14. Kekhawatiran Malik

”Kakak sih, kalau makan suka telat ya begini jadinya,” ucap Alvin melihat kakaknya meringkuk di tempat tidur.

”Ya gimana lagi, kalau udah di luar suka lupa kalau belum ngisi perut lagipula kemarin aku sangat bahagia.”

”Bahagia sih bahagia tapi jangan melupakan kesehatan, kalau udah begini kan merepotkan semua orang,” ujar Alvin.

”Ya maaf kalau begitu, tapi semoga capeknya jadi pahala.”

”Kalau papa tahu pasti bakalan perang dunia ketiga Kak, papa itu sangat sayang sama kak Hana daripada aku,” ucap Alvin mengerucutkan bibirnya.

”Ngomong apa sih kamu, semua orang tua pasti menyayangi anak-anaknya Vin.”

Tok ... tok ... tok ...

”Ada tamu Kak, bentar Alvin bukain pintu dulu.” Alvin segera keluar menuju pintu utama.

”Mm, mau cari siapa ya?”

”Assalamu’alaikum, apakah Hana ada di rumah?”

”Waalaikumussalam, cari kakakku?” balas Alvin merasa familiar dengan wajah yang ada di depannya.

”Saya bosnya yang waktu itu datang ke sini,” ucap Malik.

”Oh iya saya ingat yang bawa anak itu ya?” tebak Alvin.

”Silakan masuk Pak, kakak saya sedang sakit jadi gak masuk kerja sebentar saya panggilkan dia.” Alvin segera ke kamar Hana memberitahukan padanya jika bosnya datang menjenguknya.

”Kak, ada tamu,” ucap Alvin.

”Siapa?” tanya Hana mencoba bangkit dari tidurnya.

”Bosmu.”

”Bos?”

”Iya, cepetan buruan bangun!”

Dengan perlahan Hana bangkit merapikan jilbabnya dan keluar menemui Malik.

”Pak Malik, kenapa bapak bisa datang ke sini?” tanya Hana.

”Tentu saja bisa bukankah saya tahu alamat rumahmu dan beberapa kali pernah ke sini,” balas Malik.

”Bukan begitu maksudnya Pak Malik, kenapa bapak pakai datang ke sini memangnya di kantor gak ada kerjaan sehingga ada waktu jalan-jalan kemari?”

”Saya khawatir mendengar kamu gak masuk kantor karena sakit, jadi saya langsung ke sini,” ungkap Malik.

”Aduh jadi gak enak, saya hanya sakit biasa Pak nanti minum obat juga sembuh.”

”Kamu sakit apa? Wajahmu terlihat pucat sekali?” tanya Malik.

”Kakak saya telat makan Pak, jadi penyakitnya kambuh,” seru Alvin keluar membawa air minum untuk Malik.

”Kamu punya penyakit maag?” tanya Malik.

”Benar Pak, malah udah akut sih,” sahut Alvin.

”Vin,” panggil Hana.

”Apa Kak,” sahut Alvin.

”Udah sana masuk, nyerobot aja!” ucap Hana.

Alvin hanya meringis mendengar perkataan Hana.

”Jadi kemarin sabtu kita telat makan, jadi bikin sakit kamu kambuh. Maaf, saya gak tahu kalau kamu punya penyakit maag.”

”Gak apa Pak, memang belakangan ini saya sudah gak teratur makan jadinya ya begini.”

”Jangan-jangan kepikiran mantan ya jadi gak bisa makan dengan baik.”

Hana jadi terkekeh mendengar perkataan Malik yang terdengar seakan sedang mengejeknya.

”Buat apa mikirin yang gak penting Pak, hidup harus terus berjalan lagian belum tentu orang yang kita pikirkan memikirkan kita, rugi dong nantinya.”

”Kamu memang benar, tadi saya juga dapat kabar kamu gak masuk dari Faris waktu ngecek data karyawan baru saya pikir mau minta pendapatnya eh malah kamu lagi sakit jadi langsung aja ke sini tanpa mikir apapun,” seru Malik tanpa sadar mengucapkan serangkaian kalimat tersebut.

”Oh, soal itu memang pihak HRD yang sengaja memberikannya pada Pak Malik atas dasar saran dari saya karena saya juga tidak mau terlibat kesalahan yang sama soalnya dulu Pak Eric masuk atas rekomendasi dari saya kebetulan waktu itu dia sedang nganggur jadi bantu dia cari kerjaan di perusahaan bapak, maaf bukan maksud saya mau ... ”

”Iya saya ngerti.”

”Ponselnya bergetar Pak Malik,” ucap Hana menunjuk ke ponsel yang tergelatak di meja.

”Oh iya sebentar saya angkat dulu.”

”Hallo Assalamualaikum, ada apa Sayang?”

”Waalaikumussalam, papa di mana sekarang?”

”Papa sedang di rumahnya mama Hana, mama sedang sakit Sayang.”

”Mama sakit apa Pa? Kok Emil gak diajak jenguk kenapa papa pergi sendirian ke sana?”

”Papa juga baru tahu tadi di kantor terus langsung ke sini. Apa kau mau bicara sama mama?”

”Iya tolong kasihkan padanya Pa.”

Malik mengganti mode panggilannya menjadi video call dan menyerahkan ponselnya pada Hana.

”Assalamu’alaikum, bagaimana kabarmu hari ini?”

”Waalaikumussalam, Emil baik bagaimana dengan mama?”

”Mama juga baik kau lihat kan?”

”Mama sakit kan? Emil boleh ke rumah mama gak?”

”Besok saja ya jika mama sudah sembuh, kalau Emil ke sini sekarang mama gak bisa ajak Emil main.”

”Yah padahal Emil mau jenguk mama.”

”Besok saja Sayang, kalau mama sehat Emil bisa ke sini nanti mama bikinkan cookies bagaimana?”

”Siap Ma.”

Hana kembali menyerahkan ponselnya pada Malik karena merasa tubuhnya semakin lemas dan kembali pusing.

”Papa tutup dulu ya Sayang, nanti sambung lagi jika sudah di rumah ingat jangan merepotkan Bik Surti lagi.”

”Baik Pa, Assalamualaikum.”

”Waalaikumussalam.”

Bip.

”Kau tidak apa-apa kan?” tanya Malik khawatir melihat keadaan Hana.

”Tidak apa hanya sedikit lelah saja.”

”Apa perlu kita ke rumah sakit?”

Hana menggelengkan kepala.

”Baiklah kalau begitu lebih baik kau istirahat saja, saya balik ke kantor. Semoga cepat sembuh. Assalamualaikum.”

”Waalaikumussalam.”

***

”Kenapa Bang sejak tadi bolak-balik balik kayak setrikaan aja,” seru Faris.

”Hana sakit maag, ternyata kemarin sabtu aku lupa mengajaknya makan siang lebih dulu.”

”Nah kan? Sekarang bagaimana keadaannya?” tanya Faris.

”Sudah lebih baik katanya tapi tadi nampak pucat gitu,” jawab Malik.

”Makanya kalau ajak orang itu tanyain apakah dia kelaparan atau tidak, asyik main gak perhatikan kesehatan ujung-ujungnya malah begini.”

”Tapi bukankah sakit maag faktornya bukan hanya telat makan aja ya,” ujar Malik.

”Ntar pulang kantor ajak Emil ke sana jenguk lagi bawain obat-obatan herbal atau apa gitu, jangan lupa bunga sak kebon!” tawar Faris.

”Gak bisa aku gak mau kalau kedatangan Emil ke sana justru malah semakin memperburuk keadaan karena Hana masih terlihat lemas,” ungkap Malik.

”Ya sudah bagaimana baiknya saja.”

Malik tampak berpikir keras, ada rasa aneh menyelusup dalam hatinya melihat Hana sakit rasanya dia tidak tega melihat gadis itu menderita.

”Bang,” panggil Faris.

”Apakah kau mulai menyukainya?” tanya Faris.

”Kamu ini ngomong apa sih, mana mungkin aku menyukainya dia itu sama saja dengan Sabrina malah bisa jadi di bawah Sabrina masih terlihat muda tidak cocok untukku,” kilah Malik.

”Yang benar Bang, bukankah jodoh itu gak pandang umur mau tua apa muda dan lagi jaraknya juga gak terpaut jauh kan? Misalkan Abang tiga puluh dia paling baru dua lima tahun,” papar Faris.

”Sok tahu!”

”Eh emang benar itu, Abang berani taruhan berapa? jika umurnya baru segitu Abang harus bayar gajiku triple bulan ini ya bagaimana?”

”Gak mau memangnya apaan juga buat taruhan kayak gak punya iman aja main taruhan kayak judi.”

”Lagian Abang dibilangin kagak percaya sih,” protes Faris.

”Memangnya dia tinggal sama siapa di rumah?”

”Adiknya, mamanya lagi pulang ke Jogjakarta usut diusut adiknya itu adik tiri satu ibu beda bapak.”

”Ya ampun Bang, kau sampai tahu detail semuanya apakah kau menyelediki dirinya diam-diam?” ejek Faris.

”Tidak ada hanya kebetulan saja tempo hari Eric cerita tentang dia tapi aku gak percaya sepenuhnya sih sebelum aku melihatnya secara langsung dan lagi nyatanya Hana tidak seperti yang dikatakan oleh Eric.”

”Memangnya Eric bilang apa aja tentang Hana?”

”Mau tahu atau mau tahu banget! Kok sekarang jadi kamu yang kepo!”

Faris meringis mendengar ucapan Malik.

”Aku harus bagaimana ya?” gumam Malik.

Terpopuler

Comments

Wirda Wati

Wirda Wati

😂😂😂

2023-06-10

0

Yani

Yani

Faris kepo sama sama Sabrina 😂😂

2023-06-02

1

Devi Sihotang Sihotang

Devi Sihotang Sihotang

haha...haha... paris kepo,

2023-05-31

0

lihat semua
Episodes
1 1. Pembatalan pernikahan
2 2. Emil membuat kesal
3 3. Kejutan
4 4. Perhatian Hana
5 5. Permintaan Emil
6 6. Menikahlah!
7 7. Dia Manager
8 8. Emil Minta Pulang
9 9. Bersabarlah Hati
10 10. Dihibur, Menghibur?
11 11. Hanya Atasan dan Bawahan
12 12. Satu Keinginan
13 13. Semakin Kagum
14 14. Kekhawatiran Malik
15 15. Dijodohkan?
16 16. Keributan
17 17. Pilihan
18 18. Malik Mengambil Langkah
19 19. Dia Mamaku
20 20. Mencoba Buka Hati
21 21. Setuju atau Tidak
22 22. I'm Falling Love with Her
23 23. Persaingan Dimulai
24 24. Perdebatan
25 25. Jogjakarta Aku Datang
26 26. Panggil Saya ’Abang’
27 27. Mencuri Kesempatan
28 28. Kau Masih Mencintaiku kan?
29 29. Baju Dinas
30 30. Mantan Mertua Cemburu
31 31. Tidak Dapat Menahannya
32 32. Kejadian di Kantor
33 33. Ketegasan Malik
34 34. Kedatangan Lani
35 35. Pertemuan Dua Keluarga
36 36. Dunia Memang Sempit
37 37. Tidak Membandingkan
38 38. Doa Orang Tua
39 39. Puasa Dulu
40 40. Penyakit Emil
41 41. Jadilah Penurut
42 42. Menyembunyikan
43 43. Ekstra Perhatian
44 44. Diam-diam Membantu (1)
45 45. Diam-diam Membantu (2)
46 46. Bakso Dari Mantan
47 47. Go Singapore
48 48. Hana Hamil
49 49. Malik ikut Ngidam
50 50. Saling Menolong
51 51. Kedatangan Mantan Papa Mertua
52 52. Kepulangan Emil
53 53. Plus-plus
54 54. Malik Butuh Bantuan
55 55. Kabar Kabur
56 56. Kandidat Baru
57 57. Emil Sekolah
58 58. Bergosip!
59 59. Penyesalan Berlanjut
60 60. Pengakuan Alvin
61 61. Curhatan Emil
62 62. Accident
63 63. Menunggu Kabar
64 64. Emil Makin Cerdas
65 65. Surprise
66 66. Malik Belanja Online
67 67. Membuat Kamar Baby
68 68. Kondangan
69 69. Candaan Malik
70 70. Dipertemukan Lagi
71 71. Ajakan Dinner
72 72. Hana Melahirkan
73 73. Emil Merengek
74 74. Sebuah Nama
75 75. Nunggu Giliran?
76 76. Kecemburuan Emil
77 77. Namanya Aydan
78 78. Belajar Pengertian
79 79. Kekhawatiran Seorang Ibu
80 80. Tolong Nasehatin Bang!
81 81. Nasehat Bang Malik
82 Apa Yang Terjadi?
83 83. Jodoh Untuk Adik
84 84. Terpaksa Bertemu
85 85. Banyak Gaya Makin Pusing
86 Berita Hangat
87 87. Sebuah Penjelasan
88 Teguran untuk Alvin
89 Mencari Solusi
90 90. Kata Maaf
91 91. Keluhan Emil
92 92. Kekhawatiran Istri
93 93. Mengejar Sesuatu
94 94. Malik Kembali
95 95. Kesalnya Malik
96 96. Saling Curiga?
97 97. Mengubah Keadaan
98 98. Semua itu Takdir
99 99. Memiliki Keponakan
100 100. Hana Tegas
101 101. Rengekan Alvin
102 102. Masih Tetap Sama
103 103. Hana Ikut Bingung
104 104. Perhatian Kecil
105 105. Hana Marah
106 106. Masih Marah?
107 107. Alvin Melamar
108 108. Pernikahan Alvin
109 109. Malik Double Jengkel
110 110. Itung-itung Sedekah (1)
111 111. Itung-itung Sedekah (2)
112 112. Titik Temu
113 113. Istighfar
114 114. Kepergian Aisha
115 115. Jodoh Itu Rahasia-Nya
116 116. Keinginan Hana
117 117. Kabar Terbaru
118 118. Karena Bakso
119 119. Emil Jatuh
120 120. Kesal dalam Diam
121 121. Memberi Hukuman
122 122. Menjadi Wanita Cerdas
123 123. Datang dan Pergi
124 124. Kekhawatiran Malik
125 125. Problematika Malik
126 126. Harus Berani Jujur
127 127. Kata Maaf
128 128. Kecelakaan
129 129. Tertangkap
130 130. Semua Jelas
131 131. Rencana Liburan
132 132. Akhir Dari Cerita
Episodes

Updated 132 Episodes

1
1. Pembatalan pernikahan
2
2. Emil membuat kesal
3
3. Kejutan
4
4. Perhatian Hana
5
5. Permintaan Emil
6
6. Menikahlah!
7
7. Dia Manager
8
8. Emil Minta Pulang
9
9. Bersabarlah Hati
10
10. Dihibur, Menghibur?
11
11. Hanya Atasan dan Bawahan
12
12. Satu Keinginan
13
13. Semakin Kagum
14
14. Kekhawatiran Malik
15
15. Dijodohkan?
16
16. Keributan
17
17. Pilihan
18
18. Malik Mengambil Langkah
19
19. Dia Mamaku
20
20. Mencoba Buka Hati
21
21. Setuju atau Tidak
22
22. I'm Falling Love with Her
23
23. Persaingan Dimulai
24
24. Perdebatan
25
25. Jogjakarta Aku Datang
26
26. Panggil Saya ’Abang’
27
27. Mencuri Kesempatan
28
28. Kau Masih Mencintaiku kan?
29
29. Baju Dinas
30
30. Mantan Mertua Cemburu
31
31. Tidak Dapat Menahannya
32
32. Kejadian di Kantor
33
33. Ketegasan Malik
34
34. Kedatangan Lani
35
35. Pertemuan Dua Keluarga
36
36. Dunia Memang Sempit
37
37. Tidak Membandingkan
38
38. Doa Orang Tua
39
39. Puasa Dulu
40
40. Penyakit Emil
41
41. Jadilah Penurut
42
42. Menyembunyikan
43
43. Ekstra Perhatian
44
44. Diam-diam Membantu (1)
45
45. Diam-diam Membantu (2)
46
46. Bakso Dari Mantan
47
47. Go Singapore
48
48. Hana Hamil
49
49. Malik ikut Ngidam
50
50. Saling Menolong
51
51. Kedatangan Mantan Papa Mertua
52
52. Kepulangan Emil
53
53. Plus-plus
54
54. Malik Butuh Bantuan
55
55. Kabar Kabur
56
56. Kandidat Baru
57
57. Emil Sekolah
58
58. Bergosip!
59
59. Penyesalan Berlanjut
60
60. Pengakuan Alvin
61
61. Curhatan Emil
62
62. Accident
63
63. Menunggu Kabar
64
64. Emil Makin Cerdas
65
65. Surprise
66
66. Malik Belanja Online
67
67. Membuat Kamar Baby
68
68. Kondangan
69
69. Candaan Malik
70
70. Dipertemukan Lagi
71
71. Ajakan Dinner
72
72. Hana Melahirkan
73
73. Emil Merengek
74
74. Sebuah Nama
75
75. Nunggu Giliran?
76
76. Kecemburuan Emil
77
77. Namanya Aydan
78
78. Belajar Pengertian
79
79. Kekhawatiran Seorang Ibu
80
80. Tolong Nasehatin Bang!
81
81. Nasehat Bang Malik
82
Apa Yang Terjadi?
83
83. Jodoh Untuk Adik
84
84. Terpaksa Bertemu
85
85. Banyak Gaya Makin Pusing
86
Berita Hangat
87
87. Sebuah Penjelasan
88
Teguran untuk Alvin
89
Mencari Solusi
90
90. Kata Maaf
91
91. Keluhan Emil
92
92. Kekhawatiran Istri
93
93. Mengejar Sesuatu
94
94. Malik Kembali
95
95. Kesalnya Malik
96
96. Saling Curiga?
97
97. Mengubah Keadaan
98
98. Semua itu Takdir
99
99. Memiliki Keponakan
100
100. Hana Tegas
101
101. Rengekan Alvin
102
102. Masih Tetap Sama
103
103. Hana Ikut Bingung
104
104. Perhatian Kecil
105
105. Hana Marah
106
106. Masih Marah?
107
107. Alvin Melamar
108
108. Pernikahan Alvin
109
109. Malik Double Jengkel
110
110. Itung-itung Sedekah (1)
111
111. Itung-itung Sedekah (2)
112
112. Titik Temu
113
113. Istighfar
114
114. Kepergian Aisha
115
115. Jodoh Itu Rahasia-Nya
116
116. Keinginan Hana
117
117. Kabar Terbaru
118
118. Karena Bakso
119
119. Emil Jatuh
120
120. Kesal dalam Diam
121
121. Memberi Hukuman
122
122. Menjadi Wanita Cerdas
123
123. Datang dan Pergi
124
124. Kekhawatiran Malik
125
125. Problematika Malik
126
126. Harus Berani Jujur
127
127. Kata Maaf
128
128. Kecelakaan
129
129. Tertangkap
130
130. Semua Jelas
131
131. Rencana Liburan
132
132. Akhir Dari Cerita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!