Suara gedoran pintu yang tiada henti berhasil menyadarkan Indira yang tertidur diranjangnya.
"Aku kenapa?" ucapnya bergumam seraya memegang kepalanya yang terasa sakit. "Aaaa... teriak Indira tiba-tiba saat melihat seorang pria tidur disisi kirinya. "Kenapa bapak disini?" Indira menggulung selimut yang menempel ditubuhnya.
Pintu kamar Indira berhasil di buka dari luar, saat ibu kos baru saja tiba di rumahnya.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya ibu kos sembari menutup mulutnya yang sedang menganga.
Pria yang tidur disamping Indira pun sadar. "Ada apa ini?" tanyanya saat melihat dirinya sedang dikerumuni. "Aku dimana?" ucapnya yang masih bingung dengan situasi yang sedang dialaminya.
"Kau jangan berpura-pura. Sekarang kita arak mereka keliling komplek!" seru penghuni kos di sebelah kamar Indira.
"Tunggu dulu!" seru Theo, pria yang sudah tidur bersama Indira. Namun amarah penghuni kos lainnya tidak dapat dibendung. Mereka menarik paksa keduanya.
"Tenanglah dulu", pinta sang ibu kos dengan menahan mereka. "Nama anda siapa?" tanya pemilik kos.
"Theo", sahutnya.
"Begini Theo, biasanya untuk setiap pasangan yang tertangkap basah, mereka harus di arak dan segera dinikahkan", ucap pemilik kos. Theo pun mendelik, dia tak terima jika mendapatkan hukuman atas apa yang tidak dia perbuat sama sekali.
"Tapi ini bukan seperti yang kalian pikirkan."
"Sepertinya dia mau berkilah. Lebih baik langsung kita arak sekarang bu!" ujar penghuni kos lain yang sudah tidak sabar untuk membawa mereka keluar.
Theo mulai frustasi, dia pun mengacak kasar rambutnya sembari berfikir. Sedangkan Indira tertunduk malu, tangannya tiada henti mengusap air matanya yang tak terbendung itu.
Tanpa pikir panjang Theo akhirnya menyanggupi permintaan mereka semua. Tapi sebelumnya dia meminta izin untuk menghubungi kedua orang tuanya. Setelah mendapat izin, Theo bergegas menghubungi orang tuanya.
Tak berselang lama kedua orang tua Theo bersama sang adik tiba di tempat itu.
"Kenapa ini bisa terjadi?" tanya Ratu seraya menghampiri Theo yang bertelanjang dada.
"Ada yang menjebak Theo, mom", ujarnya dengan wajah kesal.
"Siapa kak?" Tamara bertanya dengan menatap serius ke arah sang kakak.
Theo menoleh ke arah Indira. "Siapa lagi kalau bukan sahabatmu itu! Lihat dia berpura-pura tidak tahu apa-apa."
"Sudah jangan berkilah lagi. Kau tidak bisa membantah atau kami akan melaporkanmu ke kantor polisi." Pemilik kos menatap tajam Theo yang mencoba membela diri. "Sekarang kedua orang tuanya sudah ada disini, ayo segera kita nikahkan mereka!"
"Apa? Nikah!" teriak Raja, Ratu dan Tamara dengan bersamaan.
"Apa tidak ada solusi lain?" Raja mencoba berdiskusi barangkali ada sanksi lain yang bisa dipenuhi oleh Theo.
"Ada... Di arak keliling komplek!" ketus sang pemilik kos.
Keluarga Theo duduk di ruang tamu RT setempat dengan wajah di tekuk. Mereka terpaksa datang ke tempat RT dengan membuat surat perjanjian, bahwa mereka akan segera menikahkan Theo dan Indira sesuai dengan keyakinan yang mereka anut.
Setelah surat perjanjian ditandatangani oleh pihak yang berkepentingan. Mereka pun segera mengakhiri pertemuan itu. Dan pulang ke tempat masing-masing.
"Aku gak nyangka ternyata kau sama jahatnya dengan pamanmu!" sergah Tamara pada Indira yang masih tertunduk malu.
"Mommy juga gak nyangka", ucap Ratu yang membuat seluruh keluarganya memandang heran kearahnya. "Mommy pernah ditolong sama dia. Sewaktu mommy kecebur di danau", ucapnya menunjuk ke arah Indira.
"Jadi ini tujuanmu mendekati keluarga kami, hah! Supaya bisa menjadi nyonya besar!" ledek Tamara yang berhasil menyayat hati Indira. Dia tak tahu harus menjawab apa, karena mereka pasti tidak akan percaya dengan ucapannya.
Lalu mereka pergi meninggalkan Indira yang masih berdiri diposisinya. Aku baru saja akan memulai mimpiku, tapi sudah hancur lebih dulu. Batin Indira.
Indira melangkahkan kakinya, sambil meratapi keadaannya. "Pa... Ma... bawa Dira bersama kalian. Dira tak ingin berada di tempat seperti ini", keluhnya sembari menapaki jalanan sepi. Tangisnya pun memecah keheningan malam. "Kenapa tidak ada yang mau mengerti keadaanku!" Indira menangis histeris sembari menepuk dadanya yang sesak.
Saat ini Indira sudah berada di depan gerbang tempat kosnya. Dia langsung melangkah masuk menuju kamarnya. Namun penghuni kos lainnya yang baru saja membicarakannya memadang hina padanya. Indira pun mengabaikannya, dia masuk ke dalam kamar dan mengunci rapat pintu. "Siapa yang sudah menjebakku?" ucap Indira saat tubuhnya.merosot di.balik pintu.
Keesokan harinya.
Indira dengan di dampingi oleh sang bibi sebagai wali memasuki kendaraan yang sudah terparkir di.gerbang kosannya. Kendaraan itu telah dipersiapkan khusus oleh keluarga Theo untuk menjemput Indira dan keluarganya.
Sepanjang perjalanan menuju gedung tempat pernikahan akan dilangsungkan, Indira menatap nanar ke luar kaca jendela mobil. Sang bibi menatapnya dengan rasa bersalah. Maaf Dira, bibi melalukan ini semua demi kebaikanmu. Batinnya.
Sang bibi teringat akan peristiwa malam itu.
Flashback on
Seorang pria berjalan mondar mandir di depan gerbang kosan Indira. "Cari siapa?" tanyanya.
"Ibu kenal dengan Indira?" Pria itu bertanya seraya melihat kesekelilingnya.
"Iya, emangnya kenapa?" sahut bibi Indira dengan curiga.
"Saya mau ngajak Indira kerjasama, bu", ucapnya dengan berbisik. "Bisa tolong panggilkan Indira sebentar?"
Sang bibi mengernyitkan keningnya. "Kerjasama apa?" tanyanya.
Pria itu menatap jengah sang bibi yang terlalu banyak bertanya itu. "Emangnya ibu punya hubungan apa dengan Indira?"
"Dia keponakanku", sahutnya.
"Kebetulan kalau begitu", ucap pria itu yang langsung menceritakan niatnya mencari Indira.
"Dia tidak akan mau melakukan hal itu, apalagi kau akan membayarnya. Dia bahkan tidak akan tertarik sama sekali", ujar sang bibi. "Tapi aku bisa membantumu."
Pria itu mengernyitkan keningnya. "Apa ibu serius?" tanyanya dengan ragu.
"Ya, sangat serius."
Lalu mereka membuat rencana agar Theo bisa datang ke kosan Indira. Matinya CCTV karena kabelnya digigit oleh tikus telah memuluskan rencana mereka. Di tambah dengan informasi yang di dapat oleh sang bibi dari Indira sangat membantu rencana mereka, hingga semua rencana mereka berjalan tanpa ada hambatan.
Dari kejauhan mereka menatap Theo dan Indira yang sedang di sidang oleh pemilik kos.
"Kenapa ibu tega melakukan ini pada keponakan ibu sendiri? Tanya pria itu, saat sang bibi menyarankan menggunakan obat bius pada mereka berdua.
"Itu semua.demi kebaikannya sendiri", sahut sang bibi yang tak ingin sang suami menemukan keberadaan Indira dan menyakitinya.
Flashback off.
Indira bersama sang bibi turun dari dalam mobil, mereka pun berjalan bersama menuju altar untuk melangsungkan pernikahan dirinya dengan Theo.
Gaun pengantin sederhana bahkan makeup yang sangat simple tidak mengurangi kecantikan Indira saat ini. Netra indah berwarna abu-abu karena memakai contact lens membuat wajah mungilnya semakin mempesona.
"Kau sangat cantik", ujar sang bibi saat menuntun Indira menuju pengantin Pria. Semoga ini adalah keputusan yang tepat, batinnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Little Peony
Semangat kak, salam dari Somebody Does Love ❤️
2023-06-26
0
Elisabeth Ratna Susanti
suka 😍
2023-06-06
0
triana 13
lanjut lagi
2023-05-13
0