”Darimana saja kamu?” tanya Indah ketika berpapasan dengannya.
”Itu anaknya si Bos, duh bikin pusing kepala,” keluh Hana.
”Kenapa?” Indah mengernyitkan alisnya.
”Masa tiba-tiba dia panggil aku ’mama’ bikin orang jantungan aja,” ucap Hana.
Indah membulatkan kedua matanya mendengar pernyataan sahabatnya itu. ”Tunggu-tunggu, jangan-jangan dia itu suka sama kamu,” tebak Indah.
”Ah kamu bicara apa?”
”Insting seorang wanita Hana, lagipula dia kan memang tidak pernah mengenal mamanya sejak dia lahir, istri Presdir meninggal setelah melahirkan putranya itu yang aku dengar.”
”Kamu kok tahu banget soal itu?”
”Aku juga dengar lewat angin sih, gak tahu itu valid atau gak?”
”Ya ampun, kamu masih aja percaya gosip, ayo kerja nanti kena SP kalau kerjaannya hanya ghibahin atasan,” ucap Hana.
”Ah mana mungkin, gosip itu digosok makin sip!”
Hana dan Indah pun terkekeh bersama.
Waktu hampir mendekati jam istirahat Hana masih disibukkan dengan pekerjaannya apalagi dia harus menyelidiki kasus penggelapan dana yang terjadi di bagian produksi dia berpikir apakah Eric juga terlibat di dalamnya karena dia menjabat sebagai kepala bagian produksi.
”Apa keuangannya kritis sehingga dia melakukan hal itu tapi buat apa, selama denganku aku tidak pernah menuntut apapun dan keluarganya juga tidak pernah kekurangan apapun,” gumam Hana.
Tok ... tok ... tok ...
”Eh Pak Basuki ada apa Pak?” tanya Hana melihat Pak Basuki mantan atasannya datang ke ruangannya.
”Ada panggilan dari bos kecil, dia merengek meminta Anda untuk segera datang ke ruangan Presdir,” jawab Pak Basuki.
Hana melihat jam tangannya dan terkejut karena waktunya istirahat dan dia sudah berjanji akan mengajak Emil makan siang di luar. ”Astaghfirullah, iya sebentar Pak saya bereskan ini dulu nanti segera ke sana.”
”Baik.”
Hana segera membereskan pekerjaannya dan menata mejanya.
Dengan terburu buru Hana ke ruangan Presdir membuat karyawan lain yang melihatnya keheranan dan bertanya-tanya apa yang terjadi karena tidak biasanya dia seperti itu.
”Ada apa?”
”Tahu, semoga dia gak dipecat soalnya mantan calon suaminya itu dicurigai korupsi bisa jadi dia dijadikan saksi,” ucap yang lain.
Hana mengabaikan perkataan karyawan lain yang sedang bergunjing tentangnya. Begitu di depan pintu ruangan tersebut Hana menetralkan degup jantungnya lebih dulu baru mengetuknya.
Tok ... tok ... tok ...
”Masuk!”
”Maaf Pak, saya ...”
”Mmama ...!” teriak bocah cilik berusia hampir lima tahun itu memanggil Hana dengan perasaan bahagia.
”Ayo kita pergi makan siang bersama, aku menagih janjimu!” serunya.
”Pak Presdir,” ucap Hana.
”Pergilah, saya masih ada kerjaan.”
”Ayo Ma, papa udah kasih ijin!” ucap Emil menarik-narik baju Hana.
”Baiklah ayo kita pergi tapi sebelumnya pamitan dulu sama papamu,” ucap Hana.
”Harus ya Ma?” tanya Emil.
”Tentu saja Sayang, ayo berpamitan dulu baru kita berangkat.”
Emil pun berlari ke arah Malik.
”Pa, Emil keluar dulu ya sebentar,” ucap Emil membuat Malik sedikit tercubit karena selama ini dia tidak mengajarkan hal itu padanya dan bahkan lebih membiarkan putranya melakukan hal yang dia mau.
”Hati-hati Sayang, ingat jangan merepotkan mama mengerti!”
”Siap Pa, terima kasih Emil pergi sekarang. Assalamualaikum.”
”Waalaikumussalam.”
”Apa Pak Malik mau pesan makan siangnya juga? Nanti saya bawakan,” tanya Hana.
”Tidak perlu terima kasih,” jawab Malik.
Emil pun pergi bersama dengan Hana.
Sepanjang perjalanan anak itu sangat bahagia itu yang dilihat oleh Hana, ”Kamu mau makan apa Sayang?”
”Apapun kalau mama yang pilihkan Emil mau kok,” serunya dengan senyum manisnya.
”Baiklah, ayo kita ke sana!” tunjuk Hana pada gerai yang tidak terlalu ramai.
”Kamu suka ikan?” tanya Hana.
”Wah sepertinya enak ya Ma?” seru Emil namun sedetik kemudian wajahnya berubah masam dan Hana langsung menyadarinya.
”Kenapa, jika tidak suka bilang saja,” tanya Hana.
”Makan ikan merepotkan Ma, terlalu banyak duri Emil gak bisa makan ikan.”
Hana menggelengkan kepala, ”Jangan khawatir ini gak ada durinya kok nanti mama suapi bagaimana?”
”Hore,” ucapnya dengan mimik wajah yang kembali bahagia.
***
”Pak Malik sepertinya Emil merasa nyaman dengan Bu Hana,” ucap Faris pada bosnya tersebut.
”Iya saya tahu itu, biarkan saja yang penting tidak mengganggu pekerjaan Bu Hana karena saya sendiri merasa gak enak jika harus merepotkan dirinya.”
”Bu Hana sendiri juga cantik, apa Pak Malik tidak tertarik?” tanya Faris.
”Astaga jangan kurang ajar kau Faris, apa kau mau aku pecat?” balas Malik.
”Tidak apa kalau pengganti saya nanti adalah Bu Hana,” ujar Faris terkekeh.
”Lagian dia juga sedang jomlo setelah kegagalannya dengan dengan calon suaminya itu, Pak Malik tahu jika mantannya itu adalah kepala bagian produksi kalau saya pikir saya gak yakin jika dia mampu menangani kasus ini jangan-jangan dia cinta mati sama Eric.”
”Maksudmu mantan dia bernama Eric yang hari ini tidak hadir itu?” tanya Malik.
”Benar saya dengar mereka sedang honeymoon ke Bali.”
Malik mengangguk mendengar penjelasan dari Faris.
”Papa ...!” teriak Emil.
Malik menghentikan kegiatannya dan langsung menghambur ke pelukan putranya.
”Pa, aku sama mama makan ikan, lalu mama menyuapiku,” ucap Emil.
”Oh iya, apa kamu bahagia?” tanya Malik.
”Tentu saja Pa, mama orangnya baik Emil sayang sama mama.”
”Makasih karena telah mengajak putraku makan siang karena biasanya dia akan kesulitan makan apalagi dengan ikan,” ucap Malik pada Hana.
”Tidak masalah Pak, saya akan senang jika dia juga senang. Emil kamu janji apa sama mama?” tanya Hana.
”Jadi anak yang nurut habis makan istirahat siang,” balas Emil.
”Good boy, sekarang istirahatlah tidur dua jam sangat baik buat pertumbuhanmu mengerti!”
”Siap mamaku yang cantik,” puji Emil.
”Ini Pak tolong diterima,” ucap Hana mengulurkan box makan pada Malik.
”Apa ini bukankah saya sudah bilang tidak pesan,” ucap Malik.
”Ya, saya tahu tadi Emil bilang kalau Pak Malik seorang yang pekerja keras kadang sampai lupa makan jadi saya pikir bapak butuh ini bisa dimakan pas senggang di sela kerjaan, jangan sampai Bapak sakit maag karena penyakit itu lumayan buat orang menderita,” papar Hana.
”Kalau begitu saya permisi ke ruangan saya Pak Malik,” ucap Hana.
”Tunggu, berapa yang dia habiskan tadi?” tanya Malik.
”Tidak perlu karena saya ikhlas memberikannya, justru saya yang harus bayar ongkos semalam dan saya masih berhutang untuk itu. Saya permisi. Assalamualaikum.”
”Waalaikumussalam.”
Hana pergi meninggalkan ruangan Malik.
”Apa tadi dia bilang, semalam Pak Malik antar dia?” tanya Faris.
”Iya, dia lembur dan gak ada angkutan beruntung semalam aku di sini ngobrol sama Pak Deddy sekuriti yang shif malam, kenapa?”
”Cie ... cie ... cie ... ternyata sudah permulaan yang baik, yakin gak tertarik dia sholehah kau dengar kan tadi pakai salam segala jarang-jarang sekarang ada yang masih begitu paling banter ’sampai jumpa, see you’ benar gak?” ucap Faris.
”Kalian ngomongin apa sih, Emil gak faham sama sekali,” ucap Emil.
”Ya bos kecil, kami sedang membicarakan mama Hana bagaimana apa Emil suka dengan mama Hana?” tanya Faris.
”Mama Hana itu punya Emil bukan punya papa, iya kan Pa? Emil suka kok sama mama Hana apalagi dia nyuapin Emil pelan-pelan jadi Emil nyaman, mama Hana juga bilang Emil boleh main jika Emil kangen.”
Faris tertawa renyah begitu mendengar penuturan Emil. ”Wah ternyata kau kalah cepat dengan putramu Pak Malik,” seru Faris.
Malik diam namun kedua matanya melotot ke arah Faris membuatnya menghentikan tawanya.
”Sudah sana lanjut kerja saja.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Dwi apri
waduh alamat jadi rebutan bpk anak ni si hana🤣🤣🤣🤣
2023-07-15
0
Wirda Wati
😂😂😂😂
2023-06-09
0
Yani
Belum aja ntar juga jatuh cinta .
2023-06-01
1