”Kenapa kau terburu-buru begitu Hana?”
”Hana ada rapat di kantor Ma,” ucap Hana.
”Ingat harus sarapan jangan sampai telat nanti penyakit maag kamu kambuh!”
”Siap Ma, Hana pergi dulu. Assalamualaikum.”
”Waalaikumussalam.” Rita menggeleng cepat melihat sikap Hana yang sejak dulu tidak berubah meskipun sebenarnya hatinya tengah terluka.
Hana bergegas mencari taxi dan langsung meluncur ke kantor hari ini adalah pertemuan pertamanya dengan Presdir baru, Hana sudah bekerja di perusahaan tersebut sejak dua tahun yang lalu dan hari ini adalah hari pertama dia akan bertatap muka langsung dengannya karena selama ini yang menjadi pimpinan adalah pak Basuki.
Hana tergesa-gesa masuk ke ruangannya dan segera mengambil file yang telah dia susun sejak kemarin sore.
”Hana kau tahu Presdir kita adalah seorang cogan yang berstatus duren,” ungkap Indah.
”Benarkah?”
”Benar, jika kau tidak percaya kau akan membuktikannya hari ini sayangnya dia memiliki seorang putra tapi putranya tak kalah tampan dengan bapaknya,” ucap Indah.
”Hum, kalau soal cogan aja kau paling banyak tahu.”
”Ya harus up to date sih biar gak dibilang cupu,” sahut Indah kembali terkekeh.
Semua pasang mata tertuju pada seseorang yang masuk ke ruang meeting.
”Selamat pagi, apakah kalian sudah siap?”
”Kau ...?”
Malik tersenyum melihat Hana yang terkejut dengan kehadirannya.
”Iya ada apa?”
” ...?”
”Anda pimpinan di sini?” tanya Hana.
”Benar.”
”Baiklah mohon perhatiannya sejenak ini adalah Pak Malik Presdir kita yang selama ini tidak pernah ke kantor tapi selalu mengawasi kerja kita,” ucap Faris asisten Pak Basuki yang merupakan orang kepercayaan Pak Malik.
”Silakan Pak.” Faris mempersilakan Malik untuk memberikan sambutan pada pegawainya.
Meeting berjalan cukup lama karena banyaknya laporan soal pembengkakan dana produksi yang dilakukan oleh bagian produksi.
”Kenapa bisa kau tidak mengetahuinya Hana, apakah kau tidak mengawasi kinerja bawahanmu itu?” tegur Malik.
”Ma-maaf Pak, saya yang akan mengatasinya nanti,” ucap Hana.
”Kau yakin?” ucap Malik memastikan perkataan Hana.
”InsyaAllah, saya akan mengecek siapa saja yang terlibat dalam masalah ini.”
”Baik, saya percayakan hal ini padamu.”
”Maaf Pak Malik, Emil sedang mengamuk di ruangan bapak karena tidak diijinkan keluar ruangan oleh Pak Basuki,” ucap Faris memberitahukan atasannya itu.
”Astaga anak itu, padahal dari rumah dia berjanji akan menurut padaku,” ucap Malik.
”Hana tolong kau handle semuanya dan segera laporkan padaku jika terjadi sesuatu mengerti!”
”Baik Pak saya faham.”
Malik segera pergi meninggalkan ruangan tersebut segera menuju ruangannya sebelum Emil membuat ruangannya seperti kapal pecah.
Pintu ruangannya terbuka lebar Emil langsung berlari ke arah Malik. ”Papa jahat kenapa tidak mengijinkan aku bermain keluar, Emil bosan berada di dalam ruangan terus!” keluh Emil.
”Maafkan papa Sayang, bukankah papa sudah bilang sebelumnya jika ikut ke kantor maka tidak boleh membuat keributan apakah kau mau papa kirimkan lagi ke rumah Oma?” ucap Malik.
”Tidak mau, di rumah Oma tidak ada teman Tante Sabrina sibuk dengan pekerjaannya tidak ada waktu buat bermain denganku,” sambungnya.
”Mama,” teriak Emil berlari keluar dan memeluk Hana membuat wanita itu tercengang dengan yang baru saja didengarnya.
Sama halnya dengan Malik dan Pak Basuki. Malik memijat pelipisnya sendiri menahan pusing yang tiba-tiba menyerangnya.
”Mama? Kamu salah Sayang, aku bukan mama kamu,” ucap Hana.
”Tidak kau pasti mamaku karena aku sama sekali tidak mengenal wajah mamaku, tapi aku rasa wajahnya cantik seperti dirimu dan kau adalah mamaku yang sedang aku cari selama ini.”
”Tolong jangan didengarkan perkataannya Hana, dia memang seperti itu karena rasa rindunya pada mama kandungnya,” jelas Malik.
”Mama sebaiknya kita masuk dan bermain di dalam ruangan papa mau ya? Ayolah aku sudah lama tidak bermain denganmu, apakah kau tidak merindukanku?” rengek Emil.
Hana menatap ke arah Malik. ”Masuklah! Maaf merepotkan dirimu,” ucap Malik.
Emil pun berhasil menarik Hana ke ruangan Malik dan duduk di sofa.
”Boleh tahu siapa namanya sepertinya kita belum berkenalan?” tanya Hana.
”Namaku Emil, mama siapa namanya?”
Hana tersenyum mendengarnya, ”Nama Tante Hana, kau boleh memanggil tante dengan sebutan Tante Hana bagaimana?”
Emil tampak cemberut tidak terima dengan permintaan Hana. ”Kenapa Sayang? Kok cemberut?”
”Aku hanya mau memanggilmu dengan sebutan mama bukan tante!”
Hana terdiam mendengar penuturan Emil. ”Baiklah kalau begitu lakukanlah yang kau suka tapi ... ”
”Tapi apa Ma?” tanya Emil.
”Harus nurut sama mama, apakah kau bersedia?” ucap Hana.
”Baiklah asalkan aku bisa bersama dengan mama tidak masalah buatku.”
”Good boy, kalau begitu ijinkan mama melanjutkan tugas mama lebih dulu nanti jam istirahat mama akan ke sini dan mengajakmu makan siang apakah kau bersedia makan siang bareng mama?”
Emil tampak berpikir keras. ”Kau tidak bohong kan?”
”Tentu saja tidak, katakan pada mama kau ingin makan apa?” tanya Hana.
Emil melirik ke arah Malik yang sedang sibuk memeriksa berkas di meja.
”Bagaimana kalau kita makan chicken nugget dengan saus tomat atau makanan Jepang, bagaimana?”
”MasyaAllah, kok makanannya seperti itu. Emil gak suka sayuran?”
Emil menggelengkan kepalanya, ”Suka sih tapi karena gak ada yang masakin jadi Emil lebih suka makanan instan.”
”Emil,” tegur Malik dirinya hanya berpura-pura sibuk padahal dia mendengarkan semua pembicaraan mereka berdua.
”Ish, papa emang gitu.”
”Bagaimana kalau kapan-kapan mama masakin sayuran buat Emil?”
”Mau banget Ma, beneran kan?”
”Tentu saja, kalau begitu mama ke ruangan mama dulu ya karena ada sesuatu yang harus mama urus lebih dulu nanti mama balik ke sini buat makan siang bersama bagaimana?”
”Deal!”
”Maaf Pak Malik, saya ke luar dulu.”
”Baiklah maafkan dia yang mengganggu waktumu,” ucap Malik.
”Tidak masalah, saya permisi dulu.”
Hana pun keluar dari ruangan Malik.
Malik menatap putranya tak percaya dengan apa yang baru saja dia lakukan dengan Hana biasanya putranya akan menutup diri dari wanita bahkan ketika di rumah mamanya dia hanya bersama dengan adiknya Sabrina.
Hana seperti memiliki magnet tersendiri yang menarik dirinya maupun putranya Emil.
”Kenapa papa menatapku seperti itu,” tanya Emil.
”Tidak bisakah kau membatalkan semuanya, kau tahu dia adalah pegawai papa di kantor ini bagaimana bisa kau menyebutnya dengan panggilan mama?”
”Papa aku hanya ingin memiliki seorang mama apakah aku salah?”
Deg.
Malik terdiam mendengar perkataan Emil, ”Tidak ada yang salah Sayang, hanya saja dia adalah orang lain bahkan papa saja tidak mengenalnya dengan baik,” jelas Malik.
”Lalu apakah kau akan membiarkan waktuku terbuang dengan sia-sia?”
”Emil tolong jangan bahas itu lagi papa tidak suka!”
Emil langsung memberengut kesal mendengar perkataan Malik. ”Papa jahat, papa tidak sayang dengan Emil,” ucapnya dalam isak tangisnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Firli Khalifah
sebenarnya Emil itu umur brapa kok gak di tulis
2024-10-24
0
Faris Setyawan Fais
bahasa emil di Ubah Thor, gak cocok bicara sama yang tua pakai kau, itu sih kalau author mau nerima pendapat
2023-07-23
0
Yani
Emil usia berapa?
2023-06-01
3