Rasanya bagaikan sesuatu menyentuh dirinya dengan lembut, bagai kapas? awan? salju? tidak. Tidak ada satupun di antara mereka, rasanya benar-benar sangat lembut dan menyentuh.
Seperti terbang ke awan, tenggelam di dalam lautan yang sangat dalam. Irama piano Philips berhasil mencampur adukkan perasaan Sylphy.
Beberapa saat kemudian..
Akhirnya Philips selesai memainkan lagunya yang entah apa namanya. Namun, menurut Sylphy lagunya benar-benar sangat bagus walau ia sangat bingung untuk menjelaskan bagian mana yang bagus.
“Waaww.. ternyata kau hebat main piano!” puji Sylphy yang sudah lupa bahwa ia tidak terlalu akrab dengan Philips.
Philips menaikan sebelah alisnya. “Masa sih?”
“Hmm, iya!”
Philips tertawa pelan sambil memejamkan matanya dan tersenyum lebar hingga membuat Sylphy menjadi bingung.
“Ada apa?”
“Bukan apa-apa.” Jawab Philips.
Philips melihat ke arah jendela, ia melihat langit yang teramat terik karena matahari, sudah pasti di luar sangat panas.
“Apa kau mau keluar?” tanya Sylphy karena ia menyadari bahwa Philips terus saja memperhatikan luar.
Philips mengalihkan pandangannya melihat ke arah Sylphy. Ia segera menggeleng. “Eum..”
“Oh..” jawab Sylphy.
Karena sudah selesai, Sylphy berniat ingin kembali ke kamarnya. Ia segera bangun dari kursi. Namun, tiba-tiba saja tangannya di tarik oleh Philips.
“Mau ke mana?”
“Kamar.”
Philips diam sejenak, Namun ia masih belum melepaskan tangannya dari pergelangan Sylphy.
“Aku ma-”
“Mau aku ajarin main piano gak?” tanya Philips, ia memotong perkataan Sylphy. Sylphy yang merasa aneh langsung menaikkan alisnya. Philips tersadar. “Jangan mikir yang macem-macem! aku gak suka samamu, aku cuman kebetulan lagi gabut aja, mangkanya nanyak gini!!”
Sylphy diam sejenak, ia menyipitkan matanya melihat ke arah Philips. ‘Ada angin apa ni?’ karena kebetulan dirinya bosan, akhirnya ia menjawab. “Oke.” ia kembali duduk di kursi sebelah Philips.
“Eh..?”
“Iya, oke. Yaudah ajarin aku main piano, kebetulan aku juga lagi gabut karena kakek gak ada di rumah.”
Yah, hari ini Radeus tidak ada di rumah karena ia sedang cek up di rumah sakit sejak tadi pagi dengan pengurusnya dan cucu pertamanya, Marcel.
Philips tersadar dari bingungnya, ia segera kembali duduk di tempatnya.
“Nah okay kalau gitu, karena gue baik jadi gue bakal ajarin Lo!” Ujar Philips dengan nada sombong. Namun, hal itu malah membuat Sylphy meras bahwa dia aneh. “Nah, jadi ini do re mi fa so la si do.” Ujar Philips, mulai mengajari Sylphy tentang piano.
Sylphy manggut-manggut pelan ketika ia merasa bahwa dirinya paham dengan apa yang Philips ajarkan.
Beberapa saat kemudian..
“Nah kalau gitu coba buat irama piano pakai lirik ini.” Philips membuka lembar buku lirik yang ada di sana dan segera memberikannya kepada Sylphy.
“Ah, okay.”
Sylphy segera bersiap bagaikan hendak bertempur. Ia mengangkat jari-jarinya yang gemetar gugup lalu meletakkan nya satu persatu di atas keyboard piano.
“Nah okay, kalau gitu mulai.” ujar Philips.
Beberapa saat kemudian..
“Pfft hahaha.”
“Jangan ketawa ih! kan ini masih awal percobaan!”
“Hahaha iya iya maaf, tapi ini hahaha.”
Karena lirik yang di mainkan Sylphy salah, jadinya nadanya berantakan total. Namun, hal itu malah menggelitik perut Philips.
“Sini biar ku ajarin yang bener.” Tanpa abah-abah Philips langsung menarik Sylphy dan memegang tangan Sylphy yang terlihat kecil dari tangan miliknya. Ia segera memegang jari-jarinya Sylphy lalu meletakkannya di atas keyboard piano. “Perhatiin oke, jangan diem aja takutnya entar kau malah terpesona sama aku dan jadinya gak fokus.” canda Philips.
“Ih! apaan sih?!!” Jawab Sylphy kesal.
Philips tertawa pelan lalu ia mulai menekankan jari-jari Sylphy pada keyboard piano.
Setelah beberapa saat. Nada piano sudah mulai terdengar, nadanya berbeda dengan yang Philips mainkan tadi. Bisa di bilang mungkin yang ini yang lebih menarik.
“Ini lagu apa?” tanya Sylphy.
“Triangle, biasanya kalau ada yang nyanyi rasanya nostalgia kayak pas SD, tapi karena gak ada yang nyanyi jadi yah gini aja. Mood nya happy, jadi cocok di denger sama orang yang lagi badmood, sad dan mungkin bagus di dengar sama orang yang berencana buat bundir.” Jelaskan Philips panjang lebar.
Sylphy hanya menaikkan sebelah alisnya lalu ia kembali memfokuskan dirinya pada keyboard piano yang ada di depannya.
Beberapa saat kemudian. Setelah selesai bermain piano, timingnya pas dengan kepulangan Radeus. Karen Radeus sudah pulang, jadinya Sylphy kembali ke kamarnya sementara Reyga, Radeus dan Philips mulai mengobrol di ruang tamu. Suasana obrolan mereka terlihat sangat tegang dan serius.
Malamnya..
Malam ini, Reyga ikut makan bersama di meja makan.
Suasana yang di rasakan Sylphy hanyalah tegang dan canggung.
Philips memakan makanannya dalam diam dengan wajah kesal, sementara Radeus tidak berekspresi, namun sepertinya ia menyembunyikan sesuatu.
Setelah selesai makan, setelah duduk beberapa saat, Sylphy hendak bangkit dari kursi dan kembali ke kamarnya. Namun, ia terhenti ketika Reyga berbicara.
“Janesiyu, kami ingin bicara denganmu.”
Sylphy mengedipkan matanya beberapa kali. “Ya?”
“Kami ingin bicara denganmu, apa bisa?” sahut Radeus sambil tersenyum tipis.
Sylphy hanya manggut-manggut pelan lalu kembali duduk di kursinya.
“Jadi begini, apa keputusanmu tentang menikah dengan cucuku Philips? aku sudah menunggumu untuk menjawab ini selama beberapa hari.”
‘Ahh.. soal ini.. aku sebenarnya udah nebak ini bakal terjadi karena memang kakek Radeus cuman memberikanku waktu sebentar aja.’ batin Sylphy.
“Kakek! dia bukan Janesiyu!! aku enggak mau nikah sama dia! dia cuman wanita penipu!” sahut Philips dengan nada kesal nya, emosinya sudah terlihat sejak Reyga mengatakan ingin bicara.
“Kau masih nggak percaya?! dia Janesiyu yang ku kenal!” Jawab Radeus yang ikut kesal.
“Bohong! dia bukan Janesiyu kakek.. astaga, percaya dong percaya! lagian, aku masih muda, gak mungkin aku nikah di usia muda! aku masih studi di luar negeri, gak mungkin aku nikah kakekk!!”
Radeus diam sejenak. Namun, sedetik kemudian ia berbicara. “Hmm.. aku rasa ada benarnya, kasihan Janesiyu kalau harus kau tinggal ke luar negeri..” gumam Radeus. “Ah! aku tahu! bagaimana kalau kalian bertunangan saja?!”
“No way!” jawab Philips dan Reyga bersamaan dengan nada yang terkejut dan membesar hingga menggema di ruangan luas tersebut.
“Kenapa gitu?” tanya Radeus dingin.
“Kakek.. intinya aku gak mau nikah ataupun tunangan sama dia! dia itu palsu kakek.. dia bukan Janesiyu.” jawab Philips. ‘Plisss.. sadar dong kek!’
Radeus mengeryitkan alisnya, dahinya yang sudah berkerut semakin berkerut karena ia sedang marah. Ia ingin marah lagi dengan nada arogannya. Namun, tiba-tiba saja dadanya terasa sesak hingga akhirnya ia tidak sanggup membuka matanya lagi dan alhasil jatuh pingsan.
Sebelum Radeus pingsan, ia mengatakan “Pokoknya kalian harus bertunangan-”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
mom mimu
dua like mendarat kak, semangat 💪🏻💪🏻
2023-04-04
1
𝓲ꪖꪀ🖤
Tenang mamang ganteng, entr u obsessi ma dia kok ^•^
2023-04-02
0
ᥫ᭡ Punꫝ፝֟m࿐
Wkwkwk, sebelum kakek kesayangan meninggoy, alhasil mereka tunangan🤣🤣🗿🗿
2023-04-02
0