Dalang dari semua ini muncul

Muncul seseorang dari kegelapan. Ia mengenakan pakaian serba hitam dengan tudung kapala. Pakaiannya sama seperti orang yang Lita lihat di ruangan waktu itu. Yang membuat mereka terkejut adalah ketika orang yang memakai pakaian serba hitam itu membuka tudung kepalanya. Dia adalah Mirs. Scott, sang kepalah sekolah.

"Salam anak muridku," kata Mrs. Scott sambil tersenyum.

"Apa yang kau inginkan dari kami?!!" bentak Miss. Sherlly.

"Aku hampir lupa. Salam wakil kepalah sekolah."

Mrs. Scott berjalan mendekati Miss. Sherlly lalu menempelkan pisau lipat ke pipi mulus Miss. Sherlly dan membuat sayatan panjang di sana.

"Aww!!" teriak Miss. Sherlly begitu pisau itu menggores pipinya.

Darah mengalir dan bahkan sampai menetes. Lita yang melihatnya saja merasa perih apalagi Miss. Sherlly yang merasakannya. Tak berselang lama muncul lagi seseorang dari belakang Mrs. Scott. Dia mirip sekali dengan Edi tapi ada sedikit perbedaan yang familiar.

"Simon!" teriak Lita lantang ketika ia ingat siapa dia.

Semua orang tersentak kaget mendengar apa yang Lita kata, kecuali Mrs. Scott dan Simon. Mereka semua menoleh padanya.

"Iya, sayang. Ini aku," kata Simon sambil tersenyum.

"Syalita, bukannya kau bilang Simon sudah..."

"Tentu saja dia sudah meninggal," kata-kata Amy seketika Lita potong. "Dia hanya arwah yang diselimuti ilmu hitam. Kenapa aku tidak menyadarinya sendari tadi. Aku sungguh tidak percaya apa yang telah kau lakukan ini, Simon!" Lita berusaha menahan air matanya tapi tak bisa. "Aku benci padamu!"

"Apa ada yang kami lewatkan?" tanya Tria pada dirinya sendiri.

"Kau tidak memberi tahu mereka, sayang?" Simon mengelus pipi Lita dengan tangannya yang dingin. Lita memalingkan muka saat pandangan mereka bertemu.

"Apa-apa ini Syalita! Apa lagi yang kau sembunyikan?!!" Luxia akhirnya bicara juga tapi nada bicaranya tidak berubah.

Lita mulai merasa percakapan ini cuman antara dirinya, Simon dan Mrs. Scott saja. Sedangkan yang lain seperti tidak ada.

"Apa dia orangnya, anakku?" kata Mrs. Scott menunjuk ke arah Lita.

"Anak? Maksudnya dia ibumu?" kata Lita lagi-lagi terkejut.

"Tentu saja dia anakku," Mrs. Scott menepuk bahu Simon. "Apa kita sudah bisa mulai nak?"

Simon menganguk. Mirs. Scott berjalan mendekati Miss. Sherlly lalu menariknya ke tengah-tengah lingkaran sihir yang sudah di gambar sebelumnya.

"Hei! Apa yang kau lakukan?!!" bentak Miss. Sherlly sambil meronta-ronta.

Mrs. Scott tidak memperdulikan teriakan Miss. Sherlly. Setelah berhasil menarik mangan ya, ia mulai bersiap-siap untuk menancapkan pisau ke dada Miss. Sherlly

"Jangan!!" teriakan melengking tepat itu berasal dari belakang Lita. Suara yang diiringi dengan isak tangis. "Jangan bunuh kakakku!"

"Oh... Ternyata kau memiliki seorang adik Sherlly dan adikmu ada disini. Ia terlihat sangat menyayangimu," Mrs. Scott menjauhkan pisau itu dari dada Miss. Sherlly. "Simon, bisa kau bawah adiknya kesini."

"Jangan coba-coba untuk menyakitinya!" bentak Miss. Sherlly pada Mrs. Scott.

"Diam!" Mrs. Scott menekan leher Miss. Sherlly agar diam.

Simon menarik Allana atau lebih tepatnya menyeretnya. Allana hanya bisa meronta-ronta seperti ulat sambil terus menangis tapi percuma Simon terlalu kuat untuknya. Mrs. Scott mendorong Miss. Sherlly hingga keluar dari lingkaran. Miss. Sherlly terbatuk-batuk begitu terlepas dari cengkraman tangan Mrs. Scott. Sekarang giliran Allana yang terbaring di atas lingkaran.

"Hisk... Hisk..." Allana masih terus menangis disaat Mrs. Scott mengarahkan pisaunya.

"Tidak! Jangan sakiti dia!!" teriak Miss. Sherlly. Ia masih terbaring di tanah, tidak bisa berdiri.

"Cepat lakukan! Tapi bebaskan yang lain," kata Allana dengan wajah penuh air mata.

"Sungguh mengharukan. Kau mengorbankan dirimu sendiri untuk keselamatan kakakmu. Kalau begitu aku tidak akan menundanya lagi," Mrs. Scott hendak menancapkan pisau tersebut disaat Tria tiba-tiba berteriak.

"Korbankan aku saja!!"

Mendengar hal itu membuat mereka terkejut dan sontak menoleh pada Tria.

"Apa yang kau lakukan Tria?" tanya Lita pada Tria namun dibaikan olehnya.

"Tidak, aku saja!" sekarang Amy yang berteriak.

"Tidak! Aku yang lebih pantas karna hanya aku laki-laki disini!" teriak Derek yang baru sadar dari pingsannya.

"Aku saja!" Luxia juga ikut-ikutan.

Dan begitulah mereka saling bergantian mengorbankan diri mereka. Apa rencana mereka sebenarnya? Lita hanya diam tidak mengerti. Ia lihat Mrs. Scott mulai kebingungan.

"Diam!!" bentak Mrs. Scott membuat mereka bungkam. "Tidak ada satupun diantara kalian yang akan selamat malam ini!!! Simon jaga mereka, ibu mau cari selotip."

"Baiklah, ibu."

Mrs. Scott berlalu pergi kemudian menghilang dalam kegelapan. Oh... Lita mengerti sekarang. Mereka sengaja membuat Mrs. Scott risih agar ia pergi. Mrs. Scott memang dikenal sangat membenci suara berisik. Sekarang tinggal Simon disini. Lita mungkin bisa membujuknya agar mau melepaskan yang lain.

"Sekarang apa Tria?" tanya Luxia sambil berbisik.

"Aku belum berfikir sampai situ."

"Bagaimana kau ini Tria? Jadi sia-sia dong."

"Maaf, maaf."

"Kenapa kau melakukan ini? Jelaskan padaku!" tanya Lita pada Simon.

"Ini semua untuk kita sayang," Simon berjalan menghampiri perapian dan mengambil salah satu buku disana. Dia membolak-balikkan setiap halamannya. "Ibuku menemukan buku ini di atas lemari ruang kepalah sekolah. Tidak di sangka isinya sangat menggiurkan," Simon memperlihatkan halaman buku yang ia cari tadi. Disana tertulis.

"Cara menghidupkan orang yang sudah mati!!" kata Lita membaca tulisan di buku itu.

"Kau tidak salah baca kan, Lita?!" tanya Amy yang terikat di belakang.

"Tepat sekali," Simon mengarakan kembali halaman buku itu padanya. "Dikatakan di sini 'Hanya butuh 7 nyawa untuk menghidupkan 1 nyawa'. Itu berarti butuh 14 nyawa agar kita bisa hidup kembali, Linda."

"Linda?!" teriak mereka serempak memekakkan telinga.

"Apa maksudnya ini? Ternyata selama ini Syalita adalah Linda!" kata Luxia.

"Tidak! Syalita tetap Syalita!" kata-kata Tria membuat mereka bengung. "Dimana Syalita?"

"Tenang, dia aman," jawab Linda.

"Tria, bagaimana kau yakin kalau Syalita bukanlah Linda?" tanya Amy.

"Dari matanya. Seingatku mata Syalita berwarna biru sedangkan dia..." Tria melirik Linda yang terikat di sampingnya. "Matanya berwarna ungu."

"Sejak kapan kau tahu hal ini?" kali ini Luxia yang bertanya.

"Sejak ia siuman. Aku baru sadar kalau matanya berwarna ungu."

"Jika benar begitu, artinya gadis ini adalah hantu," ujar Miss. Sherlly.

"Iya."

"Jadi kau itu juga ternyata salah satu dari mereka!" Miss. Sherlly pada Linda.

"Kalian tidak perlu khawatir. Aku ada di pihak kalian," Linda berusaha menyakinkan yang lain untuk mempercainya. "Dengar, Simon. Aku tidak ingin hidup jika harus mengorbankan seseorang."

.......

.......

.......

.......

.......

.......

...ξκύαε...

Terpopuler

Comments

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

jadi Edi itu Simon ternyata

2023-11-14

1

niniii

niniii

sudah bisa di tebak 😌

2023-08-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!