Siapa Nama Aslimu

“Kakek, aku datang untukmu!”

Padahal baru beberapa hari Sylphy melihat fotonya yang bagaikan hanya sebuah lukisan. Namun, sekarang dia sudah bisa melihat wajah lukisan itu secara langsung.

Hari ini generasi ketiga keluarga keluarga Naumen datang ke Vila Radeus.

Ketika Sylphy pertama kali melihat wajah yang bagaikan pahatan itu, dia hanya bisa diam tanpa mengkritik.

Hari-hari Radeus dan Sylphy terjalani seperti hari-hari biasanya.

Namun, terkadang juga ada kecanggungan di antara Radeus dan Sylphy ketika mereka harus duduk bertiga dengan generasi ketiga Naumen.

Makan malam, ruang makan..

Mereka tidak berdua lagi, setelah tiga hari berturut-turut mereka makan kini bertiga, satu lagi adalah penerus generasi ketiga Naumen.

Setelah selesai makan, mereka masih duduk di meja makan untuk memakan beberapa buah.

“Sylphy, bagaimana menurutmu cucuku, hmm?”

Tuan Naumen tersenyum sambil menunjuk ke arah generasi ketiga Naumen.

Sylphy diam sejenak, dia hanya bisa mengepal kedua tangannya yang ia sembunyikan di atas pahanya yang tertutup oleh meja makan dan berfikir keras.

Sebenarnya ia ingin menjawab ya, cucu anda sangat tampan kek. Namun, ia adalah orang yang susah jujur. Faktanya, ia sangat pelit dalam hal muji-memuji.

“Bagaimana, Sylphy?” karena tidak ada jawaban Radeus bertanya lagi, namun kini masih saja sama. Hanya saja, kini wajah Sylphy memerah bagaikan tomat. Radeus yang menyadari itu langsung menyeringai. “Hmm.. baiklah, aku rasa pertanyaan ini sangat berat bagimu.” Radeus memakan buahnya.

Sementara Sylphy dan generasi ketiga Naumen hanya diam.

“Kau..”

Sylphy agak terkejut ketika beberapa maid mengatakan bahwa generasi ketiga memanggilnya ketika ia sedang rebahan di kamarnya.

“Kau bukan Janesiyu yang asli! aku tahu kau Janesiyu palsu!” ujar penerus generasi ketiga keluarga Naumen sambil memandang ke arah Sylphy dengan tatapan yang sangat tajam.

Sylphy merasa tekanan yang teramat luar biasa.

“Ap.. apa maksud anda?” Sylphy masih berusaha mempertahankan senyum nya.

“Kau kira aku bisa kau bodoh begitu saja hah?!” Pria itu langsung mencengkram kera baju Sylphy. “Sialan kau! berani-beraninya kau membodohi orang tua!! apa kau tidak punya hati nurani! beraninya kau membual cerita tentang nenek Janesiyu!!”

Sylphy tersentak. Namun, di detik itu juga dia langsung menyeringai dan menepis lengan pria itu dengan kasar. “Yahh.. saya memang bukan Janesiyu-”

“Sial! ternyata benar dugaan ku!!”

“Tapi, apa yang aku ceritakan semuanya benar! cerita tentang nenek Janesiyu! aku tak membual kalau yang satu ini.”

“...”

Mereka diam sejenak. Pria itu tidak membuka suara lagi dan tanpa permisi dia langsung pergi meninggalkan Sylphy sendirian di halaman sementara dirinya masuk ke dalam Vila.

Sylphy hanya bisa memandang punggungnya dalam diam. “Aku punya hati nurani kau tahu..?” gumam Sylphy.

Beberapa hari berlalu. Walau hubungan Radeus dan Sylphy berjalan seperti biasanya. Namun, beberapa hari ini Sylphy merasa was-was ketika penerus generasi ketiga Naumen terus aja berusaha mengungkapkan identitas dirinya yang asli.

“Hei, wanita penipu.”

Sylphy menoleh, matanya menyorot kesal berusaha menyembunyikan amarah yang bergejolak di ubun-ubun nya.

“Berhenti memanggilku wanita penipu apa aku terlihat seperti itu di matamu?!” ujar Sylphy kesal.

“Binggo, kau benar!”

“Ha?”

“Apa. maksud mu dengan 'Ha?'. tentu saja kau memang wanita penipu karena kau sudah menipu kakekku yang sudah tua~”

“...”

“Kenapa? apa aku salah bicara?”

Sylphy mengendus sinis, ia mengacak-acak poni bagian depannya dengan frustasi. “Yaahh apa boleh buat~ anda benar tuan muda.”

Sylphy menurunkan tangannya dari atas kepalanya. Ia segera mengangkat kakinya dan langsung pergi meninggalkan Pria itu.

“Oh tunggu!”

“Ada apa?”

“Namamu? siapa nama aslimu?”

Sylphy menghela nafas. “Aku S-” ucapannya terhenti, dia segera menutup mulutnya.

“S..?”

“Siyu! aku Janesiyu!”

Pria itu menyipitkan matanya. “Kau bohong, kau udah bilang kalau kau bukan Janesiyu, kenapa kau masih bisa bilang kalau namamu Janesiyu?”

Sylphy diam sejenak. Namun, di detik berikutnya ia melangkah pergi meninggalkan pria itu. “Panggil aja saya janesiyu.”

Hari berikutnya..

Setiap Sylphy bertemu dengan penerus generasi ketiga Naumen, ia selalu saja di buat tegang karena pria itu terus saja menanyai nama aslinya.

“Wanita penipu, siapa nama mu yang sebenernya sih?!”

“Itu sama sekali bukan hal penting.”

“Itu penting!” jawabnya tegas. Namun, tidak ada respon bermakna sedikitpun dari Sylphy. “Haahhh..” Karena frustasi, pria itu menghela nafas. “Bagaimana kalau kita kenalan? aku Philips, Philips Ken Naumen.” pria itu memperkenalkan dirinya sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat dengan Sylphy.

Namun, Sylphy malah menghindarinya. “Oh.”

“Apa maksud mu 'oh'?! siapa namamu?!”

“Aku lupa.” jawab Sylphy. Ia memutar tubuhnya dan hendak segera pergi dari sana. Namun, Philips malah menarik pergelangan tangannya hingga ia tidak bisa melanjutkan langkahnya. “Ada apa?”

“Namamu?!”

Sylphy tidak menjawabnya lagi.

...***...

Hari-hari mereka terus berjalan seperti itu. Sylphy yang keras kepala tidak mau memberitahukan namanya. Faktanya, Reyga lah yang melarangnya. Dan Philips yang terus saja mengganggunya dengan pertanyaan-pertanyaan yang sama. Cerita mereka terus saja berlanjut selama musim panas.

Hari ini sungguh terasa sangat panas, matahari terasa hanya berjarak beberapa jengkal saja dari atas kepala.

“Haahhh.. benar-benar musim panas!” gumam Philips sambil memijat bahunya dan berjalan menelusuri Vila.

Ketika Philips hendak menuju pintu utama, matanya tanpa sengaja melihat ke arah ruang musik yang berada di dekat pintu samping.

“Eh.. wanita penipu?”

Entah bagaimana, tapi di sana memang benar-benar ada Sylphy yang sedang memegang piano.

Karena Philips yang penasaran, ia segera mendekati ruang musik tersebut. “Ekhem..”

Sylphy memutar kepalanya. Ia benar-benar terkejut ketika melihat Philips yang berdiri di depan pintu. “A-Ahh..”

“Ngapain di sini?”

Sylphy melihat ke arah piano. “Aku hanya melihat ini karena aku cukup penasaran dengan suaranya.”

“Kau bisa main piano?”

Sylphy menggelengkan kepalanya. “Enggak, karena gak ada yang ngajarin.”

Philips menyeringai. “Ohh~”

Philips segera melangkahkan kakinya mendekati Sylphy. Setelah sampai di sana, ia langsung duduk di kursi piano.

“Duduk di sini.” Ujar Philips sambil menepuk-nepuk bagian kursi yang ada di sebelahnya.

Sylphy menaikkan alisnya, merasa bingung dan was-was.

“Udah sini aja, gak usah mikir yang aneh-aneh!”

“Baik.”

Sylphy mengikuti apa yang Philips katakan. Ia duduk di sebelah Philips tanpa mengatakan apa-apa.

“Aku akan bermain piano, kau bisa mendengarkannya, kebetulan aku juga lagi gabut.”

Setelah mengatakan itu, tanpa ragu dengan senyuman Philips mengangkat tangannya dan meletakkan jari-jarinya di antara keyboard piano.

Setelah Philips menekan beberapa bagian keyboard sambil mendalaminya, akhirnya Philips dapat menciptakan irama yang berhasil membuat Sylphy merasa kagum.

Terpopuler

Comments

#リスト _ Y.J

#リスト _ Y.J

Wkwk abis kata²
biar gw tebak, pasti Sylphy ngira kalau Poto itu pakai epek

2023-04-13

0

𝐘𝔲𝚒k̷α Z̷𝐮𝚔oཽ

𝐘𝔲𝚒k̷α Z̷𝐮𝚔oཽ

Bisa ga sih cara manggilnya lebih estetic gtu, kayak 'nona' atau 'ngonya' atau 'sayang' gitu

2023-04-04

1

𝓲ꪖ​ꪀ🖤

𝓲ꪖ​ꪀ🖤

Eyaakkk Philips mulai aktif y bund :v

2023-04-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!