuk menarik perhatian Reandra!" Sergah Bethany mencari pembenaran.
"Terserah saja! Satu hal yang pasti, kita tak saling mengenal saat di dalam nanti dan jangan menyeret-nyeret namaku saat kau kena masalah!" Ujar Yvone memperingatkan sekali lagi, sebelum taksi berbelok ke sebuah hotel yang terkenal di kota tersebut.
****
"Minum--" Fairel berdecak kesal, saat minuman yang baru saja akan ia ambil dari nampan yang dibawa oleh waitres, sudah terlebih dahulu diambil tamu undangan yang lain.
"Dasar lambat!" Gerutu Fairel merutuki dirinya sendiri yang tadi tidak bergerak cepat.
Fairel lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan demi mencari waitres lain ya g membawa minuman. Beberapa menit lagi Fairel harus maju ke depan untuk memberikan kata sambutan mewakili Halley Development, jadi sekarang Fairel butuh minum agar tenggorokannya tidak kering dan ia bisa berbicara dengan lancar.
"Itu dia!"
"Minum!" Fairel kembali mengangkat tangannya dan memberi kode pada waitress agar datang ke arahnya.
"Akhirnya!" Sorak Fairel senang saat akhirnya waitress tadi berjalan menghampirinya.
Namun, saat Fairel masih menunggu waitress datang, mendadak ada kejadian tak terduga, dimana ada seseorang yang menabrak Fairel dari belakang.
Fairel refleks menoleh dan hendak menolong seseorang yang hilang keseimbangan tersebut. Namun sepertinya niat Fairel tak bersambut dengan baik atau dasarnya saja Fairel sedang sial!
Karena saat Fairel berbalik, tiba-tiba dua gelas minuman sudah tumpah ke jas mahalnya. Dua gelas minuman yang berasal dari nampan waitress tersebut langsung menyiram tubuh Fairel dan membuat pria itu basah kuyup.
Astaga!
Namun tentu saja bukan hal itu yang membuat Fairel murka, melainkan sosok wajah di depan Fairel yang tadi membawa nampan sialan itu!!
"Maaf, Pak!" Cicit gadis itu yang langsung membuat Fairel menatap sengit ke arahnya sembari menghembuskan nafas berulang-ulang seperti seekor naga yang siap menyemburkan api....
"Kau lagi!!!!"
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
keke global
aku lagi mbayangin wajah fairel jadi tokoh d beauty and the beast 😅
2023-04-08
0
alvalest
jdoh tu ketmu berkali kali
2023-04-07
0