Selamat tinggal Jonathan

Jonathan berlari kembali ke tempat di mana ia meninggalkan Brian bersama dengan pembunuh yang sebenarnya. Di lorong, Jonathan melihat bayangan hitam. Bayangan yang begitu samar, melambai-lambaikan tangannya. Entah apa maksudnya? Bayangan itu seperti mengisyaratkan sesuatu tapi Jonathan tidak mengerti. Walau lorong itu cukup gelap di tambah lagi cuaca di luar sana sepertinya hendak hujan, tapi raut wajah dari sosok itu terlihat jelas seperti ketakutan akan sesuatu. Dan tiba-tiba ia menghilang.

Jonathan terpaku di tempat mencoba memahami maksud dari bayangan itu. Tapi dengan cepat dia tersadar karna mendengar suara yang begitu keras dari salah satu ruangan. Dia mencari sumber suara. Tidak ketemu. Begitu hendak berbalik, Jonathan dikagetkan dengan kehadiran Edi yang muncul secara tiba-tiba. Mereka hampir... Jonathan dengan cepat melangkah mundur.

"Edi?!!" teriak Jonathan kaget. Edi hanya diam, menatap tajam ke arah Jonathan. "Apa yang kau lakukan disini? Dimana Brian?"

"Dia sudah pergi duluan." jawab Edi tanpa ekspresi.

Jonathan meneliti raut wajah Edi yang tidak biasa. Darah di pakaian Edi terlihat lebih banyak dari sebelumnya dan bau anyir sungguh tercium sangat pekat dari tubuh Edi. Apa yang sebenarnya terjadi? Jonathan merasa ada yang tidak beres dengan Edi. Tanpa sadar Jonathan melangkah mundur secara perlahan. Edi hanya menyeringai melihat mangsanya yang sepertinya ketakutan. Ia mengeluarkan senjatanya

"Siapa kau?! Kau bukan Edi yang aku kenal!" tanya Jonathan dengan siap siaga kalau lawannya menyerang.

"Ini aku, Edi yang sama. Yang telah mengantar Michel, Leon dan Brian pergi. Sekarang giliranmu!!"

Edi mengayunkan pisaunya ke arah Jonathan. Dengan ilmu bela diri yang Jonathan kuasai, ia berhasil menendang pisau itu hingga terpental jauh. Jonathan mengambil kesempatan ini untuk lari. Ia tahu betul Edi bukanlah tandingan untuknya. Aura di sekitaran Edi terlalu gelap. Lebih baik mundur terlebih dahulu kemudian pikirkan cara untuk melawannya. Suatu tindakan harus dilakukan dengan sangat matang dan berhati-hati, tidak boleh gegabah. Jonathan menemukan pintu kamar yang terbuka. Tanpa pikir panjang ia masuk ke dalam kamar tersebut lalu menutup pintunya menggunakan barang-barang yang ada sebagai penahan.

"Kau tidak bisa bersembunyi dariku!" teriak Edi sambil terus mendobrak pintu itu.

BRUK ! ! !

Pintu tersebut ambruk seketika. Jonathan terperangak melihatnya. Pintu yang telah ditahan dengan tumpuk berbagai barang di depannya dengan mudahnya di hancurkan oleh Edi.

"Dia bukanlah hantu biasa apa lagi manusia. Kekuatannya melampai itu," pikir Jonathan. "Siapa kau sebenarnya? Apa mau mu?"

"Siapa aku? Itu tak penting. Apa mau ku? Membunuh kalian semua," jawab Edi dengan senyum di wajah yang terlihat jelas disaat cahaya petir masuk dari balik jendela.

Kletar!!

Suaranya menggelegar selang persekian detik kemudian. Edi mengayunkan satu pukulan ke arah Jonathan tapi lawannya berhasil menghindar. Terlihat jelas retakan pada dinding bekas pukulan Edi. Pukulan yang sangat kuat sampai bisa membunuh seseorang hanya dalam sekali pukul saja. Edi sengaja memperlambat gerakkan dan menahan kekuatannya karna ingin bermain sebentar bersama Jonathan.

"Kalau seperti ini aku hanya bisa menghindar," batin Jonathan begitu melirik bekas pukulan tersebut.

"Kenapa kau hanya menghindar, Jonathan? Apa kau takut?" Edi terus menyerang Jonathan.

"Aku tidak akan memukul temanku!! Siapa kau? keluar dari tubuhnya!!" bentak Perchye sambil menghindari serangan Edi dan sesekali membalas.

"Hahaha........!!!" Edi tertawa dengan sangat keras. "Bodoh! Aku tidak sedang kerasukan. Selama ini aku cuman berpura-pura berteman bersama kalian untuk melancarkan rencanaku."

Edi kembali menyerang Jonathan tapi kali ini ia meningkatkan kecepatannya yang membuat Jonathan tidak bisa menghindari serangan tersebut. Tubuh Jonathan seketika terpental menghantam tembok.

"Uhuk! Uhuk!" Jonathan sampai muntah darah akibat pukulan dari Edi.

Edi berjalan menghampiri Jonathan. Ia mencengkram krah baju Jonathan lalu mengangkatnya sampai tubuh lawannya itu melayang di udara. Jonathan berusaha melepaskan cengkraman tersebut namun tenaga Edi terlalu kuat dan lagi pula akibat terkena serangan sebelumnya telah membuat tubuh Jonathan melemah.

"Aku sungguh benci pada mu" kata Edi.

"Kenapa kau melakukan ini?" tanya Jonathan dengan susah payahnya.

"Kenapa? Karna kau merebut Syalita dariku!!!" dengan geram Edi melemparkan tubuh Perchye ke arah pintu kaca yang mengarah ke balkon. Pintu kaca itu pecah seketika.

Jonathan mencoba berdiri namun tubuhnya terlalu lemah. "Jadi karna itu. Kau cemburu, tapi kau tidak perlu sekejam ini. Lalu apa hubungannya dengan yang lain? Kenapa kau membunuh mereka?!!" bentak Jonathan. "Jika aku memang suka sama Syalita, kau tidak berhak melampiaskannya pada mereka!!"

Edi berjalan mendekati Jonathan. Terdengar suara kaca yang Edi ijak. "Ada alasan lain aku membunuh mereka. Semua itu tidak ada sangkut-pautnya dengan kita. Masalah ku denganmu cuman urusan pribadiku."

Edi merentangkan telapak tangan kanannya ke arah Jonathan. Muncul asap hitam menyelimuti Jonathan bersamaan dengan itu tubuhnya tiba-tiba terangkat ke udara. Ia berusaha melepaskan diri dari namun percuma. Edi menggerakkan tangannya yang membuat tubuh Jonathan ikut bergerak ke luar dari pembatas balkon.

"Kau tidak berhak atas Syalita!" kata Jonathan dengan suara yang hampir hilang.

"Oo... Aku sangat berhak atas dia. Jangan lupa untuk datang ke acara pernikahan kami ya."

Edi mengatupkan jari-jarinya. Bersamaan dengan itu asap yang menyelimuti tubuh Jonathan menghilang. Tapi hal itu membuat Jonathan terjun bebas dari atas balkon di lantai dua tersebut.

"Ups... Kurasa kau tidak akan bisa datang. Selamat tinggal Jonathan." Edi berlalu pergi meninggalkan balkon tersebut. Namun ia baru ingat kalau ada sesuatu yang ia lupakan. "Astaga, aku lupa mengambil jantungnya. Sudahlah. Ibu perna bilang kalau ia memiliki tumbal cadangan. Lebih baik aku segera ke menara sebelum hujan. Mereka pasti sudah lama menunggu kami disana."

...✴✴✴✴...

"Kemana mereka? Kenapa lama sekali?" batin Lita.

Lita mulai khawatir pada mereka. Sudah hampir sejam mereka menunggu di menara ini. Oh, iya. Menara ini berfungsi untuk mengamati bintang dan benda-benda lain di luar angkasa. Terdapat teleskop raksasa yang terletak di tengah-tengah ruangan. Tapi sayangnya keadaan teleskop itu sudah sangat rusak dan kemungkinan tidak berfungsi lagi. Mereka sengaja berkeliling masuk ke dalam menara. Hanya ingin melihat-lihat saja sambil menunggu mereka datang yang entah kapan, dan juga ini karna Allana yang takut terhadap kilatan petir.

Sewaktu menyelusuri bagunan ini, tiba-tiba Lita di kejutkan dengan suara pintu yang di buka paksa. Lita yang sendirian berada di lantai dua langsung turun ke bawah. Hampir saja ia tersandung kakinya sendiri karna tergesa-gesa. Untung ia bisa menyeimbangkan diri. Sampai di lantai dasar, kulihat Edi berdiri di depan pintu dengan nafas terengah-engah. Ia sepertinya habis berlari ke sini. Seluruh tubuhnya dari wajah, leher, baju, celana, tangan dan kaki penuh darah. Sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka? Yang menghawatikan lagi adalah Edi cuman sendirian.

.......

.......

.......

.......

.......

.......

...ξκύαε...

Terpopuler

Comments

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

apa dia anak kepala sekolah?

2024-02-24

1

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

masa Jonathan meninggal sih kan gak lucu 😏😏😏

2023-11-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!