Diterima Untuk Ditinggalkan

Waktu berganti waktu, hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun.

Semenjak diusir dari keluarga kandung dan sekolah karena gosip yang mencemarkan nama baik itu, perempuan itu akhirnya menerima kenyataan kalau ia lebih diterima justru dari orang-orang yang sama sekali tidak mengerti akan masa lalunya.

Keluarga yang asing dan baik itu menerima dirinya justru berawal dari  sebuah obrolan dan peminatan yang sama, yaitu melukis.

Lucunya, walaupun mereka tahu kalau perempuan yang mereka tampung mempunyai bakat luar biasa yang bisa menghasilkan uang yang banyak, keluarga tersebut ternyata tidak mempunyai sifat yang tamak. Setidaknya itu lah yang terbaca dari kacamata pelukis tersebut.

Keluarga tersebut, memang memanfaatkan kemampuan pelukis tersebut. Namun mereka memanfaatkan dengan cara yang sewajarnya. Dan sama sekali tidak memandang perempuan pelukis tersebut dengan tatapan sinis dan merendahkan. Mereka sangat memperlakukan perempuan yang mereka tampung itu dengan sangat baik dan hangat, sehingga rasanya sangat berat meninggalkan keluarga yang telah memberikan kebahagiaan bagi perempuan tersebut.

Sang bapak yang menjalin bisnis lukisan dengan perempuan tersebut dengan cara bagi hasil 50:50. Sehingga terlihat sangat adil bagi perempuan tersebut dan sangat menguntungkan bagi bapak itu karena hasil penjualan tiap lukisan yang selalu mencapai di atas 10 juta rupiah. Perempuan tersebut terus melukis, dan bapak yang mempunyai banyak relasi itu menjual hasil karya seni tersebut kepada relasi, bahkan juga dijual dalam pameran seni yang diadakan secara tahunan.

Sedangkan sang ibu yang memang kolektor lukisan berkelas juga selalu diberikan lukisan-lukisan ciptaan perempuan pelukis itu di saat-saat membahagiakan bagi ibu berwajah anggun tersebut. Seperti saat ibu itu berulang tahun, atau ulang tahun pernikahan dan momen-momen yang begitu penting dan membahagiakan lainnya. Karena perempuan tersebut hanya bisa memberikan hadiah lukisan kepada ibu dari keluarga yang mau menampungnya.

Lalu bagi anak lelaki kecil yang sudah dianggapnya sebagai adik itu, ia selalu mendapatkan kelas melukis gratis dari perempuan tersebut. Apalagi dengan sikap antusias yang selalu diperlihatkan sang adik ketika sedang mempelajari teknik-teknik melukis, dan belajar menghasilkan karya lukis yang sangat berkelas seperti koleksi ibu adik tersebut, perempuan itu sangat yakin kalau adik itu tetap konsisten menekuni dunia seni lukis, maka ia saat besar nanti bisa menjadi seorang pelukis terkenal dengan sejuta prestasi.

Seiring berjalannya waktu, tabungan perempuan tersebut hasil bisnis lukisan tersebut membuatnya akhirnya cukup bisa untuk berdiri sendiri. Keluarga tersebut juga rupanya akan pindah ke luar negeri sehingga tiba saatnya mereka harus berpisah. Apalagi ternyata sang bapak tidak mau meneruskan bisnis lukisan tersebut bersama perempuan tersebut.

"Nona, seperti janji yang telah kita sepakati di awal, kamu akan terus kami tampung sampai akhirnya kamu bisa berdiri sendiri. Dan kini, berkat bakatmu itu, kamu berhasil mewujudkannya dan akhirnya bisa berdiri sendiri." Ucap sang bapak setibanya keluarga tersebut beserta perempuan pelukis itu tiba di bandara.

"Iya, pak. Terimakasih karena selama ini keluarga bapak sudah berbaik hati menerima saya sebagai anggota keluarga kalian, walaupun hanya sementara. Kini saya bisa hidup mandiri, pak. Tanpa merepotkan kalian semua" Ucap perempuan tersebut berusaha tegar. Perempuan tersebut pun juga memandang ibu dan anak itu sambil saling melempar senyum.

"Kak. Kakak jangan berhenti melukis, ya. Kakak harus tetap menjadi panutan ku. Terimakasih, kak karena berkat kakak aku bisa mendapatkan banyak sekali pelajaran melukis." Ucap anak lelaki itu. Semenjak mendapatkan pendidikan melukis dari perempuan itu, teknik lukisan dan hasil lukisan anak lelaki itu menjadi semakin berkelas sehingga diam-diam ternyata anak itu bisa mendapatkan uang jajan tambahan dari hasil jualan lukisan.

"Makasih juga, ya nak. Ibu jadi punya banyak lukisan yang sangat bagus karena kamu suka kasih hasil karya kamu ke ibu. Ibu bawa pergi ke rumah ibu yang baru, ya lukisan-lukisan buatan kamu itu." Ucap ibu.

"Iya, Bu sama-sama. Terimakasih karena ibu selalu menyukai semua hasil lukisan saya." Setelah mengucapkan kalimat tersebut, perempuan itu pun kini semakin tidak kuasa menahan air matanya.

"Nona, walaupun bapak sudah tidak lagi di negara ini, nona jangan takut tidak dapat menjual lukisan nona lagi. Bapak sudah menghubungi pihak pameran tempat bapak menjual lukisan-lukisan ciptaan nona. Jadi untuk selanjutnya, biar nona sendiri, ya yang menghubungi pihak pameran kalau nona ingin memamerkan dan menjual lukisan-lukisan itu. Dan juga, karena sekarang bapak sudah tidak ambil andil, maka hasil penjualan lukisan tersebut 100% adalah milik nona. Jadi tidak ada pembagian hasil lagi. Ya paling nona bisa bicarakan lagi kepada pihak penyelenggara, apabila nona ingin membagi hasil kepada mereka karena sudah membantu menjualkan lukisan-lukisan nona." Terang sang bapak lagi menjelaskan mengenai kelanjutan bisnis lukisan perempuan tersebut.

Tidak beberapa lama kemudian, terdengar pengumuman kalau pesawat yang akan menerbangkan keluarga kecil yang hangat itu tidak lama lagi akan segera berangkat. 

"Nak, sebentar lagi kita akan berangkat. Kamu jaga diri baik-baik, ya. Pokoknya inget pesan bapak, kamu jangan berhenti melukis dan tunjukkan keindahan karya lukis kamu itu ke semua orang." Ucap ibu tersebut sambil berlinang air mata. Sang ibu mau tidak mau akhirnya harus melepaskan sosok yang sudah ia anggap sebagai putri kesayangannya itu.

Lantas, dengan suasana yang begitu emosional dan mengharu biru, perempuan tersebut pun memeluk para anggota keluarga kecil itu satu persatu, setelah itu mereka semua saling berpelukan. Setelah puas, akhirnya mereka melepas pelukan tersebut dan meninggalkan perempuan pelukis itu sendirian.

Dengan mata yang nanar, suara yang sembab karena habis menangis, perempuan yang akhirnya beberapa waktu lalu telah kembali merasakan kebahagiaan karena dicintai itu melihat keluarga kecil yang mampu membuatnya bahagia itu pergi ke dalam bandara untuk check-in pesawat. Lambat laun keluarga kecil itu berjalan semakin menjauhi perempuan itu, dan sesekali anak lelaki itu menoleh ke belakang, ke arah perempuan itu sembari melambaikan tangan dan perempuan itu pun membalas lambaian tangan itu.

Ketika kini perempuan itu tidak melihat lagi keluarga kecil itu, lantas perempuan itu pun duduk di bangku daerah bandara setelah membeli sebotol minuman. Sambil duduk, perempuan itu meminum sampai habis minuman tersebut untuk segera menenangkan hatinya yang sedari tadi ia usahakan untuk bersikap tenang dan tegar.

"Sudah saatnya aku berdiri sendiri. Aku harus bisa kuat. Orang-orang di kehidupanku selalu datang, singgah, lalu pergi meninggalkanku. Entah dengan cara baik-baik, atau dengan cara yang kurang ajar kejamnya. Inilah kehidupan ku yang seharusnya." Ucap perempuan itu membatin.

"Aku tahu, orang-orang, atau segala hal itu memang tidak selamanya singgah bersamaku, tapi kenapa perasaan kehilangan itu terasa sangat menyakitkan? Kenapa sama-sama terasa sangat menyakitkan? Padahal waktu aku berpisah dengan teman-teman sekelas dan keluarga kandung dengan cara yang sangat keji itu memang menyakitkan. Tapi kenapa ketika aku ditinggal dengan sebuah keluarga kecil yang sangat menyayangiku itu dengan cara yang begitu manis, kenapa begitu menyakitkan?" Tanya perempuan itu kembali membatin. Dan kini air mata yang tidak lama berhenti itu kini kembali mengalir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!