Kegiatan ospek kampus Arkana University di tutup dengan pemberian hadiah spesial buat para mahasiswa baru. Ada beberapa kategori penerima hadiah yang akan disampaikan oleh pembawa acara kampus.
Kategori pertama pun diumumkan. "Mahasiswa teraktif yang berhasil memimpin tim di dalam satu kelompok diberikan pada.." Pembawa acara menggantung ucapannya untuk menambah rasa penasaran seluruh mahasiswa yang hadir. "Selamat buat Andika Raditya, mahasiswa jurusan psikologi." Semua mahasiswa bertepuk tangan, terlebih teman satu jurusan dengannya.
"Kepada saudara Andika Raditya dipersilakan untuk maju kedepan." ucap pembawa acara.
Andika Raditya maju ke depan diiringi tempik sorak dari mahasiswa lainnya.
"Lanjut untuk kategori kedua. Kategori yang sangat spesial, karena kami mendapatkan nama yang terpilih berdasarkan form survei yang sudah dibagikan. Baiklah saya akan bacakan kategori mahasiswa terpopuler diberikan kepada... Jreng...jreng...jreng" Lagi-lagi pembawa acara menggantung ucapannya. "Selamat kepada Tamara Ratu Arkana, jurusan Ilmu Komunikasi." Suara tepuk tangan mahasiswa yang ada di dalam ruangan terdengar seperti.guruh. Bagaimana tidak populer, sikap ramah dan rendah hati Tamara membuatnya dikagumi banyak mahasiswa baik pria maupun wanita.
"Saudari Tamara Ratu Arkana dipersilakan ke depan", ucap pembawa acara yang membuat mahasiswa lainnya bertempik sorak, lebih riuh dari sebelumnya.
"Dan terakhir, kategori ini lebih spesial diantara yang spesial, karena pemilihan dilakukan langsung oleh pemilik kampus kita", ucap pembawa acara dengan serius. "Kategori mahasiswa terbaik pilihan pimpinan kampus diberikan kepada..." Seakan tak ada bosannya pembawa acara masih saja menggantung ucapannya. "Selamat kepada Indira Atmajaya, jurusan Ilmu Komunikasi." ucap prmbawa acara dengan sedikit berteriak.
Namun pembawa acara mulai bingung saat sambutan mahasiswa pada Indira tidak seperti yang sebelumnya. "Mana tepuk tangannya", pinta pembawa acara. Tamara memulai tepukan tangan, hingga mahasiswa yang lainnya pun mengikuti.
"Saudari Indira Atmajaya dipersilakan untuk maju ke depan." Semua mata yang memandang saat Indira berjalan, seakan tak percaya bahwa Indira si kucel dan tidak disiplin waktu itu adalah mahasiswi terbaik.
"Untuk penyerahan hadiah kami serahkan kepada pak Theo selaku wakil dari pimpinan kampus", ujar pembawa acara.
Indira yang sedari tadi menunduk, perlahan menaikkan dagunya. Dia ingin menerima hadiahnya dengan rasa bangga.
Theo berjalan menghampiri Andika. Dia menyematkan pin yang bertuliskan mahasiswa teraktif pada dada kiri Andika. Lalu memberikan amplop padanya. "Selamat ya", ucap Theo sambil bersalaman.
"Terimakaaih pak", sahut Andika.
Theo melanjutkan langkahnya menuju Tamara. Spontan dia memegang kedua lengan Tamara dan tersenyum bangga padanya. "Kau selalu jadi yang paling populer", ucap Theo. Lalu dia melepaskan genggamannya dan menyematkan pin mahasiswa populer di dada kiri Tamara.
"Terimakasih, kak", sahut Tamara dengan tersenyum yang membuat setiap pria yang memandangnya jatuh hati.
Theo melanjutkan langkahnya menuju Indira. Theo menatap kemeja sedikit longgar yang sedang dikenakan Indira. "Kemejamu bagus", ucap Theo, yang membuat Indira grogi.
Gawat... Pasti ketahuan minjam nih, batin Indira.
"Maaf, kau bisa sematkan sendiri", ujar Theo sopan sambil menyodorkan pin mahasiswa terbaik pada Indira. Dia tidak ingin melakukannya pada seorang wanita kecuali ibu dan adiknya.
"Baik pak", sahut Indira sambil meraih pin dari tangan Theo dan menyematkannya pada dirinya sendiri.
Lalu Theo menyerahkan amplop pada Indira. "Selamat telah menjadi mahasiswa terbaik untuk kampus ini", ujar Theo dengan menjulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Indira.
"Terimakasih, pak", sahut Indira.
Setelah pemberian hadiah selesai, pembawa acara langsung mengambil alih. "Terimakah pada pak Theo yang telah menyampaikan hadiah pada ketiga mahasiswa terpilih. Dan selamat buat kalian bertiga. Tetaplah menjadi yang terbaik dan menjadi contoh bagi yang lain. Untuk itu acara ospek tahun ini resmi di tutup", ujarnya dengan penuh semangat.
Semua mahasiswa yang memenuhi ruangan itu mulai membubarkan diri.
"Selamat ya", ucap Dion saat menghampiri Tamara.
"Terimakasiih kak", sahut Tamara sambil tersenyum menampilkan deretan gigi rapinya.
"Jangan lupa traktirannya", pinta Dion.
"Oke, kakak yang pilih tempatnya, ya." Tamara beranjak dari tempatnya berdiri, lalu menghampiri Indira yang masih mematung menatap kepergian mahasiswa dihadapannya.
"Hei, kenapa bengong?" tanya Tamara sambil menepuk pundak Indira.
"Mengagetkan aja!" ujar Indira sambil mengelus dadanya. "Lagian siapa yang bengong. Aku cuma bahagia bisa kuliah di kampus sebagus ini", ucapnya dengan mata berbinar.
"Mau aku tunjukkan tempat yang lebih bagus", ucap Tamara yang membuat Indira tertarik.
"Mau", sahut Indira dengan menganggukkan kepalanya.
Tamara langsung menggandeng tangan Indira, lalu membawanya ke sebuah tempat.
"Bagaimana? Bagus kan?" tanya Tamara saat mereka berada di taman kampus.
Indira membentangkan tangannya sambil menutup mata, menghirup bebas semerbak wangi bunga. "Kau benar, ini memang tempat paling bagus", ucap Indira masih dengan mata tertutup.
"Ini akan menjadi tempat favorit kita", ujar Tamara.
"Yap, aku setuju", sahut Indira saat membuka matanya. Lalu dia berjalan mengitari taman kampus yang sangat luas itu. Tamara pun mengikutinya.
Tanpa terasa langit senja mulai kembali keperaduannya. Indira memang sengaja berlama-lama di kampus untuk menghindari berduaan dengan sang paman di dalam rumah. Sang bibi yang bekerja di salah satu minimarket dekat rumah biasanya pulang ke rumah pukul 7 malam.
"Ayo, kita pulang", ajak Tamara saat baru saja melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya.
Belum sempat Indira menjawab, telepon Tamara berbunyi. Sebuah panggilan dari sang kakak yang menanyakan keberadaannya dan memintanya segera ke parkiran mobil, karena Theo sedang menunggunya di sana.
"Kau pulang naik kendaraan sendiri?" tanya Tamara.
Indira menggelengkan kepalanya. "Nanti aku pesan ojol aja", sahut Indira.
"Jangan. Biar aku antar saja, bahaya kalau kau jalan sendiri", ucap Tamara yang peduli pada sahabatnya itu.
"Tidak perlu! Nanti merepotkanmu."
"Siapa yang direpotkan. Ayo, ikut denganku." Tamara menarik paksa tangan Indira.
"Kenapa kau suka sekali menarik tanganku?" tanya Indira yang tak habis pikir dengan sikap semaunya sendiri sahabatnya itu, padahal orangnya terlihat sangat lemah lembut.
"Karena kau sahabatku. Aku senang kau selalu ikut denganku", ujar Tanara sambil tersenyum ke arah Indira.
"Baiklah, kalau itu alasanmu. Aku trima diperlakukan seperti ini", sahut Indira pasrah.
Tamara menyenggol bahu kiri Indira. "Gak tulus banget!"
"Baiklah Ara sayang. Aku ikut dengammu", ucap Indira dengan lembut.
Tamara melebarkan senyumnya. "Ternyata sahabatku ini bisa lembut juga", ujarnya. "Ayo, kita pulang." Tamara menggandeng tangan Indira sambil berjalan menuju parkiran mobil.
Tak butuh waktu yang lama, mereka sudah berada di sisi kiri mobil Theo terparkir.
"Kak Theo!" seru Tamara sambil mengetuk kaca mobil.
Theo pun membuka matanya yang terpejam saat mendengarkan musik. Lalu dia membuka pintu mobil.
"Kak... Teman Ara boleh nebeng, ya?" Tamara yang duduk di samping bangku kemudi menatap Theo dengan memelas.
"Jalanmya searah?" tanya Theo santai.
Tamara mwnganggukkan kepalanya. "Iya:, sahutnya.
"Ya, sudah..."
Theo melongo saat Tamara sudah membawa masuk temannya sebelum dia menyelesaikan ucapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
semangat 😍👍
2023-06-03
0
triana 13
lanjut lagi kak
2023-04-30
0
mom mimu
dua like dan satu iklan mendarat... semangat terus kak 💪🏻💪🏻💪🏻
2023-04-27
1