Permainan yang indah

Aku memutar knop pintunya dan melangkah masuk "Selamat pagi Miss. Sherlly," ucapku untuk menghangatkan suasana.

"Pagi," balas Miss. Sherlly

Miss. Sherlly tidak melirikku sama sekali. Matanya hanya fokus pada buku yang ia pegang. Ia meletakan bukunya di atas meja lalu menatapku dengan mata biru yang ada di balik kacamatanya. Rambut pirang keemasannya terurai sampai pungungnya.

"Aku sudah dengar dari kepalah sekolah tentangmu," Miss. Sherlly berdiri mengambil tasnya dan melanjutkan, "Mari ku antar kau ke kelasmu, kebetulan aku mengajar di sana."

"Iya," jawabku. Aku mengikutinya dari belakang.

Kelasku ada di lantai dua paling ujung dari lorong. Miss. Sherlly melangkah masuk kelas, mengucapkan salam yang balas serentak oleh para murid. Aku berdiri di depan pintu melirik ke seluruh murid yang menatapku dengan dinginnya. Hanya ada satu orang yang melambai-lambaikan tanganya ke arahku. Ia duduk di barisan kedua dari belakang. Aku membalasnya lambaian tangannya. Dia adalah Amy, teman sekamarku.

"Nak, silakan masuk," pinta Miss. Sherlly mempersilakan aku masuk. "Perkenalkan dirimu pada murid lain."

Aku menganguk. "Selamat pagi semua," aku mengucapkan salam untuk mencairkan suasana dan sedikit menghilangkan kegugupan ku.

"Pagi," jawab mereka hampir serentak.

"Perkenalkan, nama saya Syalita Hatcher. Kalian bisa memangilku Syalita tapi kalau di rumah aku lebih sering di panggil Lita. Aku harap kalian bisa menerimaku dengan baik dan kita semua bisa berteman," setelah mengatakan itu, aku menoleh ke Miss. Sherlly.

"Bagus, kau boleh duduk. Cari tempat kosong."

Memang ada beberapa kursi kosong di barisan belakang. "Kursi mana yang aku pilih?" pikirku.

"Syalita disini," panggil Amy.

Aku menoleh ke arahnya yang menunjuk-nunjuk kursi yang ada di sampingnya, itu kosong. Aku berjalan mendekati Amy, mengambil tempat duduk di sampingnya. Aku senang ada orang yang aku kenal di kelas ini. Pelajaran pertama dimulai.

...✴✴✴✴...

Kriiiiiiiiing...... Kriiiiiiiiing......

Bel di bunyikan, pertanda jam istirahat telah tiba. Aku membereskan buku ku dan memasukanya ke dalam laci meja. Amy menghampiri meja ku.

"Lita, ayok ke kelas Tria dan Luxia," ajak Amy.

"Ayok."

Kelas Tria dan Luxia ada di lantai tiga. Amy bercerita sepanjang jalan kami menuju kesana, aku tidak terlalu mendengarkannya. Tiba-tiba seorang anak kira-kira umur 7 tahun, berlari kencang dan sempat menyenggolku. Aku menoleh ke anak itu, dia berbelok ke kiri di ujung lorong.

"Ada apa Lita?"

"Tidak ada, kau duluan saja nanti aku menyusul," kataku tanpa menoleh ke Amy.

Aku berlari mengejar anak itu tidak memperdulikan Amy yang terus memangil. Sampai di ujung lorong anak itu sudah hilang. Aku mencarinya tapi tidak menemukannya. Kemana anak tadi? Cepat sekali hilangnya.

"Sedang apa kau di sini?"

Aku dikejutkan oleh suara di belakangku. Aku berbalik kelihat seorang laki-laki berdiri, bersandar di diding, tangannya di silangkan di dada. Rambut berwarna coklat dengan mata berwarna biru terlihat jelas walau lorong itu sedikit gelap.

"Kau mengagetkanku. Aku disini mencari anak kecil, baru saja lewat. Tapi, aku kehilangan dia," jelasku

"Tidak ada anak kecil disini, sebaiknya kau kembali," dia melangkah pergi.

"Hei.... Tunggu."

Ia berhenti dan melirik tajam ke arahku. "Apa?"

Aku terdiam sebentar. Aku tidak mengapa ada rasa yang menyelimutiku, begitu hangat dan tidak bisa digambarkan.

"Hei! Ada apa? Apa kau hanya ingin menyuruhku untuk berdiri saja disini?"

"Apa?!" aku tersadar oleh suaranya. Apa yang terjadi denganku? "Tidak, tidak. Aku hanya... Em... Sedang apa kau di sini?" tanyaku akhirnya. aku sedikit bingung dengan diriku sendiri. Kenapa aku jadi gugup berbicara dengannya?

"Itu bukan urusanmu," dia berbalik dan berlalu pergi.

"Dia cukup tampan. Tunggu-tunggu apa yang aku pikirkan," kataku tanpa sadar.

Begitu aku tersadar atas apa yang keluar dari mulutku. Aku menggeleng-gelengkan kepala dengan cepat untuk menghalau pikiran aneh itu. Tiba-tiba terdengar suara piano dari salah satu ruangan. Aku mencari sumber suara dan kulihat ada pintu terbuka. Aku mengintip di balik pintu. Disana ada seseorang yang sedang memainkan piano.

"Itukan anak yang tadi."

"Permainan yang indah," kata ku sambil melangkah masuk.

Anak itu tidak menjawab, ia terus bermain. Tangannya yang mungil begitu lincah menekan setiap tuds piano itu. Rambutnya berwarna hitam sebahu dengan poni yang hampir menutupi mata. Ia sedikit menunduk. Pandangan begitu kosong dan wajahnya sangat pucat.

"Jangan-jangan dia..."

Aku melihat ke sekeliling, di sana ada berbagai macam alat musik. Pandanganku tertujuh pada sebuah biola. "Boleh aku bergabung. Aku bisa bermain biola?"

Anak itu tidak menjawab, hanya menganguk saja. Aku mengambil biola tersebut dan mulai memainkanya. Aku memejamkan mata untuk menghayati musik yang ku mainkan. Beberapa menit kemudian. Aku membuka mataku. Aku sangat terkejut melihat beberapa orang berdiri di depan ku, sambil bertepuk tangan. Yah, mereka teman-teman ku, Amy, Luxia, Tria dan satu orang yang belum ku kenal.

"Permainan mu bagus sekali, Lita," puji Amy pada ku.

"Aku tak tahu kalau kau bisa bermain biola," kata Luxia.

"Aku pernah ikut les biola di sekolah ku yang lama," jawab ku. "Siapa temanmu itu, Luxia?"

"O iya, aku hampir lupa. Perkenalkan, ini Magie," kata Luxia memperkenalkan gadis yang ada di sampingnya.

Dia cantik. Rambutnya berwarna hitam mengkilat sama seperti Tria, hanya saja matanya berwarna coklat lembut sedangkan mata Tria berwarna coklat hampir gelap. Aku menyalaminya dan menyebutkan namaku.

"Aku suka permainanmu tadi," kata Magie dengan senyum manis diwajahnya.

"Terima kasih. Dari mana kalian tahu aku di sini?" aku meletakan kembali biola itu pada tempatnya.

"Aku yang memberitahu mereka," Amy mengangkat tangannya

"Kami tadi mendengar suara biola, jadi kami kemari."

"Aku tadi menemani seorang anak..." aku baru menyadari bahwa anak itu sudah menghilang. "Lho..... kemana anak itu?"

"Siapa?" tanya Luxia.

"Ada anak kecil tadi. Ia sedang main piano," jelasku pada mereka tapi mereka tidak percaya.

"Kami sudah ada di sini, dipertengahan permainanmu, tidak ada siapa-siapa," jelas Magie.

"Tapi, saat aku bermain aku masih bisa mendengar suara piano itu bahkan sampai permainan ku selesai," semua orang menatapku dengan bingung.

"Seperti apa orangnya?" tanya Tria yang sendari tadi diam saja. Tatapanya aneh sekali.

"Seperti anak kecil biasa, berambut hitam sebahu," jelasku. "Kenapa?"

"Tidak ada," dia berbalik lalu melangkah pergi. "Ayok kembali kelas. Sebentar lagi jam pelajaran dimulai."

"Hei... Tria! Tunggu kami," teriak kami sambil menyusulnya keluar dari ruang musik.

.......

.......

.......

.......

.......

.......

...ξκύαε...

Terpopuler

Comments

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

apa Lita bis liat hantu ya 🤔🤔🤔

2023-11-13

1

ghina🌺🌺

ghina🌺🌺

ada apa sih ..... penasaran aku...

2023-04-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!