Diserang

"Sedang apa kalian disini?" suara seorang pria mengngagetkan kami. Sontak kami menoleh.

"Sepertinya aku mengenali suara itu," aku mengangkat wajahku melihat ke pintu.

"Jonathan, Edi, Aaron, apa yang kalian lakukan disini?" Luxia menyapa ketiga pria yang berdiri di depan pintu.

"Kami yang seharusnya bertanya lebih dulu," kata pria berambut pirang dan bermata berwarna hazel. Pria itu bernama Edi.

"Hei, Edi. Aku tak percaya ternyata ada gadis-gadis cantik di tempat seperti ini," ejek laki-laki di samping Edi dan dia bernama Aaron.

"Apa katamu Aaron? Apa kau mau aku pukul?" Magie mengacukan tinjuhnya pada Aaron.

"Eh... Maaf, maaf. Yang minggu lalu saja masih sakit," Aaron mengusap-usap bagian belakang kepalanya.

"Jadi, apa lagi yang kau lakukan kali ini Tria?" Jonathan berjalan mendekati Tria dan aku.

"Bukan aku tapi dia," Tria melirik ke arahku.

Jonathan menyorotkan senter hpnya ke arahku. Dengan cepat aku memalingkan muka karna silau.

"Kau rupanya."

"Kalian saling kenal?"

"Tidak, tapi pernah bertemu. Jadi bisa ceritakan nona..."

"Syalita," kataku menyebutkan namaku. Terakhir kami bertemu tak sempat berkenalan. Aku melepaskan rangkulan ku pada Tori.

"Jonathan," ia mala memperkenalkan dirinya.

"Jonathan, ada yang ingin aku katakan," Tori mendekati Jonathan lalu berbisik di telinganya. Ia sedikit berjingkat untuk menyelaraskan tinggi badan Jonathan.

"Benarkah?!"

Raut wajah Jonathan seketika berubah. Ia tampak terkejut. Hm... Apa yang sebenarnya Tria katakan padanya? Tapi itu tidak penting sekarang. Aku merasa ada yang memperhatikan kami sedari tadi. Tapi aku tidak tahu siapa, yang pasti dia bukan manusia.

"Hei... Kalian bertiga! Apa kalian masih mau disini?" celetus Magie.

"Begitulah jika mereka bertemu selalu tidak menghiraukan kita. Sekarang Lita juga ikut-ikutan," kata Amy kelihatannya kesal.

Yang aku rasakan menampakkan kehadirannya. Tiba-tiba angin yang sangat kencang menerobos masuk dari pintu. Debu berterbangan kemana-mana. Kami menutup hidung serta mulut kami menggunakan tangan untuk menghindari debu yang terhisap. Debu itu begitu tebal membuat jarak pandangan kami berkurang. Selang beberapa detik kemudian, debu tersebut berangsur-angsur menghilang bersamaan dengan munculnya sosok gadis di belakang kami. Dia adalah gadis yang sama yang ku lihat tadi malam, namun kali ini dia tidak membawah pisaunya. Dan sekarang aku tahu siapa dia.

"Anna?!"

"Pergi dari sini," kata Anna dengan raut wajah tanpa espresi.

"Tunggu! Ada yang ingin ku tanyakan. Kenapa kau membunuh Silvi?" kataku.

Dia tidak menjawab. Tiba-tiba, entah bagaimana semua pecahan kaca dan plapon melanyang beberapa meter dari lantai. Kami yang terlalu kaget atas kemunculan Anna masih terpaku di tempat. Rasanya seperti ada yang menahan kaki kami untuk melangkah.

"PERGI ! ! !"

Anna berteriak sangat keras bersamaan dengan benda-benda yang melanyang itu melesat cepat ke arah kami. Kami sangat panik saat itu. Kami berusaha berlari keluar dari ruangan ganti menuju pintu keluar. Tapi sialnya, pintu tiba-tiba terbanting dengan sangat keras dan terkunci. Apa karna terlalu panik bercampur takut. Jonathan, Edi dan Aaron mencoba membuka pintu tersebut dengan cara menariknya.

"Hei! Apa yang kalian lakukan? Jangan menariknya, dorong saja!" teriakku sambil berusaha mendorongnya.

Kami terus berusaha mendobrak pintu itu. Namun pintu tersebut tidak bergerak sedikitpun. Kami tidak menyerah dan akhirnya pintu itu ambruk seketika. Kami terjatuh saling tindih.

"Kalian semua cepat bengun. Sakit tahu!" jerit Aaron. Dia yang tertindih di bagian paling bawah.

Kami semua berdiri dan bergegas meninggalkan tempat itu. Kaca-kaca tadi tak lagi berterbangan mengenai kami. Ini aneh, sejak awal sejak awal aku sudah merasakan kerhadiranya. Tapi, sepertinya ia sengaja membiarkan aku mencari tahu kebenaran tentang dirinya. Lantas sekarang kenapa dia menyerang kami?

Karna terlalu panik dan tak memperhatikan jalan. Kami tidak sengaja menabrak satpam yang sedang patroli. Tubuh satpam itu sangat besar dan tinggi. Jadi kami lah yang terpental karna menabraknya.

"Kalian sedang apa disini?" tanya satpam itu. "Kembali ke asrama kalian. Jangan berkeliaran malam-malam."

"Ba, baik," jawab kami serentak.

Kami kembali ke asrama. Aaron, Jonathan dan Edi pergi ke ruang kesehatan untuk mengambil kotak P3K. Sedangkan kami berlima menunggu di kamar sambil membersikan luka-luka kami akibat pecahan kaca tadi. Lukanya tidak terlalu parah, cuman luka-luka kecil yang ada di tangan serta kaki. Beberapa menit kemudian mereka datang dan memberikan kotak P3K pada kami. Kulihat mereka telah mengobati luka mereka.

"Aneh. Kenapa satpam tadi tidak terlalu banyak bertanya? Padahal kita sudah berlumuran darah seperti ini," kata Luxia. Ia membantu memperban luka di lengan kiri Magie.

"Mungkin karna gelap, lagi pula luka kita hanya sebatas luka kecil dan juga satpam itu tidak membawah senter," jawab Jonathan. Ia berdiri di dekat lemari.

"Iya cuman luka kecil tapi perih. Aw....!" Amy menjerit disaat aku tak sengaja terlalu kencang mengikat perban di lukanya.

"Ups, maaf."

"Jadi, bisa ceritakan apa yang terjadi sebenarnya karna semua kejadian hari ini sangat aneh?" tanya Magie.

Mereka semua melihat ke arah ku. Memang semua kejadian hari ini adalah tanggung jawabku. Tapi Tria dan Jonathan juga memiliki rahasia lain dan mereka harus menjelaskannya.

"Iya. Beritahu kami," kata Amy yang mengambil tempat duduk di sampingku.

"Kenapa kalian merahasiakannya?" sambung Aaron yang duduk di tempat tidur di depanku.

"Itu benar."

Aku melihat ke mereka semua. Tatapan mereka sama menantikan penjelasan dariku. Aku menarik nafas panjang dan menghebuskannya perlahan melalui mulutku.

"Baiklah," Aku membetulkan duduk agar lebih leluasa berbicara dengan mereka. "Sebenarnya, aku memiliki kemampuan untuk melihat kejadian di masa lalu."

"Apa!! Hahaha...."

Mereka semua tertawa tak percaya kecuali Tria, Jonathan dan Edi yang melihatiku dengan ekspresi masing-masing.

"Hah... Sudah aku duga kalian tidak akan percaya," aku menghela nafas panjang.

"Tentu saja. Mana ada orang yang bisa melihat kejadian di masa lalu. Jangan bergurau, Lita," kata Magie yang masih tertawa.

"Itu ada. Ibuku bisa melakukannya," kata Tria buka suara. Mendengar itu membuat Magie terdiam berserta yang lain.

"Jadi ibumu bisa Tria?" kataku sedikit terkejut mendengarnya.

"Iya, tapi aku tak mewarisi apapun dari kemampuan itu."

"Tunggu, kau bilang pernah bertemu dengan Anna, kan?" kata Luxia mengingatkan.

"Aku hanya bisa melihat dan berkomunikasi dengan mereka saja, tidak lebih."

"Jadi kau pergi ke masa lalu. Bisa ceritakan apa yang kau lihat?" tanya Jonathan.

Mata birunya menatap dingin padaku. Pandangannya seketika membuat aku gugup. Aku memalingkan wajah melihat ke arah Tria. Aku harap mereka tidak menyadari kegugupanku ini.

.......

.......

.......

.......

.......

.......

...ξκύαε...

Terpopuler

Comments

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

jd sebenarnya namanya Tria atau Tori?

2024-02-24

1

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

tori?

2024-02-24

1

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

apa Lita suka sama Jonathan ya kok gugup sih 😅😅😅

2023-11-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!