Delana Dedes Pitaloka
"Bu apakah semuanya sudah siap "
"Sudah Ayah, masih dimana calon menantu kita itu"
Dedes hanya diam saja mendengar percakapan orang tuanya, dirinya yang sudah pasrah akan dinikahkan dengan siapa saja hanya bisa mengikuti alurnya saja.
Ini juga demi kebaikan adiknya, dia akan menikah dengan pujaan hatinya, penghalangnya adalah dirinya. Karena Ayahnya ingin kalau dirinya dulu yang menikah baru adiknya.
Sebenarnya dirinya tidak masalah kalau harus adiknya dulu yang terlebih dahulu menikah. Karena dirinya sadar tidak ada satupun laki-laki yang mau dengannya. Mana ada laki-laki yang mau dengan dirinya yang berpenampilan kuno seperti ini.
Apalagi wajahnya tak secantik adiknya. Dirinya hanyalah perempuan pemalu yang berpenampilan seadanya saja. Bahkan tidak suka memakai make up.
Rambutnya selalu diikat dan tak pernah dirinya apa-apakah. Tiba-tiba saja dirinya mendengar suara dering telepon rumah. Ayahnya dengan cepat segera mengambil gagang telepon itu.
"Selamat pagi"
"Pagi Pak Broto. Maaf kami sekeluarga tidak jadi ke rumah"
"Kenapa, memangnya ada masalah apa. Kenapa tiba-tiba tidak datang ke rumah. Kami sudah menyiapkan segalanya Pak"
"Kita batalkan saja pernikahan antara anakmu dan juga anakku ini "
"Kenapa memangnya, ada yang salah dengan anakku sampai-sampai harus seperti ini"
"Tidak bukan begitu, anakku tidak mau menikah dengan anak Bapak, karena sudah ditolak beberapa laki-laki kan, kenapa dari awal Bapak tidak bilang kalau Dedes selalu ditolak "
"Hanya masalah itu saja. Ya sudah batalkan saja aku juga tidak sudi menikahkan anakku dengan anakmu itu, kita batalkan saja semuanya"
Pak Broto langsung mematikan sambungan teleponnya, menatap Dedes yang duduk termenung sambil menundukkan kepalanya.
"Dedes ayo cepat kita pergi dari sini, lebih baik kita kerja saja ayo Ayah akan bersiap sekarang, tidak usah khawatir Ayah akan selalu mendukungmu "
Dedes hanya bisa mengganggukan kepalanya dengan senyum palsu yang selalu dirinya tampilkan di depan Ayah dan Ibunya. Sebenarnya dirinya sangat kecewa sekali dengan semua ini. Tapi mau bagaimana lagi tidak mungkin kan dirinya menampilkan wajah sedih dan kecewanya didepan orang tuanya.
Ibunya menghampiri Dedes dan mengusap rambutnya dengan lembut " Ibu yakin suatu saat akan ada pria yang menerimamu apa adanya Des. Jangan menangis ya semuanya akan baik-baik saja"
"Iya Dedes ngerti kok Bu, ga apa-apa lebih baik Ibu bujuk Ayah lagi buat nikahin Desi dulu saja. Mungkin Dedes belum ada jodohnya. Nanti juga kalau udah ada jodohnya Dedes pasti menikah kok Bu"
"Kamu yakin mau dilangkahi adikmu. Kamu tidak akan apa-apa"
Dedes memegang kedua tangan Ibunya dan tersenyum kembali " Dedes yakin, Dedes tidak akan sedih Bu. Dedes sudah bilang kan dari awal lebih baik Desi dulu saja yang menikah. Dedes tidak masalah dengan semua itu kalau jodoh Desi lebih dulu datang dan Dedes belum ada jodoh ga apa-apa. Dedes ikhlas menerima semuanya asalkan Desi bahagia Bu"
Belum juga Ibunya berbicara, Ayahnya sudah menarik tangan Dedes untuk segera pergi ke tempat kerja "Ayah sudah mendengar semuanya. Ayah tidak mau ya kamu dilangkahi terlebih dahulu oleh Desi. Dedes harus lebih dulu menikah"
"Mau sampai kapan Ayah egois seperti ini. Desi sudah ada pasangannya sedangkan Dedes tidak ada, tidak apa Dedes dilangkahi oleh Desi, Dedes juga ikhlas kok. Dari pada Desi kabur nikah lari sama pacarnya lebih baik Ayah nikahin saja mereka. Dedes ikhlas lahir batin"
"Tidak, Ayah akan carikan jodoh lagi untuk kamu, tenang saja Ayah akan carikan yang cocok dengan kamu dan bisa menerima kamu juga "
Dedes menghela nafasnya, menatap Ayahnya yang terus saja ngotot ingin dirinya cepat mendapat jodoh," Tapi sudah banyak laki-laki yang datang tapi mereka menolak Dedes. Harus berapa laki-laki lagi yang datang kerumah dan menolah Dedes dengan mentah-mentah. Dedes juga punya hati, Dedes juga punya perasaan. Sakit rasanya terus ditolak oleh setiap laki-laki. Lebih baik Ayah jangan carikan jodoh lagi untuk Dedes, ga apa-apa kalau harus sendirian Dedes''
"Ist ga boleh seperti itu. Ayah ga suka ya kamu berbicara seperti itu. Jodoh ada di tangan Allah jadi jangan berkata seperti itu ya kamu akan menikah dan bahagia bersama pasanganmu nanti"
Pak Broto segera memencet angka lift untuk turun ke bawah, baru saja mereka akan masuk sudah ada seorang laki-laki dan perempuan sedang berciuman. Pak Broto yang kesal langsung menarik anaknya Dedes.
"Lebih baik kita lewat tangga darurat saja, daripada naik lift ada anak-anak yang tidak berakhlak melakukan hal tidak senonoh seperti itu. Ayo Dedes"
Dedes menatap kedua orang itu, laki-laki itu juga menatap Dedes dengan sangat intens. Tapi Dedes segera menundukkan kepalanya dan mengikuti langkah Ayahnya yang begitu cepat.
"Sudah aku bilang kan kita harus pindah dari apartemen ini. Kamu lihat orang-orang di sini tidak bersahabat. Aku tidak suka kalau kesenangan kita ini selalu diganggu Ace"
"Mau bagaimana lagi. Aku sudah nyaman tinggal di sini, tidak usah pikirkan mereka semua yang terpenting kita senang-senang kan"
Ace kembali mencium pacarnya itu dengan brutal, tidak peduli mereka sedang ada di lift seperti ini. Yang terpenting kepuasan mereka terpenuhi.
...----------------...
Dedes yang sudah sampai di kantornya tepatnya di sebuah toko buku, karena dirinya ditempatkan di sebuah toko buku besar. Sebenarnya dalam satu tempat ini ada berbagai macam perusahaan dan bosnya sama tapi dirinya ditempatkan di toko buku yang sangat besar sekali dan sebagai kasir.
Dedes melayani customernya dengan senang hati, dia tersenyum pada semua customernya tak ada yang tidak dirinya beri senyum. Meskipun banyak yang tidak menanggapinya tapi tak masalah itu.
"Dedes"
"Eh iya Pak Andreas"
"Bisa kita bicara dulu"
"Tentu saja bisa Pak "
Dedes segera mengikuti langkah Pak Andreas, dia adalah bos di sini. Dia masih muda tapi dia menjadi bos mungkin Ayahnya yang punya dan dia yang mengelolanya dirinya juga tidak tahu.
"Sini duduk di sini"
Dedes dengan patuh duduk dan berhadapan dengan Pak Andreas "Begini besok kan akan diadakan sebuah pesta, kamu mau kan ikut serta dalam pesta itu"
"Memangnya apa yang harus saya lakukan Pak"
"Gampang kok tugasnya, pokoknya nanti kamu dateng aja yah, disana juga banyak orang yang akan bantu-bantu. Aku lagi kurang orang dan aku yakin kamu bisa bantu aku "
Dedes masih diam, memikirkan semua itu. Sebenarnya dirinya senang karena dibawa ikut serta dalam kegiatan kantor. Ini untuk pertama kalinya.
Apalagi Dedes menyimpan rasa pada Pak Andreas" Gimana Des kamu mau kan " tanya Pak Andreas.
"Iya aku mau Pak besok aku akan datang "
"Bagus Des terimakasih karena kamu sudah mau bergabung, aku senang mendengarnya. Ingat besok jangan sampai telat ya. Aku akan menunggumu "
Pak Andreas mengusap kepala Dedes dan langsung pergi, sedangkan Dedes hanya bisa tersenyum malu saja. Diperlakukan seperti itu oleh Pak Andreas sungguh luar biasa.
...----------------...
Dedes yang baru saja pulang dikagetkan dengan adiknya yang tiba-tiba saja marah padanya. Kedua orang tuanya sedang tidak ada entah ke mana mereka.
"Dedes kenapa kamu ini selalu saja membuat masalah. Kenapa sih kamu harus jadi orang pemalu dan jelek seperti ini, jadinya kamu menghalangi aku untuk menikah. Kamu ini sudah 30 tahun kamu ini sudah dewasa tapi belum punya pasangan "
"Aku sudah bilang kan jika kamu mau lebih dulu menikah tidak masalah, aku tidak akan keberatan dengan hal itu. Aku janji tak akan marah. Aku belum mendapatkan jodoh jadi kamu boleh mendahului aku"
"Aku sudah mengatakan itu pada Ayah, tapi pernahkah Ayah mendengarkan perkataanku sedikitpun, tidak dia hanya ingin kau menikah terlebih dahulu, tapi mana apakah ada laki-laki yang mau denganmu. Pokoknya aku tidak mau menunggu lagi kamu harus cepat-cepat menikah kalau tidak pacarku akan menikah dengan perempuan lain, apa kamu tega menghancurkan masa depanku"
Dedes menggapai tangan adiknya namun dengan cepat adiknya itu melepaskannya "Aku akan membawa seorang laki-laki ke sini, kamu harus mau dijodohkan dengan dia. Intinya kamu harus mau aku tidak mau ya kalau kamu sampai menolaknya"
"Terserah kamu saja, yang terpenting kamu segera menikah aku akan bahagia "
Dedes berjalan ke arah kamarnya sambil mengusap air matanya yang mengalir. Dedes juga bingung harus melakukan apa. Dedes juga tidak mau menjadi penghalang adiknya untuk menikah, tapi mau bagaimana lagi jodohnya belum datang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments