Mandek

"Tunggu. Tapi bisakah kamu membuatkan ku teh manis hangat lagi? Sebagai gantinya, aku yang akan bereskan peralatan makanan ini" pinta pria itu ketika wanita di sampingnya sudah berada menjauhi sofa.

"Tentu saja, nanti kamu tinggal ambil ke dapur, ya. Tapi habiskan dulu teh manis yang ada di gelasmu itu" ucap wanita yang rambutnya dikuncir kuda itu. Dan lagi-lagi pria itu mengangguk menurut.

Lantas tanpa banyak bicara pria tersebut segera menghabiskan teh manis hangat yang sisa separuh itu dan bergegas membereskan tempat makan mereka berdua. Membuang sisa makanan dan lalu mencuci peralatan makan tersebut.

"Gesit juga rupanya orang ini" batin wanita yang masih sibuk membuatkan teh manis hangat. Ketika melihat pria tersebut sudah selesai beres-beres.

Selagi perempuan itu masih sibuk membuat teh manis, rupanya pria yang baru saja membersihkan alat makan itu tiba-tiba berada di samping si pembuat teh.

"Ini teh manis mu" ucap perempuan itu sambil memberikan gelas berisi teh manis pesanan pria itu. Lantas dengan pelan tanpa beranjak dari tempatnya berdiri, ia meminum teh manis itu sambil terus memandangi perempuan tersebut.

"Manis" ucap pria itu pelan sambil tetap memandangi perempuan di hadapannya. Perempuan itu pun balas menatapnya tanpa mengeluarkan ekspresi.

"Tehnya kemanisan? Kebanyakan gulanya? Lain kali aku kurangin, ya"

"Bukan karena tehnya. Manisnya cukup, tapi wajahmu membuatnya semakin manis" perempuan yang mendengar pernyataan tersebut berusaha bersikap tegas seolah tidak bisa dirayu, namun rona wajahnya tidak dapat menipu.

"Berhenti merayuku. Tidak mempan, urusanku sudah selesai, ya. Kalau kamu mau cari aku, aku ada di studio" ucap wanita itu segera berlalu dari hadapan pria di depannya. Berusaha supaya rona wajahnya yang merah seperti tomat rebus itu segera menghilang.

"Gak, kok. Gak merayu. Memangnya aku gak boleh jujur, ya?" Tanya pria tersebut melamun, sambil terus menatapi teh manis yang masih terisi penuh di gelas yang dipegangnya.

---

Setelah merenung beberapa saat untuk mencari inspirasi, perempuan yang sedari tadi berdiri diam tanpa bergerak itu masih tetap menatap kosong ke arah kanvas di hadapannya. Namun sesekali ia coba mencorat-coret langit, untuk membayangkan akan diisi apa kanvas kosong di hadapannya.

Perempuan itu pun merasa aneh, kenapa perasaanya yang dingin dan kosong ini tiba-tiba merasa panas? Degup jantung yang tiba-tiba bergetar hebat.

Tidak seperti biasanya. Padahal kemarin ia sama sekali tidak merasakan hal ini. Ia selalu saja mendapatkan inspirasi mengenai dinginnya dunia. Seperti keadaan di kutub Utara, suasana natal malam hari yang dipenuhi dengan salju yang dingin, dan lainnya.

Tapi kenapa sekarang malah teringat dengan teh manis hangat? Ada apa dengan teh manis hangat?

Lantas, setelah sekian lama termenung, perempuan itu pun segera menggelengkan kepala. Ia tidak terima inspirasi nya yang sudah dipenuhi dengan suatu konsep yang jelas diganggu gugat.

Perempuan itu masih berpikiran idealis, melukis dan karya lukisnya harus selalu dengan konsep yang membuatnya terjun ke dalam dunia seni ini.

Dunia yang dingin. Tidak ada kehangatan di sana. Hanya ada ungkapan perasaannya yang kosong. Karena itu adalah kenyataan.

"Hati yang kosong adalah kenyataannya saat ini? Benarkah?" Perempuan itu pun lagi-lagi menggeleng dengan keras.

"Gawat! Trus aku musti melukis apa lagi!? Jerit perempuan itu yang sangat gusar. Kini ia merasakan hal yang paling ditakutkan oleh para pencipta karya. Yaitu mandek.

Lantas sambil berjalan gontai ke arah sofa di dalam studio itu, otaknya terus berpikir tiada henti. Ia butuh inspirasi baru, tapi tidak tahu harus dicari dimana. Ketika ia sudah duduk, ia terus memandangi kuas yang masih digenggamnya. Kuas itu ia pandangi masih hitam dengan ujung yang lancip. Seolah-olah masih meminta untuk menari-nari di atas kanvas. Seperti yang seharusnya setiap hari dilakukannya.

"Ah, aku harus cari dimana? Apa lagi kedinginan yang harus kulukis dan kuceritakan?" Tanya perempuan itu sambil memandangi langit studio yang hanya bercat warna putih. Dan kosong. Ia lalu menenggerkan kuas yang sedari tadi digenggamnya ke telinganya. "Masa aku lukis tembok langit?"

"Ceklek"

Suara pintu studio terbuka, beberapa saat kemudian pria yang tadi minta dibuatkan teh manis hangat itu masuk ke dalam ruangan studio sambil memegangi gelasnya.

Melihat perempuan itu duduk di sofa dengan wajahnya yang berpikir keras, pria itu pun segera duduk di sebelah perempuan itu dengan wajah yang dipenuhi rasa penasaran.

"Kamu kenapa? Apa yang saat ini tengah dipikirkan? Bukankah katanya kamu sedang melukis?" Tanya pria itu  yang sudah duduk di sofa dan di sebelah perempuan itu. Dia pun memandangi perempuan itu sambil sesekali menyesap teh manis hangatnya.

"Apakah kamu pernah tenggelam dalam suatu karya?" Tanya perempuan itu sambil terus-menerus menatap langit. Pria tersebut hanya menggelengkan kepala. Baginya, tidak perlu mencari inspirasi untuk membeli Reksadana atau obligasi, bahkan saham apapun. Ia merasa tidak perlu mencari ide apapun. Karena yang ia perlu hanya data yang terupdate dan berita terkini.

"Asal kamu tahu. Yang paling susah bagi seorang seniman bukan pada saat mengerjakannya, tapi saat mencari idenya. Dan apabila kita sama sekali tidak tahu apa yang akan dibuat, tidak ada ide, mau merenungkan apapun tapi tetap sama sekali tidak ada ide yang keluar, sedangkan waktu yang sudah semakin mepet, itu mengerikan!" Gerutu perempuan itu sambil terus-menerus mengacak rambutnya. Sedangkan ia tidak sadar kalau gerakannya apabila sedang stress itu terus dipandangi oleh pria di sebelahnya, tanpa ekspresi dan hanya melihat sambil terus menyesapi teh manisnya.

"Lantas, apa yang bisa aku bantu?" Tanya pria tersebut. Ia berharap dapat melakukan sesuatu untuk mengurangi rasa stress perempuan di sebelahnya yang terlihat sangat depresi.

"Tidak ada" jawab perempuan itu yang semakin menimbulkan tanda tanya dari pria tersebut. Karena seharusnya seseorang perlu orang lain untuk menyelesaikan masalahnya. Setidaknya itu yang dipikirkannya.

"Tidak ada?" Tanya pria tersebut memastikan, perempuan itu mengangguk mantap.

"Lantas apa yang akan kamu lakukan untuk mendapatkan ide tersebut?" Tanya pria itu. Ia benar-benar dibuat penasaran.

"Terus berpikir. Hanya itu" kata perempuan tersebut. "Entah mengapa justru ketika bengong sendiri tiba-tiba ide itu muncul" ucap perempuan itu yang kini kembali merasa tenang dan kembali menatap langit. Entah mengapa perasaannya menjadi agak lega, setelah bercerita dan mengeluarkan segala kegelisahannya kepada pria di sebelahnya.

Sedangkan pria yang menatapnya? Ia merasa perempuan yang disukainya semakin membuatnya penasaran. Tentang dunia perempuan tersebut, banyak hal yang menarik dan dirinya yang baru kali ini ia baru tahu setelah  bertemu dan mengenal dunianya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!