Dedes mencoba mencari kembali kebaya yang cocok dengannya, tapi menurutnya pilihannya sama saja seperti dulu tak pernah ada yang bagus kalau dirinya memilih sendiri...
"Emm, aku harus minta bantuan Ace, iya aku harus minta bantuannya saja. Aku juga binggung kalau ga minta bantuan dia siapa lagi coba "
Dedes segera mencari kontak nomor Ace, semoga saja Ace tak marah kan atas tindakannya kemarin. Dengan tak ikut pulang bersamanya.
"Hallo Ace "
"Hallo ada apa Dela "
"Bisa kamu bantu aku untuk memilih kebaya yang bagus nanti, sungguh pilihanku masih saja sama seperti dulu tidak ada yang bagus. Tolonglah aku bantu aku memilihnya pasti kamu akan lebih tahu yang mana yang lebih cocok denganku"
"Kamu yakin akan memakai pilihan ku Dela ? "
"Tentu aku yakin, aku akan memakai pakaian yang kamu pilihkan, tolong bantu aku ya. Kalau aku tidak meminta bantuan padamu aku harus minta bantuan pada siapa lagi. Sungguh aku tidak pede dengan pilihannya Andreas ataupun nanti dengan pilihanku. Yang aku lihat pilihanku sama saja seperti dulu tidak pernah berubah"
"Baiklah aku akan membantu "
"Terimakasih Ace terimakasih, kamu memang yang terbaik. Aku begitu bahagia mendengarnya aku senang sekali "
"Hemm, aku akan siap siap dulu "
Dedes yang senang segera bersiap, dirinya akan memilih kebaya untuk hari pernikahannya. Pasti Ace akan memilih yang bagus, pasti dia tak akan salah dan akan selalu cocok untuknya kalau Ace yang memilihnya..
...----------------...
Dedes dan juga Ace sudah ada di butik, mereka sedang melihat-melihat kebaya, Dedes memperlihatkan satu kebaya pada Ace.
"Yang ini bagaimana Ace apakah bagus "
"Lumayan "
"Kalau ini "
"Bagus "
Dedes berhenti memilih kebaya, Dedes berkaca pinggang dan menatap Ace "Ada apa, kamu sedang sakit"
"Tidak, aku tidak sakit. Hanya sedang memikirkan yang mana yang bagus untukmu"
"Baiklah, kalau memang kamu tidak enak badan kita pulang "
"Aku baik-baik saja "
Ace berjalan menjauh dari Dedes dan mencari kebaya, yang menurutnya akan sangat bagus dipakai oleh Dedes.
Dedes juga yang ingin melihat-lihat yang lain segera melangkah lebih jauh, tapi yang dirinya lihat adalah adiknya sedang memilih kebaya juga ditemani oleh kedua orang tuanya.
Mereka tersenyum begitu bahagia, apakah ketidak hadirannya itu membuat mereka sangat bahagia. Kenapa tidak dari dulu saja Ayahnya menyumpahi dirinya.
Mungkin semuanya akan baik-baik saja dan hidup mereka akan sangat bahagia sekali, tanpa dirinya dari dulu.
Kalau dilahirkan hanya untuk disakiti saja lebih baik tidak usah lahir. Dedes yang tak sanggup melihat itu segera pergi bahkan air matanya sudah mengalir.
Ace yang melihat itu langsung mengejar Dedes yang sudah keluar "Dela ada apa, kenapa kamu lari "
"Aku mau pulang saja "
"Ada apa, kenapa apa ada yang melukaimu"
Dedes hanya bisa mengelengkan kepalanya saja. Dedes langsung masuk kedalam mobil dan diikuti oleh Ace.
...----------------...
Beberapa hari kemudia setelah kejadian, Dedes menyuruh Ace untuk datang kesebuah restoran. Ace yang masih berantakan datang kesana dan langsung duduk dihadapan Dedes.
"Kamu sudah baik-baik saja Dela "
"Sudah, ini undangan pertama untukmu "
Ace menerimanya dengan hati yang hancur, lalu Ace melihat tangan Dedes yang ada hansaplast nya "Ada apa dengan tanganmu "
"Aku sudah bicarakan padamu kalau Andreas akan dipindahkan tempat kerjanya. Maka aku harus ikut dengannya, makanya aku harus membuat visa dulu dan salah satu syaratnya adalah tes kesehatan dan ada pengambilan darah juga "
"Kamu yakin akan pergi kesana "
"Tentu saja, setelah menikah aku harus mengikuti kemanapun suamiku pergi kan. Mana mungkin aku tidak mengikutinya "
"Ya kamu benar, tentang pakaian dan juga orang yang akan mendandani mu sudah aku siapkan semuanya "
"Terimakasih Ace, aku senang mendengarnya "
"Ya tak usah sungkan, aku harus pergi "
Ace langsung saja meninggalkan Dela. Meskipun Dela memanggil namanya tapi Ace tak peduli sekarang hatinya sedang patah.
Kenapa dirinya begitu lemah, kenapa dirinya sangat cenggeng hanya karena seorang Dela. Perempuan yang baru saja dirinya temui itu.
...----------------...
Ace yang sedang berjalan kearah apartemennya melihat Ayahnya Dela. Dengan langkah lebarnya Ace mencegatnya.
"Ada apa denganmu ini, awas jangan halangi jalanku"
"Ini undangan pernikahan Dela dan juga Andreas dia akan menikah. Tolonglah menjadi walinya kamu kan Ayahnya tolong datang ke sana dan lihatlah pernikahan anakmu. Dela sangat terpuruk karena kejadian ini"
"Aku tidak mempunyai anak bernama Dela, anakku yang nomor satu sudah tiada anakku hanya Desi. Dia satu-satunya tidak ada lagi yang lain"
"Kamu yakin akan melupakan Dela begitu saja. Apa kamu mau semua ini kejadian kalau benar Della meninggal hari ini juga apakah kamu akan senang. Ini hanya salah paham tapi kamu tidak bisa mendengarkan kata-kata anakmu sedikitpun, hanya mengikuti egomu saja yang keras itu"
"Kamu itu hanya orang asing tidak perlu ikut campur tentang keluargaku, mau aku memperlakukan anakku seperti apapun itu bukan urusanmu. Jadi minggir dan jangan halangi jalanku"
"Jadilah wali untuk Dela "
Diambilnya undangan itu, lalu dirobeknya undangan itu oleh Ayahnya Dela dan di lemparkan kearah wajah Ace.
"Sudah aku bilang, aku tidak mau datang, jangan memaksaku "
Bahu Ace langsung saja disenggol dan dia pergi begitu saja. Ace berjongkok mengambil setiap sobekan undangan itu.
Lalu memeluknya dengan erat "Akan aku pastikan Dela, Ayahmu menyesal karena telah membuatmu seperti ini "
Ace melangkah pergi dan membawa kertas-kertas itu pula. Setelah sampai di apartemennya, Ace kembali menyatukan undangan itu.
"Ini pasti pilihan mu Dela, aku tahu ini adalah pilihanmu aku akan menyimpannya. Aku akan menganggap kalau ini adalah kenang-kenangan darimu "
Ace membaringkan tubuhnya dan menutup matanya dengan tangannya. Mulai sekarang dirinya harus bisa melupakan Dela.
Dela akan menjadi milik orang lain, dirinya tidak mau mengejar sesuatu yang bukan miliknya sama sekali. Dela pasti akan bahagia hidup dengan laki-laki yang dia cintai.
Mungkin di kehidupan selanjutnya dirinya akan hidup bersama Dela.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments