Rindu

"Sepertinya kamu sudah mendingan, lebih baik aku pergi mandi dulu" wanita itu akhirnya sudah meredam rasa malunya dan menatap kembali pria di hadapannya.

Lantas, wanita itu beranjak dari tempat tidur. Ia lalu membuka lemari pakaian yang berada di depan tempat tidur dan mengambil beberapa lembar pakaian. Tentu saja pria itu masih duduk di tempat tidurnya dan sambil menatap wanita pertama yang ia temui nya di hari ini.

"Oh iya, tidak lupa nanti aku akan belikan sarapan untuk kita berdua. Kamu mau makan apa?" Tanya wanita itu ketika selesai mengambil pakaian yang akan ia pakai hari ini.

"Samakan dengan makananmu saja" jawab pria itu.

"Kamu tidak keberatan, kan kalau rumah ini aku kunci dari luar?" Tanya wanita itu "aku juga akan pergi ke butik sebentar untuk membelikan satu stel pakaian untukmu" ucapnya lagi sambil menatap pria yang terus saja memandanginya.

Pria itu pun segera beranjak dari tempat tidurnya. Ia lalu berjalan ke wanita itu.

"Kamu tidak perlu membelikan ku pakaian, aku sudah terbiasa bertelanjang bulat apabila sedang di rumah" ucap pria itu sambil kembali mengelus kepala wanita yang kini berada di hadapannya lagi. Matanya masih terus memandangi wajah wanita dihadapannya.

Mendengar pernyataan itu, wajah wanita itu kembali memerah, ia menggenggam erat pakaian yang sedari tadi dipeluknya. Namun wajah pria itu masih menatapnya dengan penuh arti.

"Tapi di rumah ini ada aku. Apa kamu sama sekali tidak merasa risih kalau aku terus-menerus menatap tubuhmu?" Tanya wanita itu.

Mendengar pertanyaan itu, pria itu menggeleng pelan. Wajahnya wanita itu semakin memerah. Membayangkan ia akan selalu melihat pahatan sempurna di tubuh pria itu setiap saat ketika ia berada di rumah. Apalagi kalau ia sampai latah menyentuh tubuhnya. Seperti kejadian beberapa saat yang lalu.

"Tidak-tidak. Aku tetap akan memberikanmu pakaian. Mungkin suatu saat kamu memang sangat ingin pergi ke luar." Tegas wanita itu.

"Aku akan Ke luar rumah jika kamu menginginkannya. Jika tidak, aku akan tetap berada di dalam rumah ini. Jadi kamu tidak perlu membelikan ku pakaian, kecuali kalau kamu mengajakku ke luar." Ucap pelan pria di hadapannya.

"Baiklah" wanita itu pun akhirnya memutuskan untuk ke luar rumah hanya untuk membeli sarapan. "Ngg.... Aku mau mandi. Permisi..." Ucap wanita itu lagi sambil mendorong pelan tubuh pria itu. Lagi-lagi ia menyentuh pahatan sempurna yang terletak di pinggul pria itu. Hampir saja ia menyentuh alat vital pria dihadapannya. Menyadari itu wajahnya kembali memerah.

Pria itu pun memiringkan badannya dan memberikan celah supaya wanita itu berlalu. Ia sama sekali tidak keberatan atau terlecehkan ketika wanita yang wajahnya kembali memerah itu menyentuh bagian tubuh sensitifnya.

"Letak kamar mandinya berada di bagian belakang. Di sana juga ada handuk. Tentu kamu juga harus handukan selepas mandi, bukan?" Ucap wanita itu ketika sudah keluar kamar dan akan menutup pintu.

"Iya" jawab pria itu sambil mengangguk. Lantas pintu kamar pun ditutup namun tidak dikunci.

Akhirnya di dalam kamar itu pria itu sendirian. Cahaya kamar masih ia biarkan meremang karena gordennya tidak dibuka. Ia berjalan menuju pintu kamar, namun sesampainya di sana ia hanya terdiam menatapi pintu di hadapannya.

Ia terdiam kala mengingat wanita itu membuka dan menutup pintunya. Pintu tersebut ia sentuh dengan pelan. Lalu membayangkan adegan sebelum ia ditinggal sendirian di dalam ruangan tempatnya beristirahat.

"Aku masih ingin melihat wajahnya" ucapnya pelan sambil menundukkan kepala. Sedangkan tangannya masih menyentuh pintu yang terbuat dari kayu itu. Lalu ia pun terdiam sejenak.

Beberapa saat kemudian, wajahnya menunduk. Ia menyandarkan kepalanya ke pintu masuk itu sambil membayangkan wajah cantik milik wanita yang menolongnya itu.

Ia masih mengingat wajah wanita itu. Wajah wanita yang belepotan cat air yang sudah mengering, dengan rambutnya yang berantakan. Yang beberapa waktu lalu tertidur di sebelahnya.

Wajahnya yang natural, sangat indah. Matanya yang besar, wajahnya yang mulus, pipinya yang tembam, dan rambut kecil di sebagian dahinya. Wajah tersebut membuatnya terus terhanyut dalam kerinduannya.

Ia lalu melihat tangannya yang beberapa saat lalu mengelus kepala wanita yang menolongnya. Ia masih mengingat betapa lembut dan legamnya rambut yang disentuhnya. Lantas pria yang masih bersandar di depan pintu itu masih terdiam sambil menatapi tangannya.

---

Dalam lamunannya, ia sebenarnya masih sadar dan ingat kejadian ketika wanita itu menemukan dirinya. Ketika ia hanya bisa memejamkan mata setelah mengetuk pintu rumahnya, namun ia sebenarnya merasa tidak mungkin wanita itu akan membukakan pintu.

Tidak hanya itu, ia juga ternyata merasakan sentuhan yang dilakukan wanita tersebut kala ia masih tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Pada dini hari tadi.

Ia juga menyadari, kalau dirinya tengah ditemukan terlebih dahulu oleh orang lain, selain wanita itu, pasti dirinya lagi-lagi akan menerima pelecehan seksual. Wajar saja, ia menyadari penuh mengapa wanita yang ditemuinya tidak dapat memalingkan pandangannya ketika melihat tubuhnya.

Oleh sebab itu, ia sama sekali tidak risih ketika wanita itu memandangi tubuhnya seperti itu, bahkan ia sendiri juga melihat Saliva wanita tersebut yang keluar tanpa orang yang memandangi tubuhnya itu sadari.

Sebagai pria normal, harusnya dirinya merasa terlecehkan ketika jemari wanita itu menggerayangi tubuhnya. Menelusuri tiap inci dari tubuhnya bahkan sampai menyentuh bagian keperjakaannya yang seharusnya tidak terekspos kemana-mana.

Tapi selain ia tidak dapat melakukannya karena efek obat sialan itu sehingga tubuhnya tidak dapat ia gerakkan, ia juga tidak marah akan apa yang dilakukan wanita itu pada dini hari tadi.

Sentuhannya begitu lembut dan menenangkan. Jujur saja ia sangat menikmatinya. Tidak seperti para keparat lainnya yang menikmati tubuhnya dengan sangat kasar itu.

Wanita itu sangat berbeda. Baru kali ini ia menemukan wanita seperti yang ditemuinya hari ini.

Pria itu sangat merindukannya. Padahal nanti hanya ditinggal sebentar karena katanya hanya akan membeli sarapan.

Ia harus menahan diri untuk tidak menjemputnya di luar rumah. Ia hanya ingin supaya tubuhnya kini hanya dinikmati oleh wanita yang mampu menenangkannya.

Hanya itu.

Sambil terus melamun, ia membalikkan badan dan kini beranjak lalu duduk di pinggiran tempat tidur.

Dia lalu menyentuh bagian tepi tempat tidur di mana wanita itu tertidur di sebelahnya. Dan kembali membayangkan wanita itu kembali tertidur. Seperti tadi subuh.

Ia juga membayangkan ketika wajah cantiknya tertidur pulas, begitu polos, dan ketika bengong sebentar untuk mengumpulkan nyawanya. Sebelum menyadari ada seorang pria yang baru saja telah diselamatkannya. Dan dirinya masih saja membelai kepala wanita itu.

Pria tersebut sebenarnya tidak menyadari kalau dirinya sudah cukup lama membelai kepala wanita cantik itu ketika ia baru saja bangun tidur. Mungkin terhanyut oleh wajah cantiknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!