"Malam ini kita istirahat di sini saja!" ujar Xiao Ling, ia merasa lelah begitu juga dengan prajuritnya.
"Baik, Jendral!" ujar Lin Wei, ia memberikan perintah untuk mendirikan tenda.
"Tidak usah mendirikan tenda, aku rasa tidak akan hujan. Selain itu, besok agar lebih mudah pergi! Bukankah di depan Kota Chaisang?" ujar Xiao Ling, ia berusaha membuka sejarah dinasti Han.
"Iya, Jenderal!" ujar Lin Wei, ia menganggukkan kepala.
"Sudah kuduga, ini pada masa Dinasti Han, pada tahun 200-an!" batin Xiao Ling.
Mereka makan malam dengan menyantap beberapa roti bakpao yang sudah keras dan hanya minum air putih. Tan Xiao Ling bingung, ia ingin bertanya banyak hal tetapi, tidak tahu harus bertanya kepada siapa.
Tan Xiao Ling hanya diam memperhatikan semua prajuritnya dan mencatat di dalam hati. Ia mencoba untuk tidur dan berharap dari balik pekatnya hutan bambu tidak ada seseorang atau gerombolan prajurit Qin yang mencoba menyerang mereka.
Tan Xiao Ling mencoba untuk tidur tetapi, ia semakin gelisah dan tidak bisa tidur, luka di dadanya sedikit sakit. Ia berusaha mencari obat serbuk di lipatan kain di pelana kuda dan menaburkan pada lukanya di balik bebatuan, tubuhnya sedikit panas.
"Andaikan ini di zamanku, aku sudah minum obat penurun panas!" benaknya getir, ia menatap rembulan sabit dan mendengar suara burung malam yang mengerikan.
"Terasa sunyi dan asing …," batin Xiao Ling, ia bersyukur terlahir di zaman modern yang tenang.
"Jenderal, apakah Anda baik-baik, saja!" ucap Lin Wei, ia khawatir.
"Aku baik-baik, saja! Hanya sedikit lelah," balas Xiao Ling berbohong.
"Ini, Jendral!" ucap Lin Wei, ia memberikan bungkusan serbuk lain dengan berlutut dan menghadap ke tanah.
"Apa ini?" tanya Xiao Ling bingung dan mengerutkan dahi, ia mencium aroma obat yang sangat pekat mirip kotoran kambing.
"Itu obat untuk menurunkan panas dan infeksi, istri saya yang membuatnya," ujar Lin Wei.
"Oh, terima kasih!" jawab Xiao Ling, ia langsung menelannya seperti puyer saat ia masih anak-anak.
Ia memandang Lin Wei masih menyalakan api unggun dengan menambah kayu bakar di sana, Xiao Ling duduk di dekat perapian, "Lin Wei, di manakah istrimu tinggal?" tanya Xiao Ling ingin tahu, ia merasa umur mereka tidak jauh berbeda.
"Di Limen Jendral Tan," balas Lin Wei, ia masih terus menambah kayu di perapian.
"Tan … apakah margaku pun masih, Tan?" benak Xiao Ling, "Lin Wei, aku … apakah kau sudah lama tidak pulang?" tanya Xiao Ling, ia takut untuk jujur.
"Sudah 2 tahun ini saya tidak pulang, Yang Mulia!" balas Lin Wei, ia tersenyum getir.
"Jika kita pulang ke Xuchang, sebaiknya kamu pulanglah ke Limen," ucap Xiao Ling, ia ingin memberikan kesempatan kepada prajuritnya.
"Benarkah?" tanya Lin Wei, ia tidak percaya akan hal itu.
"Iya, jangan sampai aku berubah pikiran lagi," balas Xiao Ling dingin.
Lin Wei bersyukur, jarang-jarang Jenderal Tan Jia Li bersikap lembut. Dia terkenal wanita bertangan besi, bertanggung jawab, dan selalu membela kebenaran. Selain itu, dirinya selalu dingin dan tanpa banyak bicara bagaikan patung.
Semua bawahan Jendral Tan Jia Li sangat takut kepadanya, walaupun dirinya sebenarnya sangat baik. Keduanya hening mereka melihat para prajurit sudah mulai berganti untuk berjaga-jaga.
Lin Wei menatap ke wajah Xiao Ling, "Apakah Jendral Jia, masih menolak perjodohannya dengan putra mahkota Liu Fei?" batin Lin Wei, ia takut bertanya.
Lin Wei masih memperhatikan wajah jendralnya yang sebenarnya sangat cantik. Meskipun, tidak pernah memakai baju wanita melainkan baju zirah dan baju pria saja. Jendral Jia Li selalu saja berperang dan tidak pernah tinggal di rumah. Sejak kematian ibunya putri Zhao Yang dan ayahnya Jendral Tan Xi Kin memiliki banyak selir sehingga Jia Li merasa tidak menyukai pernikahan karena hal tersebut.
Namun, kaisar Liu Bang ingin menjodohkannya dengan Putra Mahkota Liu Fei dari Ratu Zhao Li Mei. Sedangkan Liu Bei putra kedua Kaisar Liu Bang dari Permaisuri Qin Shi Rong.
Hal itu dikarenakan untuk menahan kekuatan yang dimiliki sang jendral cantik tersebut agar tidak memberontak, sehingga untuk memenggal dan membelenggu kekuasaannya maka diadakan pernikahan atas titah Kaisar Liu Bang.
Akan tetapi, Jendral Jia Li yang selalu di perbatasan tidak pernah bertemu dengan Liu Bei maupun Liu Fei. Tan Xi Kin menyetujui pernikahan itu, tetapi Jia Li menolaknya.
Namun, karena ayahnya mengancam tidak ada yang bisa menolak titah raja akhirnya Jia Li menyetujuinya hingga pertempuran terjadi di Changsha.
"Jendral, jika Jendral mengantuk tidurlah, biar saya yang berjaga." Lin Wei menatap Jia Li memeluk pedang perak miliknya yang sangat tajam, warisan dari kakeknya Tan Yuan Min
"Tidak apa-apa, Lin Wei!" balas Xiao Ling, ia masih berpikir banyak hal, "jika wajah dan margaku sama hanya berbeda nama. Apakah ayahku juga orang yang sama? Apalagi, Liu Bei juga ada," benaknya.
Cus! Syut!
Sebuah anak panah melesat hampir saja mengenai Xiao Ling, ia a langsung menangkap anak panah tersebut menggunakan tangan kirinya.
"Berhati-hatilah!" teriak Xiao Ling.
Semua orang bangun dan mengambil pedang masing-masing. Xiao Ling sudah melesat menangkis serangan anak panah yang menyerang bagaikan hujan, anak panah semakin banyak berhamburan dari balik pepohonan dan rimbunnya semak.
"Bentuk formasi!" teriak Xiao Ling.
Semua prajurit mengangkat tameng membentuk kubah sehingga anak panah hanya mengenai tameng mereka.
"Pada tahun 220 adalah masa dinasti Han berperang dengan Qin, apakah aku salah! Hadeh, mengapa aku tidak belajar sejarah Tiongkok dengan benar?!" sesal batin Tan Xiao Ling, ia merasa kacau.
Xiao Ling sangat lelah anak panah masih saja menghujani mereka, "Lin Wei, lindungi aku! Sebagian mundurlah ke balik batu itu atau pohon yang lebat. Aku akan memutar menghancurkan musuh!" perintahnya kepada Lin Wei.
"Baik, Jendral! Zhao Zhao pergilah bersama Nona Jendral! Lindungi Yang Mulia!" perintah Lin Wei.
Zhao Zhao langsung melesat menaiki kudanya bersama 5 prajurit menyusul Xiao Ling. Derap kuda menggema, para prajurit melihat Jendral Jia Li sudah menghabisi musuh dari atas kudanya dengan gagah berani.
"Mundur!" gema teriak pemanah dari pihak musuh berhamburan kabur.
Prajurit yang bersama dengan Zhao Zhao langsung menarik busur memanah musuh mereka. Xiao Ling masih bertempur dengan beberapa prajurit Qin, mereka menyerang Xiao Ling dengan pedang dan tombak. Ringkikan kuda Xiao Ling menggema, ia terus menebaskan pedang kantuknya hilang seketika.
Akhirnya mata pedangnya berhasil membunuh musuh ditambah Zhao Zhao membantu. Fajar telah menyingsing, Lin Wei dan semua prajurit telah bergabung.
Xiao Ling masih berputar dengan kudanya, "Gila! Ini benar-benar gila dan nyata! Oh, Tuhan. Aku meminta agar tidak menikah dengan Liu Bei, tapi mengapa jadi terlempar kemari?" batinnya, ia berharap dengan berputar-putar ia akan kembali lagi ke dunianya.
"Jendral Jia Li, apakah kita akan melanjutkan perjalanan kita?" tanya Lin Wei.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments