Permintaan

Semakin hari kedekatan pria dan perempuan itu pun semakin terasa dekat. Perempuan itu semakin tidak canggung untuk menyentuh bagian tubuh milik pria yang sudah berbulan-bulan tinggal di rumahnya, sedangkan pria itu juga lambat laun semakin bisa mengetahui sifat asli perempuan yang selalu ia panggil dengan sebutan nona manis itu.

Mereka berdua, terutama perempuan pelukis itu sudah terbiasa dan terus menutup telinga dengan perkataan para tetangganya yang terkesan sangat iri itu. Mereka sangat iri karena perempuan pelukis yang dikenal kurang pergaulan dan dianggap tidak menarik itu justru dapat tinggal seatap dengan pria yang sangat seksi itu. Dan bahkan pria seksi itu seringkali menganggap kalau perempuan pelukis itu adalah kekasihnya. Tentu saja pernyataan tersebut membuat para tetangganya semakin dengki. Namun pria itu sama sekali tidak peduli, dan secara terang-terangan terus menunjukkan sikap romantisnya yang ditujukan kepada nona manisnya itu.

Awalnya, perempuan itu sangat malu dan agak risih dengan tatapan para tetangga yang penuh iri dengki itu. Namun lama kelamaan dia menjadi tidak peduli.

Selagi masa pengobatan, perempuan itu kadang-kadang membelikan pria itu kue Nona Manis, dan juga selalu menyediakan teh manis hangat setiap jam makan. Sehingga penyakit lambung pria itu pun akhirnya cepat membaik dan pria itu akhirnya bisa makan makanan apapun tanpa terasa sakit lagi.

Selain itu, pria itu juga berusaha untuk membiasakan diri memakai baju apabila ada di rumah. Ia pun akhirnya juga menyadari pentingnya berpakaian apabila di dalam rumah, semenjak kadang-kadang ada saja yang mengintip dirinya apabila sedang berada di dalam rumah. Lantas, dia yang berpakaian saja sudah begitu banyak yang bernafsu, apalagi dulu pas dia selalu bertelanjang bulat?

Lantas, perkembangan kesehatan fisik dan psikologis yang ditunjukkan oleh pria itu pun membuat perempuannya menjadi semakin senang. Ia benar-benar melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana niatnya pria itu demi kesembuhan dirinya.

"Kamu lihat sendiri, kan? Betapa pentingnya berpakaian di dalam rumah?" Tanya perempuan itu yang menghampiri sosok pria yang sedang menatap beberapa karya lukis yang diciptakan perempuan itu.

"Iya, semenjak kamu terang-terangan secara mau tidak mau mengajakku ke luar rumah, mereka seolah-olah tidak mau melepaskan pandangannya terhadapku. memangnya dengan aku berpakaian, bentuk tubuhku ternyata masih terlihat jelas." Ucap pria itu sambil cengengesan.

"Bahkan, kamu pun juga harus, kan berpakaian di dalam rumah? Entah mengapa suasana di komplek di rumah ini semakin tidak aman. Aku takutnya kamu bakalan diculik lagi."

Menanggapi pernyataan nona manisnya itu, pria itu pun menghadapkan wajahnya ke arah perempuan yang ada di sampingnya. Lalu ia memegang kedua bahu perempuan yang terlihat kuatir itu.

"Nona, kamu tahu? Walaupun orang-orang yang tinggal di komplek ini adalah mereka yang senang mengurusi kehidupan orang lain, tapi nyatanya mereka sama sekali tidak tahu akan perdagangan manusia itu. Aku sering curi dengar dari mereka."

"Dan lagi, mengenai pelaku yang menculik dan melelang tubuhku itu, organisasi nya ternyata telah dibungkam, perusahaan pelelangan ilegal itu juga sudah ditutup paksa oleh kepolisian. Jajarannya juga sudah ditindak seadil-adilnya. Jadi kamu tidak perlu kuatir."

Mendengar pernyataan itu, perempuan itu pun langsung tenang. Memang semua masa lalu kelam yang sangat erotis itu sudah berlalu, akhirnya pria dihadapannya sudah bisa hidup tenang.

"Hei, aku harus kembali bekerja. Waktu pameran karya lukisku tinggal sebentar lagi." Ucap perempuan itu sambil menyingkirkan pelan kedua tangan pria itu. Lantas pria itu pun juga menurunkan tangannya.

Selagi perempuan itu kembali sibuk berjibaku dengan kanvasnya, pria itu pun duduk di sofa sambil menikmati pemandangan pelukis yang sedang bekerja itu. Tentu saja sambil menyesapi beberapa kali teh manis hangat yang dibawanya ke studio lukis.

Beberapa saat kemudian, teh manis pria itu pun habis, lalu sambil berjalan pelan ia menghampiri perempuan yang masih bekerja itu, setelah itu ia pun memeluk perut perempuan itu dan menempatkan dagunya ke bahu perempuan itu sedangkan tatapannya terus melihat kanvas yang sudah dipenuhi coretan cat dengan berbagai warna.

"Kamu gak terganggu, kan kalau aku memelukmu ketika kamu sedang bekerja?" Tanya pria itu.

"Kamu kenapa semakin kesini malah semakin manja? Ada yang mau aku berikan?" Tanya perempuan itu sambil lanjut melukis. Perempuan itu masih dalam mode serius dan membiarkan pria itu masih memeluknya.

"Iya. Aku mau sesuatu. Kamu mau ngasih?" Tanya pria itu sambil menyandarkan kepalanya di bahu perempuan itu.

"Yaudah, kamu mau apa? Mau meja kanvas biar bisa melukis juga saat aku sedang melukis? Baju baru? Atau kue nona manis lagi? Kalau kue nona manis, besok pagi, ya." Ucap perempuan itu masih dalam mode serius.

"Meja kanvasnya kapan-kapan saja. Baju baru? Aku belum butuh itu, cukup yang waktu itu dibeli saja. Kue Nona Manis? Kamu bisa beli nya saat besok pagi saja." Lalu tiba-tiba pria itu pun mendongakkan kepala. "Atau kalau boleh, aku ingin supaya kamu saja yang membuatkan kue nona manis itu. Pasti rasanya akan lebih manis."

"Ayolah, jangan bercanda. Aku tidak terbiasa berjibaku di dapur. Apalagi kalau harus membuat kue basah seperti itu. Aku belum pernah coba. Soal teh manis itu saja aku baru akhir-akhir ini lagi buatnya karena kamu yang senang dengan minuman itu."

"Ayo lah. Kamu pasti bisa, aku lebih senang kalau kamu yang membuatkan kue itu kepadaku. Daripada harus beli-beli lagi. Jujur saja, walaupun memang lebih ribet, tapi itu juga bisa mengurangi pengeluaranmu. Dan bisa saja itu jadi sumber pemasukan mu yang lain. Kapan-kapan kita beli alat dan bahannya, ya. Kalau cara buat, kamu bisa lihat di video tutorialnya." Pinta pria itu, sedangkan pelukannya menjadi lebih erat.

Mendengar permintaan pria yang sedari tadi memeluk manja dirinya, perempuan itu pun menghela nafas. Namun ia tetap lanjut melukis.

"Hah... Memang sudah kodratnya, ya kalau perempuan itu harus berjibaku dengan urusan dapur. Tapi ya mau gimana lagi? Demi kesehatanmu juga, walaupun kamu juga sudah bisa makan makanan yang lumayan keras juga. Baiklah, Minggu depan aku akan mulai belanja dan belajar."

"Lantas, apa ada permintaan lain yang mau kamu sampaikan? Selain membuat kue nona manis itu?"

"Ada lagi. Aku mau kamu." Ucap pria itu.

"Mau aku supaya apa?"

"Aku mau kamu terus ada di sisiku, nona. Jadi jangan ucapkan kata-kata perpisahan itu. Yang membuatmu bersedih lagi." Ucap pria itu, setelah itu pria itu pun mengecup pipi perempuan yang wajahnya merona itu.

Mendengar pernyataan itu, perempuan itu pun tiba-tiba diam mematung. Perempuan itu pun berpikir kenapa pria yang selama ini selalu mengisi hari-harinya selalu menganggap kalau dirinya adalah masa depannya?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!