Sosok gadis berambut putih

Sore ini kami berlima berencana berenang. Aku sudah menyiapkan keperluanku seperti handuk, baju renang dan baju ganti. Kami menuju kolam berenang yang ada di samping ruang olahraga. Walau kolam itu di peruntukan untuk olahraga, tapi pihak sekolah memperbolekan para siswa untuk bersenang-senang, jika tidak di perlukan. Kolam itu sangat luas dengan air kolam yang jernih. Tidak ada siapapun disini kecuali kami berlima.

"Kolam ini sangat luas," kata Amy penuh semangat.

"Iya. Kita bisa berlomba sampai seberang sana," kata Magie dengan riangnya.

"Airnya begitu jernih tapi kelihatanya sangat dingin," Luxia mengambil sedikit air mengunakan tangannya. "Tebakkanku ternyata salah. Airnya tidak dingin."

"Tunggu apalagi. Kita lompat!!" teriak Magie melompat ke dalam air kolam.

Amy dan Luxia ikut terjun. Percikan air mereka ciptakan dan mengenai aku dan Tria yang masih di tepi kolam berenang.

"Bagaimana denganmu Lita?" tanya Tria, namun aku tidak menjawab atau lebih tepatnya tidak mendengar apa yang ia katakan. "Lita!"

Apa artinya air jernih dan bersih? Yang ku lihat hanyalah kolam kosong berisi darah dan mayat yang termutilasi. Tidak, mereka bukan mayat. Mereka masih hidup. Menyeret tubuh mereka yang sudah tidak utuh lagi. Ada yang kehilangan kaki atau tangan bahkan kepala. Mereka semua menjerit, merintih kesakitan. Tidak memperdulikan tubuh mereka penuh darah. Aku bisa memperkirakan mereka berjumlah antara 20 sampai 25 orang di dalam kolam itu.

Tiba-tiba dadaku terasa sesak sekali seperti ada yang mencekik ku. Aku terduduk berlutut di pinggir kolam, terengah-engah dengan keringat bercucur deras di pelipisku.

"Lita, kau tidak apa-apa?" tanya Tria terdengar sangat cemas

Tria duduk disampingku. Luxia, Amy dan Magie segera keluar dari kolam menghampiriku. Kepalaku diserang rasa sakit yang teramat sangat. Namun ada niat untuk melihat kembali ke kolam tersebut Aku terkejut, itu hanya kolam biasa dengan air yang jernih. Apa yang kulihat barusan? Tria dan Amy membantuku berdiri.

"Kita ke ruang kesehatan saja," usul Amy.

"Tidak. Tidak perlu," kata ku masih berusaha bernafas dengan baik. Aku punya pengalaman buruk di ruangan itu.

Tria dan Amy membimbingku ke kursi panjang yang terletak di sudut ruangan. Kursi itu cukup panjang untukku berbaring di sana. Kepalaku terasa pusing. Aku sedikit memijit dahiku untuk meredakannya.

"Ini kubawakan minum," Magie memberikan sebotol air mineral padaku.

"Terima kasih," aku bangkit, menerima botol air meneral tersebut dan langsung meminumnya.

"Sudah merasa lebih baik?" tanya Tria.

"Iya."

"Jadi, bisa ceritakan apa yang terjadi? Apa yang kau lihat?" ia melirik padaku seolah-olah mencoba membaca pikiranku.

"Tidak ada yang terjadi. Kepalaku hanya sakit."

Untuk sementara waktu aku tidak ingin membicarakannya terlebih dahulu. Aku bahkan tidak tahu apa yang terjadi. Apa yang kulihat barusan? Karna aku, kami tidak jadi berenang. Kami memilih untuk kembali ke asrama setelah ganti baju.

...✴✴✴✴...

Keesokan harinya, aku terbangun oleh suara alaram. Mataku masih ngantuk karna semalam tidurku tidak nyenyak. Bayangan kemarin sore masih berputar-putar di kepala ku dan juga tadi malam aku mendengar suara langkah kaki di lorong. Aku tidak menghiraukannya. Tengah malam kemarin juga seperti ini walau ada rasa takut menyelimutiku. Tapi malam tadi, selain langkah kaki aku juga mendengar suara ketukan di pintu, sangat pelan. Aku masih berusaha untuk tidak memperdulikannya. Suara ketukan itu semakin lama semakin keras.

Tok! Tok! Tok!! Tok!!

Yang anehnya disini, kenapa Tria, Amy dan Luxia tidak terbangun dengan suara ketukan yang sangat keras itu? Apa cuman aku yang mendengarnya?Suara itu kemudian menghilang. Muncul rasa penasaran dalam benakku. Aku turun dari tempat, berjalan perlahan mendekati pintu. Aku membuka pintu lalu melihat ke sekeliling, tidak ada siapa-siapa disana. Itu hanya sebuah lorong kosong dan gelap. Aku menutup kembali pintu. Ketika aku berbalik. Aku terkejut dengan kemunculan sosok perempuan. Ia menggunakan seragam sekolah, berambut putih dengan mata berwarna merah menyalah. Wajahnya sangat pucat penuh bercak darah di seragam yang ia kenakan. Di tangan kanannya ada sebuah pisau yang berlumuran darah.

"Siapa kau? Mau apa kau kemari?"

Aku memberanikan diri bertanya pada sosok itu. Ia tidak menjawab hanya tersenyum sinis. Tiba-tiba ia memekik keras memekakan telinga dan melesat cepat ke arahku sambil menyodorkan pisau yang ada tangannya. Aku tidak bisa melakukan apa-apa, bahkan berteriak pun tidak bisa. Aku hanya menutup wajahku dengan kedua tangan dan berjongkok di depan pintu. Tubuh ku gemetar ketakutan. Dengan cepat suara itu menghilang. Sekali lagi aku mencoba memberanikan diri untuk membuka mataku dan melirik ke arah sosok itu. Dia tidak ada di sana. Aku masih terduduk lemas di depan pintu. Kejadian barusan benar-benar membuatku ketakutan. Aku melihat ke arah Amy, Tria dan Luxia. Mereka masih tidur.

"Ternyata benar. Cuman aku yang mendengarnya."

Aku mengatur nafasku untuk menenangkan diri. Aku masih terduduk di lantai bersandar di pintu. Kaki ku terlalu lemas dan rasanya tidak sanggup melangkahkan kembali ke tempat tidur.

"Merasa lebih baik, Lita?" tanya Luxia membuatku sadar dari lamunan.

"Tidak pernah sebaik ini."

Aku segera bangun, mengambi handuk dan langsung pergi ke kamar mandi. Mungkin air dingin bisa membuatku melupakan semua hal itu. Selesai mandi dan berpakaian, begitu aku berbalik... Aku dikejutkan dengan kehadiran Tria yang sudah ada di belakang ku.

"Uuuaaaah..........!" teriakku sangking kaget nya. "Tria! Jangan muncul tiba-tiba seperti itu!"

"Kau terlihat sangat ketakutan, Lita," ujar Luxia.

"Jika dikatakan sangat ketakutan, aku memang ketakutan. Tadi itu mengingatkanku dengan kejadian semalam," batinku.

"Kau tidak menjawab pertanyaan ku kemarin," Tria menatapku begitu dekat dengan mata coklat gelapnya itu.

"A, aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan Tria," kataku menyangkalnya.

"Jangan sok tidak mengerti. Aku tahu kau paham sekali apa yang aku bicarakan."

Aku hanya diam saja, memang aku paham maksud Tria tapi aku tidak ingin mambicarakanya di depan Luxia. Ngomong-ngomong, Tria sepertinya mengetahui sesuatu. Mungkin aku bisa bercerita dengannya sedikit tentang masalah ini dan bertanya juga.

"Memangnya kemarin kau tanya apa?. Maaf aku sudah lupa," tanya Luxia penasaran.

"Kau tak perlu tahu. Sudahlah, aku mau ke kelas duluan. Ada buku ku yang ketinggalan," Tria berlalu pergi meninggalkan kami berdua. Eh... bertiga maksudnya, aku lupa kalau Amy masih ada di kamar mandi.

"Hei... Tria! Tunggu aku!" aku mengejarnya keluar.

Ada yang ingin aku tanyakan padanya. Ketika hendak keluar dari pintu, aku tak sengaja menabrak murid lain sampai kami berdua tejatuh. Semua buku yang dibawanya berhamburan di lantai.

.......

.......

.......

.......

.......

.......

...ξκύαε...

Terpopuler

Comments

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

apa Kita anak indigo semacam itu?

2024-02-24

1

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

walah malah dapat penampakan

2024-02-24

1

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

apa Tria kayak Lita bisa liat hantu 🤔🤔🤔

2023-11-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!