Sosok Yang ditakuti

Theo melajukan kendaraannya, meninggalkan parkiran kampus yang sudah sepi. Lalu dia bertanya tempat tinggal Indira dengan menatap Indira melalui spion dalam mobil. Dengan sedikit gugup Indira membuka suara menyebutkan alamat tinggalnya. Seketika Theo mendelik. "Itu tidak searah Ara!"

"Maaf, kak. Ara tak tega melihat sahabat Ara jalan sendiri. Dia itu gadis lho, dan ini.juga sudah mulai gelap."

Theo mendengus kasar. "Lain kali jangan kelamaan pulangnya." Theo menasehati Indira melaliui spion dalam mobil.

Indira tertunduk. "Ya, pak", sahutnya.

Theo mengernyitkan keningnya. "Pak?" ucapnya yang merasa ketuaan dengan sebutan itu. Sedangkan Tamara menahan tawanya, melihat ekspresi sang kakak.

"Apa saya salah ngomong, pak?" tanya Indira dengan perasaan cemas hingga membuat tawa Tamara pecah saat melihat wajah sang kakak layaknya jeruk purut.

"Dira... Jangan memanggilnya dengan sebutan pak!" seru Tamara di sisa tawanya.

"Jika aku memanggilnya kakak. Itu berarti aku menyamakan diriku denganmu. It's impossible."

Tamara menoleh ke belakang, menatap wajah gugup Indira. "Kalau kita berada di luar kampus, kau boleh memanggilnya kakak, karena kita sahabat", ujarnya dengan tersenyum.

"Sudah sampai. Ini rumahnya yang mana?" tanya Theo saat baru saja membelokkan kendaraannya di perumahan yang sudah Indira sebutkan.

"Indira turun di sini saja...emm... Kak", ucapnya ragu.

Theo mengulam senyum mendengar penuturan Indira. Tamara berhasil melihat senyuman manis sang kakak. "Terimakasih, Dira", ucap Tamara saat Theo baru saja menghentikan kendaraannya.

"Harusnya aku yang ucapin terimakasih", ujar Indira saat akan membuka pintu, namun dia mulai kebingungan.

"Rumahmu yang mana?" tanya Tamara sambil celingak celinguk melihat ke luar kaca mobil. Namun Indira tak menjawabnya, karena dia masih berusaha untuk membuka pintu. Tamara kembali menoleh kebelakang. "Tunggu sebentar." Tamara pun keluar dari dalam mobil untuk membantu membukakan pintu bagi sahabatnya itu.

Indira tertunduk malu. "Terimakasih, Ara. Maaf sudah merepotkanmu", ucapnya saat keluar dari dalam mobil.

"Aku gak merasa direpotkan", sahut Tamara.

"Aku yang direpotkan", ucap Theo bergumam.

"Terimakasih, kak", ucap Indira dengan rasa gugup seraya menundukkan kepalanya melihat Theo di dalam mobil.

Theo menoleh ke arahnya. "Iya, sama-sama."

"Rumahmu yang ini ya?" tunjuk Tamara pada rumah tepat dimana mereka berhenti saat ini.

"Bukan yang ini, tapi diseberangnya." Indira menunjuk pada sebuah rumah berpagar hitam yang minim penerangan.

"Kenapa rumahmu terlihat gelap. Apa orang tuamu lagi keluar?" Tamara mengernyitkan keningnya saat melihat kondisi rumah Indira sahabatnya.

Indira mengalihkan ucapan Tamara. "Waduh, aku jadi gak enak nih. Kita berbincang di luar seperti ini. Harusnya aku mempersilakanmu masuk ke dalam." Indira dilema antara membawa mereka singgah ke rumah atau tetap berdiri di dekat mobil sambil berbincang.

"Gak apa-apa. Kita mau langsung balik saja", sahut Tamara.

"Lain kali singgah ke rumah ya", ajak Indira berbasa basi, sebenarnya dia tak berniat mengajak siapa pun untuk datang kerumahnya.

"Ya, lain kali aku pasti singgah", sahut Tamara sambil membuka pintu mobil. Lalu dia masuk ke dalam mobil. Setelah berada di dalam mobil, dia membuka lebar kaca mobil dan menjulurkan kepalanya keluar. "Sampai jumpa besok", teriak Tamara seraya melambaikan tangannya.

Indira membalas dengan melambaikan tangannya. "Hati-hati di jalan", ucapnya dengan berteriak. Indira menatap kepergian mobil Theo dengan rasa bahagia. Namun raut wajah bahagianya sirna saat dia membalikkan badannya menatap rumah tempat dia tinggal saat ini.

"Siapa yang mengantarmu tadi?" tanya sang bibi yang tiba-tiba datang dari belakang Indira.

Indira mengelus dada seraya menoleh ke sumber suara. "Bibi ngagetin aja", ujarnya masih dengan mengelus dada. "Itu tadi teman kuliah Dira, bi", jawabmya.

Sang bibi tak ingin lebih dalam mengenal temannya itu, dia langsung mengajak keponakannya masuk ke dalam rumah.

"Bibi bawa ayam kentucky kesukaanmu, tadi lagi ada promo", ujarnya seraya menggandeng tangan Indira. "Ini ambillah."

Perlakuan manis sang bibi membuat Indira tersentak kaget. Dia memandang curiga ke arah sang bibi yang sedang menyodorkan sekantung kentucky padanya.

"Terimakasih, bi", ucapnya gaguk.

Sang bibi tersenyum padanya, lalu menarik tangan Indira masuk ke halaman rumah. "Bagaimana ospeknya hari ini?" tanyanya dengan rasa peduli.

"Dira tadi telat sampai di kampus, bi. Jadi gak ikut ospek sama sekali", sahut Indira seraya menutup pintu saat mereka sudah berada di dalam rumah.

"Besok jangan sampai telat lagi, ya." Sang bibi meninggalkan Indira dan masuk ke dalam kamarnya.

"Sudah pulang?" ucap suara bariton sang paman saat Indira baru saja memegang handle pintu kamarnya.

Indira menunduk. "Iya, paman", sahutnya. Lalu bergegas masuk ke dalam kamar. Ditutupnya rapat pintu dan tak lupa dikunci. Sejak kejadian malam yang menakutkan bagi Indira, dia tak pernah lagi berbicara lama dengan sang paman.

Indira melangkahkan kakinya seraya menarik kursi belajarnya. Disingkirkannya tas ransel yang sedari tadi menggantung dibahunya dan meletakkannya di atas meja belajar bersamaan dengan sekantung kentucky ditangannya. Dia pun menghela nafas saat berhasil menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi.

Tangannya membuka kunci laci meja belajar. Diraihnya sebuah buku berwarna biru muda. Buku yang menyisakan setengah lagi halaman kosong. Indira kembali menoreh isi hatinya pada setiap lembaran buku.

Tok. Tok.

Suara ketukan pintu menghentikan gerakan tangan Indira yang masih menggoreskan tinta penanya.

"Dira.. Ayo makan!" teriak sang bibi dari luar pintu kamarnya.

"Ya, sebentar lagi bi", sahut Indira seraya nenutup buku diary. Lalu dia memasukkannya semula ke dalam laci. Dia beranjak dari tempat duduknya dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi.

Tak butuh waktu yang lama Indira sudah menyelesaikan ritual mandinya. Dia berdiri didepan cermin menatap wajahnya yang tidak mengenakan kaca mata. Entah apa yang dia pikirkan saat menatap wajahnya tanpa kacamata. Namun setelah diam beberapa saat dia pun kembali mengenakan kacamatanya. Beranjak dari posisinya berdiri dan melangkahkan kakinya seraya meraih sekantung kentucky di atas meja dan membawanya keluar.

---

"Kenapa lama sekali?" tanya sang bibi saat Indira menarik salah satu kursi yang kosong.

"Baru selesai mandi, bi", sahut Indira seraya menjatuhkan bobot tubuhnya di atas kursi.

"Bibi dan pamanmu sudah selesai makan. Kami tinggal sendiri gak apa-apa kan?" tanya sang bibi yang membuat Indira mendelik. Tiba-tiba Indira bergidik ngeri saat memikirkan sosok yang akan datang menghampirinya, jika dia seorang diri di meja makan.

"Bibi, bolehkah Dira membawa makanan ke dalam kamar?" tanyanya sedikit ragu.

"Tidak boleh! Kau kan sudah tahu bibi tak pernah mengizinkan membawa makanan ke dalam kamar!" ujar sang bibi berdecak kesal.

Tanpa membuang waktu, Indira melahap ayam kentucky ditangannya, hingga hampir tersedak. "Pelan-pelan!" seru sang bibi seraya membawa piring kotor ke dapur. "Nanti sekalian dicuci ya!"

Indira pun tersedak mendengar ucapan sang bibi. "Sudah dibilang pelan-pelan." Sang bibi berdecak kesal seraya memberikan segelas air pada Indira. "Bibi tinggal ya."

Sang bibi berjalan meninggalkan Indira seorang diri, yang diikuti suaminya dari belakang. Suasana ruang makan pun terasa mulai mencekam, Indira menambah laju makannya.

Aaaa.... Teriak Indira saat tangan seseorang memegang bahunya.

"Kenapa teriak?" tanya sang bibi seraya meraih ponsel di atas meja. "Apa kau takut?"

Indira menatap sang bibi dengan cengiran kuda. "Tidak kok, bi. Dira hanya kaget saja,", sahutnya seraya meraih segelas air di atas meja. Sepeninggal sang bibi, Indira membereskan meja dengan buru-buru, lalu segera mencuci piring. Tak butuh waktu yang lama Indira menyelesaikan pekerjaan mencuci piring, namun dia tersentak kaget saat melihat sang paman berdiri di ambang pintu dapur. Sosok yang sedari tadi dia takuti.

Terpopuler

Comments

Nenieedesu

Nenieedesu

sudah aq favoritkan kak,jangan lupa mampir dan tinggalkan jejak dinovel aq kak dear Handana

2023-06-12

0

FT. Zira

FT. Zira

ngak ikhlas banget sih Pak🤣

2023-05-01

0

triana 13

triana 13

jadi penasaran sama paman nya?

2023-04-30

0

lihat semua
Episodes
1 Awal Bertemu
2 Gagal Ikut Ospek
3 Sahabat baru Indira
4 Pertemuan Kedua Indira
5 Sosok Yang ditakuti
6 Niat Jahat Paman Indira
7 Perundungan
8 Semoga Dia tidak kuliah lagi disini
9 Daven ada dimana-mana
10 Kos-kosan
11 Awal Kesuksesan
12 Mencintai Seseorang tidak seperti itu
13 Sebuah Jebakan
14 Dira Rindu
15 Arti Sahabat
16 Keakraban Indira dan Daven
17 Suamiku
18 Usaha Indira Gagal
19 Kedatangan Kakek dan Nenek
20 Sekamar dengan Theo
21 Namaku Saka
22 Surat Cinta
23 Persiapan Acara Resepsi
24 Acara Resepsi Pernikahan
25 Tempat Hiburan
26 Area 18 ke atas
27 Kita ini Suami Istri
28 Perlakuan Manis Indira
29 Indira Sakit
30 Daven muncul kembali
31 Makan Siang Bareng
32 Kemana Theo?
33 Siapa Wanita Itu?
34 Di sebuah butik
35 Bibi Indira Koma
36 Indira bertemu paman
37 Kemana Theo Semalaman
38 Kedatangan Radit
39 Bibi Indira meninggal
40 Prilaku Baik Indira
41 Seseorang merekam
42 Menikmati Sarapan
43 Indira di antara Pria tampan
44 Sebuah Pesan
45 Memperebutkan Indira
46 Tiara Hamil
47 Mengurus surat cerai
48 Maafkan Aku Dira
49 Indira hamil
50 Lupa ingatan
51 Berangkat ke Paris
52 Keguguran
53 So Sweet
54 Kejadian Pilu Tamara
55 Tamara Merasa Hancur
56 Kebaikan Saka
57 Tiara Pingsan
58 Dilamar
59 Sikap Theo pada Tiara
60 Ibu Saka Setuju
61 Makanan Asam Tapi Enak
62 Rencana Pernikahan
63 Kenapa harus membalas dendam?
64 Theo Mual
65 Kelahiran Bayi
66 Perusahaan Theo Dalam Masalah
67 Kedatangan Sisil
68 Perancang Busana Terkenal
69 Bukan Anak Theo
70 Indira Menghindar
71 Anak Siapa?
72 Bertemu Indira
73 Theo Tidak Ingin Bercerai
74 Bertemu di Restoran
75 Tamu di Rumah Theo
76 Penyesalan Radit
77 Niat Dealova
78 Mengurus Perceraian
79 Bertemu di Cafe
80 Indira bertemu Saka
81 Sebuah Tantangan
82 Bertemu di Restoran
83 Bukan Mantan Istri
84 Penguntit di Jendela
85 Indira Pindah Tempat Tinggal
86 Tamu di pagi hari
87 Di dalam Lift
88 Meja Kerja Indira
89 Sikap Romantis Theo
90 Rafa memanggil Papa
91 Rafa Hilang
92 Menemukan Lokasi
93 Siapa yang Menelpon
94 Paman Indira
95 Bertemu Paman Kembali
96 Rumah Mark
97 Menemukan Rafa
98 Berpisah?
99 Theo Menggendong Indira
100 Romantis
101 Theo Memberi Surprise
102 Di bandara
103 Pengumuman
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Awal Bertemu
2
Gagal Ikut Ospek
3
Sahabat baru Indira
4
Pertemuan Kedua Indira
5
Sosok Yang ditakuti
6
Niat Jahat Paman Indira
7
Perundungan
8
Semoga Dia tidak kuliah lagi disini
9
Daven ada dimana-mana
10
Kos-kosan
11
Awal Kesuksesan
12
Mencintai Seseorang tidak seperti itu
13
Sebuah Jebakan
14
Dira Rindu
15
Arti Sahabat
16
Keakraban Indira dan Daven
17
Suamiku
18
Usaha Indira Gagal
19
Kedatangan Kakek dan Nenek
20
Sekamar dengan Theo
21
Namaku Saka
22
Surat Cinta
23
Persiapan Acara Resepsi
24
Acara Resepsi Pernikahan
25
Tempat Hiburan
26
Area 18 ke atas
27
Kita ini Suami Istri
28
Perlakuan Manis Indira
29
Indira Sakit
30
Daven muncul kembali
31
Makan Siang Bareng
32
Kemana Theo?
33
Siapa Wanita Itu?
34
Di sebuah butik
35
Bibi Indira Koma
36
Indira bertemu paman
37
Kemana Theo Semalaman
38
Kedatangan Radit
39
Bibi Indira meninggal
40
Prilaku Baik Indira
41
Seseorang merekam
42
Menikmati Sarapan
43
Indira di antara Pria tampan
44
Sebuah Pesan
45
Memperebutkan Indira
46
Tiara Hamil
47
Mengurus surat cerai
48
Maafkan Aku Dira
49
Indira hamil
50
Lupa ingatan
51
Berangkat ke Paris
52
Keguguran
53
So Sweet
54
Kejadian Pilu Tamara
55
Tamara Merasa Hancur
56
Kebaikan Saka
57
Tiara Pingsan
58
Dilamar
59
Sikap Theo pada Tiara
60
Ibu Saka Setuju
61
Makanan Asam Tapi Enak
62
Rencana Pernikahan
63
Kenapa harus membalas dendam?
64
Theo Mual
65
Kelahiran Bayi
66
Perusahaan Theo Dalam Masalah
67
Kedatangan Sisil
68
Perancang Busana Terkenal
69
Bukan Anak Theo
70
Indira Menghindar
71
Anak Siapa?
72
Bertemu Indira
73
Theo Tidak Ingin Bercerai
74
Bertemu di Restoran
75
Tamu di Rumah Theo
76
Penyesalan Radit
77
Niat Dealova
78
Mengurus Perceraian
79
Bertemu di Cafe
80
Indira bertemu Saka
81
Sebuah Tantangan
82
Bertemu di Restoran
83
Bukan Mantan Istri
84
Penguntit di Jendela
85
Indira Pindah Tempat Tinggal
86
Tamu di pagi hari
87
Di dalam Lift
88
Meja Kerja Indira
89
Sikap Romantis Theo
90
Rafa memanggil Papa
91
Rafa Hilang
92
Menemukan Lokasi
93
Siapa yang Menelpon
94
Paman Indira
95
Bertemu Paman Kembali
96
Rumah Mark
97
Menemukan Rafa
98
Berpisah?
99
Theo Menggendong Indira
100
Romantis
101
Theo Memberi Surprise
102
Di bandara
103
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!