”Pokoknya Emil mau ikut papa ke kantor, Emil gak mau tahu siapa suruh pergi ke rumahnya gak ajak-ajak,” seru Emil melipat tangannya di dada berlagak marah pada Malik.
”Maaf, kemarin sore papa hanya antar mama pulang ke rumah lagian dari kantor masa balik ke rumah dulu jemput Emil ya bolak-balik namanya papa kan capek Sayang,” kilah Malik tidak mau kalah dengan putranya.
”Nah kan? Papa gak sayang sama Emil makanya Emil ditinggal. Pokoknya hari ini Emil mau ikut seharian di kantor gak peduli sibuk atau gak Emil mau deket sama mama dan tidak mengijinkan papa dekat dengannya.”
”Baik, silakan saja papa gak akan marah kok sama Emil tapi Emil janji ya jangan merepotkan mama Hana nantinya,” ucap Malik.
”Biarkan sajalah Emil dekat dengan Hana semoga dengan begini aku bisa menebus rasa bersalahku dan dia juga bahagia,” gumam Malik.
”Sebentar Pa, Emil ambil tas dulu ya,” pamit Emil menyiapkan semuanya berikut cookies yang semalam diberikan oleh Malik padanya.
Malik sengaja berangkat lebih awal dan menunggunya di lobi agar lebih mudah menemuinya.
”Na, ditunggu bos tuh!” seru Indah begitu sampai di lobi. Hana menoleh ke arah kursi tunggu di sana ada Malik dan Emil yang tengah menunggunya.
”Bentar ya, aku samperin mereka dulu.”
”Mama,” teriak Emil membuat orang-orang di sekitarnya menoleh ke arahnya.
”Tak usah lari kalau jatuh bagaimana? Kenapa pagi-pagi sekali kau sudah ada di sini?” tanya Hana menatap intens pada Emil yang terlihat semakin gemuk.
”Emil mau ketemu sama mama, udah kangen. Oh iya makasih ya kuenya,” ucap Emil.
”Emil suka?”
Emil pun hanya mengangguk, ”Enak Ma,” ucap Emil mengacungkan dua jempolnya.
”Emil mau ikut mama atau papa?” tanya Hana.
”Mama aja, soalnya masih kangen,” tutur Emil.
”Baiklah, ayo!” Hana menggandeng lengan Emil.
”Pak Malik saya bawa dia ke ruangan saya,” ucap Hana.
”Silakan, Emil ingat pesan papa mengerti!”
Emil memberi kode pada Malik untuk tidak khawatir padanya.
Malik sendiri berbelok menuju ke ruangannya sendiri, ada bahagia terukir di wajahnya melihat kedekatan putranya dan Hana.
”Mm, bahagia sekali!” tegur Faris.
”Dah diem aja ya,” sahut Malik.
”Kamu gak lihat sih tadi semua karyawan pada melihat kalian berinteraksi dengan Hana mereka meyakini jika kalian berdua memiliki hubungan spesial.”
”Abaikan saja, ngurusin netizen gak akan pernah ada habisnya yang penting aku tidak mengganggu privasi mereka.”
”Iya itu buatmu bagaimana dengan Hana?”
”Aku sangat yakin jika dia akan baik-baik saja, justru sekarang aku orang yang harus berjuang keras untuk mendapatkannya melihat sainganku di seberang sana terlihat lebih perfect sebagai lelaki daripada diriku,” ucap Malik membuat Faris kebingungan dengan penjelasannya.
”Maksudmu lebih perfect? Siapa orang yang kau maksudkan, bukan Eric kan?” tebak Faris asal.
Malik menggelengkan kepala, ”Bukan, tapi orang lain aku bertemu dengannya kemarin sore waktu aku mengantarkannya pulang.”
Malik pun menceritakan semuanya membuat Faris tidak dapat lagi menahan tawanya.
”Kenapa kau malah tertawa padahal aku sedang serius!” ucap Malik kesal.
”Jadi sainganmu seorang ustadz? Aku tidak yakin kau akan menang apalagi dia pilihan papanya Hana pasti itu sudah melalui seleksi yang ketat sehingga dia bisa masuk kategorinya kandidat calon menantu.”
”Kau tidak menghiburku memberiku solusi terbaik tapi justru menertawakan diriku sungguh menyebalkan memiliki asisten sepertimu, jika bukan karena Sabrina kau sudah aku pecat Faris!” ucap Malik penuh penekanan.
"Maaf Bang tapi sungguh ini sangat menggelikan, jadi Abang merasa tersaingi kan?” ucap Faris.
”Ya begitulah,” ucap Malik mendadak lesu mengingat kejadian kemarin di rumah Hana.
”Abang tembak langsung aja Hana,” usul Faris.
”Hah? Maksudnya?”
”To the point langsung, jangan menundanya,” seru Faris bersemangat.
”Ck! Itu sudah aku lakukan kemarin,” lirih Malik.
”What? Aku gak salah dengar kan?”
”Tidak aku bilang padanya untuk tidak menerima lamaran dari Mas Jaka itu dan tunggu aku yang akan lamar dia!”
Faris melongo tidak menyangka jika Malik akan senekat itu pada Hana.
”Kau yakin?”
”Tentu saja.”
”Astaga ternyata kau di sini lalu dimana Emil?” tanya Sabrina.
”Tumben kau ke sini apakah kau merindukanku?” goda Faris.
”Ish, terlalu percaya diri sekali kau! Aku ke sini karena ingin bertemu dengan Emil bukankah hari ini hari pendaftaran sekolah dimulai.”
”Astaga aku sampai melupakan hal itu,” ucap Malik.
”Apa kau akan pergi sendiri? Perlukah aku ikut kalian berdua?" seloroh Sabrina.
”Keponakanmu sedang berada di ruangan Hana sebaiknya kau pergi ke sana dan tanyakan langsung padanya dengan siapa dia akan pergi ke sekolahan sekarang,” ucap Faris.
Sabrina menatap ke arah Malik. ”Benarkah itu Bang?” tanya Sabrina.
” Iya dia sedang di sana bersama dengan Hana.”
”Aku akan ke sana sekarang.”
”Apa jadwalku padat hari ini?” tanya Malik.
”Ada pertemuan dengan Rajawali Nusindo hari ini jam sebelas,” ungkap Faris.
”Baiklah minta Pak Basuki untuk menghandle aku yakin di jam itu acara belum selesai.”
”Baiklah.”
”Aku ke ruangan Hana menyusul Emil dan Sabrina.”
Faris mengangguk dan segera menghubungi Pak Basuki untuk datang ke ruangan Malik.
”Sabrina kau masih di sini?” tanya Malik.
”Aku tidak tahu ruangan Hana yang mana?” ucap Sabrina meringis menahan malu.
”Astaga aku kira kau keluar lebih dulu karena kau sudah mengetahui di mana ruangannya tapi ternyata kau masih berada di sini. Ayo!” Malik merangkul bahu Sabrina menuju ruangan Hana.
”Papa,” teriak Emil membuat Hana yang berada di sampingnya menoleh ke arah pintu.
”Pak Malik, Bu Sabrina,” sapa Hana.
”Panggil aku Sabrina saja Han, aku tahu kok usia kita tidak terpaut jauh,” ucap Sabrina.
”Baiklah, silakan duduk.”
”Emil, papa akan mengajakmu pergi ke sekolahan kita akan mendaftarkan dirimu ke sekolah yang baru.”
”Benarkah, ayo mama Hana juga harus ikut!” ajak Emil.
”Sebaiknya kalian saja yang pergi biar aku di sini saja, kau jangan khawatir aku bisa kau andalkan!” ucap Sabrina penuh percaya diri.
”Masalahnya bukan itu tapi jika kau di sini Faris tidak akan fokus bekerja yang ada dia hanya akan duduk manis sambil memandang ke arahmu!”
”Ya ampun kau tidak percaya padanya?” seru Sabrina.
”Iya sama halnya denganmu aku tidak percaya,” sahut Malik.
”Baiklah lebih baik kalian pergi sekarang!”
”Hana kau bisa ikut dengan saya kan?
Malik mengajak Hana untuk menemaninya ke sekolah Emil, tentu saja hal itu membuat Emil merasa bahagia karena merasa memiliki orang tua yang utuh. Bahkan keakraban mereka bertiga membuat karyawan lain saling berbisik.
”Beruntung sekali ya Bu Hana bisa mendapatkan Pak Malik meskipun statusnya duren beranak satu tapi dia duren yang hot!”
”Sebenarnya Pak Malik itu sangat menyayangi keluarganya, beruntung yang jadi istrinya nanti.”
”Siapa yang sedang kalian gosipkan?” tanya Flo begitu masuk ke lobi mendengar obrolan karyawan Malik.
”Itu, mereka bertiga.”
Flo terkejut melihat Malik dan keponakannya terlihat sangat akrab sekali.
”Sejak kapan mereka dekat?”
Inilah sosok Pak Malik, 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
enungdedy
bahasa penulisan nya kurang tepat kak...lebih baik mnggunakan kta "kamu" dri pda "kau"
2023-07-14
0
Wirda Wati
kereeen thort
2023-06-10
0
Emon
krg keren tor KL bisa visualy Serkan cayoglu
kl gak Borkan Al Galah😀😀😀😀
2023-06-06
2