Beberapa hari kemudian. Akhirnya Philips kembali ke Perancis. Ia langsung menemui ayahnya lalu ia kembali ke apartemen nya.
Ia sudah mengetahui masalah Nessy dan Sylphy.
Sejujurnya, Philips sudah tahu bahwa yang memasakkan makanan untuknya bukanlah Nessy. Namun, ia tidak mau membicarakan itu karena menurutnya itu bukanlah hal yang penting untuk di bicarakan, dan kalaupun memang Sylphy tidak terima dengan itu, sudah pasti dia akan langsung mengatakan ya kepada Philips.
Tapi dia malah diam, itulah yang membuat Philips pun diam.
Beberapa hari lalu. Ketika Marcel bertemu dengan Sylphy, mereka sempat berbicara di luar apartemen sebentar, setelahnya Sylphy tidak pernah keluar dari apartemen sementara Marcel tidak pernah kembali ke sana lagi.
“Pekerjaan ku di sini tinggal satu Minggu lagi, hari Rabu depan kita sudah bisa kembali, Sylphy.”
“Oke.”
Sylphy meletakkan teh yang ia seduh di atas meja tepat di depan Philips.
“Btw..” Philips mengambil gelas teh tersebut, ia meminumnya perlahan. Setelahnya, ia bicara. “Apa kamu masih akan tetap bekerja denganku setelah kita kembali ke as?”
Sylphy melihat ke arah Philips, matanya terlihat mengatakan bahwa dirinya sedang bingung.
“Apa kamu akan mencari pekerjaan di as?”
“Enthalah.. aku juga tidak tahu.” Gumam Sylphy. Ia mengalihkan wajahnya dari Philips dan ia meremas pergelangan tangan kirinya. “Aku merasa kalau masalah 'itu' masih berlanjut sampai sekarang di as karena pemicu kejadian masih belum di temukan akibat apa..” ujar Sylphy. “..Aku rasa aku tidak ingin bertemu dengan keluargaku yang ada di as terlebih dahulu, karena aku yakin mereka pasti akan menyalahkan ku tentang masalah ini.”
“Kenapa kamu berpikir begitu? bukannya mereka tidak memiliki bukti bahwa kamu pelakunya?”
“Ya.” jawab Sylphy. “Tapi, di saat kebakaran itu terjadi, akulah satu-satunya orang yang tidak berhasil di temukan di sana.. dengan kata lain, aku rasa aku sudah cukup di curigai dengan 'melarikan diri setelah membuat kekacauan'.”
Suasana sunyi sejenak. Kemudian, Sylphy tersenyum paksa dan mengalihkan kembali wajahnya ke arah Philips. “Aku rasa aku..”
Suaranya memudar perlahan saat matanya melihat Philips yang sudah ada sangat dekat dengan dirinya. “A-Ada apa?!” tanya Sylphy dengan nada panik.
“Aku merasa perkataan mu ada benarnya, Sylphy.” Ucap Philips. “Jadi, apa kamu akan bekerja sebagai pembantu di mansion pribadi ku saat kita sudah kembali ke as?” Sambungnya mengajukan pertanyaan.
Sylphy diam sejenak. Ia terlihat berfikir dengan ucapan Philips. “Ahh.. aku rasa aku tidak punya pilihan..” Gumamnya.
Saat itu. Walau Philips sudah tahu jawabannya tanpa harus mendengar jawaban dari Sylphy.
1 Minggu kemudian..
Setalah naik pesawat selama beberapa jam dari bandara Cayenne Aéroport Perancis menuju bandara internasional as.
Sylphy dan Philips langsung di jemput oleh kepala pelayan mansion Philips dan mereka langsung menuju ke mansion.
Setelah sampai. Philips langsung mengatakan kepada semua orang(pekerja) yang ada di rumahnya bahwa mulai sekarang Sylphy akan menjadi maid di mansion itu juga.
Dan, kehidupan baru bagi Sylphy akhirnya di mulai.
Seperti biasa. Sylphy menyedihkan teh untuk Philips.
“Hari ini ada berita mengenai keluarga William.” Gumam Philips sambil meminum teh buatan Sylphy.
Seperti biasanya. Dia masih terlihat elegan saat meminum teh.
William, itu adalah nama belakang keluarga paman Sylphy. Walau nama William juga banyak di gunakan oleh orang-orang. Namun, Sylphy tahu bahwa Philips sedang membicarakan keluarga pamannya. Karena Philips tidak akan pernah membicarakan hal yang tidak penting.
Sylphy melihat ke arah Philips. “Benarkah? apa yang mereka lakukan sampai menjadi berita?”
“Mereka.. ah bukan, pamanmu. Loid James William, dia membunuh orang.”
Mata Sylphy langsung membelalak. “Ha?”
“Yang di bunuh seorang wanita..”
‘Wanita?..’
“Dia sedang sakit-sakitan dan di rawat di rumah sakit.”
‘Rumah sakit? sakit-sakitan?..’ Sylphy tiba-tiba teringat sesuatu. “Jangan-jangan!”
“Ya. Dia adalah ibumu, Arlbe William.”
Sylphy membelalak. Dadanya terasa seperti berhenti berdetak untuk sejenak. Lalu kemudian, ia menjatuhkan nampan yang seharga ribuan dollar milik Philips beserta dirinya yang jatuh ke lantai.
“Arlbe.. Arlbe.. ibuku.. Arlbe.. Arlbe William..” Sylphy menggenggam kedua tangannya dengan gemetar. “Ibuku.. dia.. dia di bunuh..” gumam Sylphy yang seakan sudah putus asa. “Dan.. pembunuhnya pamanku. Loid James William..”
“Kejadiannya sudah 2 Minggu lalu. Kejadian ini terjadi saat kita sedang berada di Perancis.” gema suara Philips berhasil mengembalikan pikiran Sylphy yang sudah bercabang-cabang.
Sylphy diam sejenak. Kemudian ia kembali berdiri dan mengambil nampan tersebut. “Begitu.. ya?” gumam Sylphy. “Eh? ah.. nampannya lecet.” Ia mengelus bagian nampan yang lecet. Kemudian, ia melihat ke arah Philips. “Apa tidak apa-apa? aku harus ganti rugi 'kan?”
“Tidak perlu.” jawab Philips.
Sylphy menjatuhkan rahangnya. “Ahh.. baiklah.” jawab Sylphy. “Kalau begitu, aku permisi dulu.” Ia membungkuk lalu pergi dari ruang kerja Philips tanpa mengatakan apa-apa lagi.
Philips hanya diam saja melihat kepergian Sylphy.
“Sangat malang.”
Di sisi lain. Di sudut sebuah ruangan yang terlihat gelap, hanya ada pencahayaan dari sinar matahari yang masuk samar-samar ke ruangan itu.
Suara yang seharusnya tidak terdengar. Sekarang terdengar. Suara yang memilukan, putus asa dan frustasi.
“Hikss.. hikss..”
Tidak lain dan tidak bukan. Itu adalah suara Isak tangis dari Sylphy. Sylphylee Creylin.
Pamannya, Loid James William. Seseorang yang membunuh ibunya.
Sosok yang sudah Sylphy hormati selama beberapa tahun ini. Walau ia menghormatinya Karena terpaksa akan keadaan. Namun, ia sudah menganggap pamannya seperti ayahnya sejak kecil. Namun, kenapa paman nya membunuh ibunya?
Padahal, dulu hubungan kakak-adik itu sangat akut dan baik. Hingga akhirnya hubungan mereka menjadi renggang hanya karena masalah warisan turun-temurun keluarga William.
Seharusnya warisan keluarga William jatuh 87% kepada Arlbe karena sebagai ucapan terima kasih ayah mereka kepada Arlbe yang sudah merawatnya. Namun, Loud tidak terima dengan pernyataan itu. Setelah ayah mereka meninggal, ternyata warisan benar-benar jatuh 87% atas nama Arlbe William.
Tapi, warisan itu kini sudah pindah tangan. Warisan itu sudah berada di tangan Loid James William dengan keluarganya.
Kenapa bisa?
Beberapa tahun lalu. Ketika Arlbe mulai sakit-sakitan, Loid membuat pikiran wanita itu semakin kacau dengan ucapan-ucapan omong kosongnya setiap ia bertemu dengan Arlbe.
Dia mengatakan. Berikan warisan dari ayah kepadaku, maka aku akan menjaga kedua putrimu. Aku tidak yakin kalau Agam akan mau mengurus kedua putrinya. Biar bagaimanapun, dia adalah laki-laki gila yang hanya mengejar harta. Agak menikahi mu hanya karena harta warisan yang kau pegang. Aku yakin, sebentar lagi dia pasti akan datang kesini dan meminta harta-harta mu lalu dia akan kembali dengan wanitanya.
Saat itu, Arlbe menolak untuk menyetujuinya. Namun, benar saja Agam Wree mendatanginya dan mengatakan bahwa ia meminta alih tangan atas harta-harta keluarga William yang Arlbe punya.
Setelah itu. Arlbe langsung menyetujui untuk memindahkan nama surat warisan itu ke nama Loid James William.
Dan karena itulah, Aquila dan Sylphy bisa tinggal di sana. Sejujurnya, rumah yang terbakar itu bukanlah rumah Loid dan istrinya. Melainkan itu adalah rumah Sylphy beserta ibu dan adiknya.
Namun, karena nama nya sudah di alihkan. Jadinya mereka selalu menganggap bahwa rumah itu adalah rumah mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
𝐘𝔲𝚒k̷α Z̷𝐮𝚔oཽ
Tch apa²an sih, sok asik lu weh
2023-04-06
0
𝐘𝔲𝚒k̷α Z̷𝐮𝚔oཽ
Sylphy jangan stres kumon😭😭😭😭
2023-04-06
0
𝐘𝔲𝚒k̷α Z̷𝐮𝚔oཽ
Whattttttttttttttttttt thee..
2023-04-06
0