"Kita menang, Yang Mulia! Jendral memang hebat! Dengan keadaan terpanah pun, Jendral berhasil membakar pertahanan dan gudang senjata tentara Qin," ujar prajuritnya senang.
"Apakah ada prajurit yang tewas di pihak kita?" tanya Xiao Ling khawatir.
"Hanya 15 orang Jendral. Kami sudah menguburkan mereka!" ujar prajuritnya.
Xiao Ling terdiam, ia memandang ke arah prajuritnya, "Baiklah, siapa namamu?" tanya Xiao Ling membuat prajutitnya tercekat.
"Aku, Lin Wei!" balasnya.
"Baiklah, rencananya kapan kita berangkat ke Yuzhang?" tanya Xiao Ling, ia sudah tidak tahu lagi dengan apa yang sudah terjadi.
Namun, satu hal yang paling menonjol dari sikapnya adalah selalu tenang di dalam keadaan apa pun dan menganalisa dengan cepat semua masalah yang menimpa.
"Anggap saja aku sedang bermimpi! Baiklah, Tan Xiao Ling. Kita harus mencari tahu apa yang terjadi sesungguhnya?!" batinnya, ia kembali menatap ke arah Lin Wei.
"Baiklah, mari kita berangkat!" ujar Xiao Ling tegas.
"Baik, Jendral!" ujar semua prajuritnya.
Tan Xiao Ling menatap ke semua isi di dalam tenda, ia melihat beberapa gulungan kertas dan peta juga senjata, "Aku tidak tahu, Jendral perempuan yang bernama Jia Li itu seperti apa? Aku rasa dia sangat hebat!" benak Xiao Ling.
Tan Xiao Ling masih melihat isi seluruh tenda melihat cermin, "Ini, wajahku! Mengapa aku bisa berada di masa ini? Apa yang salah? Apakah ini mimpiku?" batin Tan Xiao Ling, ia melihat rambut merah mahogani miliknya yang baru saja diwarnai atas saran Gloria, kini sudah berubah hitam legam kembali dan diikat atas kepalanya.
"Aku seperti artis Tiongkok yang sedang shooting film kolosal," batinnya, ia melihat baju zirahnya berwarna hitam sepekat malam.
Tan Xiao Ling menarik pedang di pinggang, "Ya, Tuhan! Ini sungguhan," lirihnya, saat ia meraba mata pedang.
"Tajam sekali! Ini sangat hebat!" puji Xiao Ling, ia berusaha menguji ketajaman mata pedang dengan menebas angin akan tetapi, ia malah menebas tiang tenda sehingga tendanya roboh.
"Jenderal! Jendral Jia Li!" teriak prajurit.
Tan Xiao Ling muncul dengan menebas tenda menjadi serpihan kain yang berterbangan, "Aku baik-baik, saja!" ujarnya dingin.
Tan Xiao Ling melihat sisa pertempuran dan banyaknya ceceran darah, "Ini sungguhan? Dan … darah itu juga sungguhan!" benak Xiao Ling kecut.
Glek
Seketika Xiao Ling menelan ludah dan nyalinya menciut, "Gila! Ini lebih parah daripada terjebak di dalam sebuah pernikahan!
"Aduh, bagaimana caranya aku kembali pulang ke masaku?" pikirnya kacau-balau, ia ingin kabur menggunakan pintu ajaib Doraemon yang sering ditontonnya kala masih kecil hingga kini.
"Kita siap berangkat, Jendral!" ujar Lin Wei, ia sudah bersiap-siap dengan anak buahnya.
"Baiklah!" balas Tan Xiao Ling, ia berusaha tenang dan tidak memperlihatkan wajah bingung apalagi stres.
"Bukankah stres mempengaruhi kecantikan?!" batin Xiao Ling, ia menarik napas dan terus maju mempermainkan perannya di kehidupan aneh tersebut.
Semua prajurit berdiri seperti patung, saat Tan Xiao Ling melewati semua barisan prajurit yang berlutut dan mengucapkan, "Selamat panjang umur Yang Mulia! Semoga Dewa melindungi Yang Mulia!" ucap mereka serempak.
Tan Xiao Ling terkejut, ia hampir jatuh terjerembab akan tetapi, ia berusaha untuk menguasai keadaan dengan ilmu beladiri yang mendarah daging di tubuh dan jiwa.
"Apakah Anda baik-baik, saja Jenderal?" tanya Lin Wei, berusaha untuk menolongnya.
"Mampuslah, aku!" batinnya, "aku baik-baik, saja!" balas Tan Xiao Ling, ia sedikit malu.
Xiao Ling secepatnya mengangkat tangan seperti biasa yang dilakukan kepada bawahan di rumah, jika seseorang ingin menolongnya dan ia tak menginginkan hal itu.
Tan Xiao Ling terkenal dingin, pendiam, dan mandiri juga tak mau ribet dengan urusan yang memusingkan kepala apalagi dilayani. Sehingga ia lebih banyak menghabiskan masa sekolah di asrama dan tinggal di apartemen sepi di kawasan Boston yang sesak.
Seekor kuda berlari dan meringkik, Tan Xiao Ling langsung melesat naik ke punggung kuda, "Wah, hebat sekali!" batin Xiao Ling, ia tidak menyangka ia memiliki suatu kekuatan yang luar biasa.
"Sepertinya kuda ini, mengenali tuannya," batin Xiao Ling, ia menarik tali kekang kuda mengelus surai kuda perlahan.
"Aku berharap kita bisa bekerja sama, aku tidak tahu siapa namamu! Tapi, aku berusaha untuk menjadi yang terbaik seperti tuan aslimu," bisik Tan Xiao Ling.
"Tidak lucu, jika engkau menjatuhkan diriku! Aku harap, kamu menjaga harga diri si pemilik tubuh ini. Um, Wenwen!" bisik Tan Xiao Ling di telinga si kuda yang hanya menggerakkan kepala dan mengangkat kedua kaki ke udara.
"Aku berharap engkau menyukai nama barumu!" lanjut Tan Xiao Ling,
"Jendral Jia Li di masa ini seperti apa, sih? Apakah aku sedang bermimpi dan memasuki zaman Dinasti Han?" batin Xiao Ling bingung.
Namun, ia masih terus memacu kuda meninggalkan sisa pertempuran, berharap ia terjatuh dan kembali terbangun di rumah dan menemukan sang ayah Tan Fuk Ming yang akan membatalkan pernikahannya bersama pria bernama Liu Bei.
"Nama kota tadi apa, ya?" batinnya, ia lupa dan tidak mengerti.
Tan Xiao Ling ingin bertanya tetapi, ia takut jika disangka ia sudah gila. Mereka masih terus memacu kuda mereka melintasi semak dan hutan bambu, "Ini benar-benar masa lalu," batin Xiao Ling.
Tan Xiao Ling tidak melihat salah satu gedung pencakar langit ataupun bangunan indah di masa modern, ia masih saja berharap mimpinya berakhir.
"Aku tidak tahu Jendral Jia Li ini punya sifat seperti apa? Bagaimana jika aku salah? Bukankah pada masa ini masih berlaku hukum pancung dan disiksa? Ini mengerikan sekali!" batinnya mulai galau, "bagaimana jika aku kabur saja! Tapi, aku akan menjadi buronan dan ke mana aku akan pergi?" benaknya semakin bingung.
Malam mulai merayap turun, mereka tidak berhenti dan terus memacu kuda masing-masing. Tan Xiao Ling melihat ke arah belakang jika seluruh anggotanya menaiki kuda tidak ada seorang pun yang berjalan kaki.
Tan Xiao Ling menarik napas, "Syukurlah, tidak ada yang berjalan kaki, seperti yang aku lihat di film-film," benaknya, ia melihat Lin Wei dan prajurit sedikit kelelahan.
"Lin Wei!" teriak Tan Xiao Ling, ia merasa kasihan.
Lin Wei langsung memacu kuda mendekatinya, "Ada apa, Yang Mulia?!" tanya Lin Wei dengan hormat.
"Di depan sana, kota apa? Apa masih jauh dari Yangmen (Yuzhang)?" tanya Xiao Ling, ia masih berharap jika nama kota tidak berubah saat ia berada pada tahun 2020 era milenial penuh gadget.
"Kita masih di Shouchun, Jendral!" jawab Lin Wei, ia sedikit merasa heran dengan Jenderal Jia Li yang biasanya sangat pintar dan cekatan kini seperti hilang ingatan.
"Jangan-jangan Jendral Jia Li tidak tahu jika dirinya telah dijodohkan dengan Putra Mahkota Liu Fei," batin Lin Wei, ia merasa kasihan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments