NovelToon NovelToon

Delana Dedes Pitaloka

Bab 1 Kembali ditolak

"Bu apakah semuanya sudah siap "

"Sudah Ayah, masih dimana calon menantu kita itu"

Dedes hanya diam saja mendengar percakapan orang tuanya, dirinya yang sudah pasrah akan dinikahkan dengan siapa saja hanya bisa mengikuti alurnya saja.

Ini juga demi kebaikan adiknya, dia akan menikah dengan pujaan hatinya, penghalangnya adalah dirinya. Karena Ayahnya ingin kalau dirinya dulu yang menikah baru adiknya.

Sebenarnya dirinya tidak masalah kalau harus adiknya dulu yang terlebih dahulu menikah. Karena dirinya sadar tidak ada satupun laki-laki yang mau dengannya. Mana ada laki-laki yang mau dengan dirinya yang berpenampilan kuno seperti ini.

Apalagi wajahnya tak secantik adiknya. Dirinya hanyalah perempuan pemalu yang berpenampilan seadanya saja. Bahkan tidak suka memakai make up.

Rambutnya selalu diikat dan tak pernah dirinya apa-apakah. Tiba-tiba saja dirinya mendengar suara dering telepon rumah. Ayahnya dengan cepat segera mengambil gagang telepon itu.

"Selamat pagi"

"Pagi Pak Broto. Maaf kami sekeluarga tidak jadi ke rumah"

"Kenapa, memangnya ada masalah apa. Kenapa tiba-tiba tidak datang ke rumah. Kami sudah menyiapkan segalanya Pak"

"Kita batalkan saja pernikahan antara anakmu dan juga anakku ini "

"Kenapa memangnya, ada yang salah dengan anakku sampai-sampai harus seperti ini"

"Tidak bukan begitu, anakku tidak mau menikah dengan anak Bapak, karena sudah ditolak beberapa laki-laki kan, kenapa dari awal Bapak tidak bilang kalau Dedes selalu ditolak "

"Hanya masalah itu saja. Ya sudah batalkan saja aku juga tidak sudi menikahkan anakku dengan anakmu itu, kita batalkan saja semuanya"

Pak Broto langsung mematikan sambungan teleponnya, menatap Dedes yang duduk termenung sambil menundukkan kepalanya.

"Dedes ayo cepat kita pergi dari sini, lebih baik kita kerja saja ayo Ayah akan bersiap sekarang, tidak usah khawatir Ayah akan selalu mendukungmu "

Dedes hanya bisa mengganggukan kepalanya dengan senyum palsu yang selalu dirinya tampilkan di depan Ayah dan Ibunya. Sebenarnya dirinya sangat kecewa sekali dengan semua ini. Tapi mau bagaimana lagi tidak mungkin kan dirinya menampilkan wajah sedih dan kecewanya didepan orang tuanya.

Ibunya menghampiri Dedes dan mengusap rambutnya dengan lembut " Ibu yakin suatu saat akan ada pria yang menerimamu apa adanya Des. Jangan menangis ya semuanya akan baik-baik saja"

"Iya Dedes ngerti kok Bu, ga apa-apa lebih baik Ibu bujuk Ayah lagi buat nikahin Desi dulu saja. Mungkin Dedes belum ada jodohnya. Nanti juga kalau udah ada jodohnya Dedes pasti menikah kok Bu"

"Kamu yakin mau dilangkahi adikmu. Kamu tidak akan apa-apa"

Dedes memegang kedua tangan Ibunya dan tersenyum kembali " Dedes yakin, Dedes tidak akan sedih Bu. Dedes sudah bilang kan dari awal lebih baik Desi dulu saja yang menikah. Dedes tidak masalah dengan semua itu kalau jodoh Desi lebih dulu datang dan Dedes belum ada jodoh ga apa-apa. Dedes ikhlas menerima semuanya asalkan Desi bahagia Bu"

Belum juga Ibunya berbicara, Ayahnya sudah menarik tangan Dedes untuk segera pergi ke tempat kerja "Ayah sudah mendengar semuanya. Ayah tidak mau ya kamu dilangkahi terlebih dahulu oleh Desi. Dedes harus lebih dulu menikah"

"Mau sampai kapan Ayah egois seperti ini. Desi sudah ada pasangannya sedangkan Dedes tidak ada, tidak apa Dedes dilangkahi oleh Desi, Dedes juga ikhlas kok. Dari pada Desi kabur nikah lari sama pacarnya lebih baik Ayah nikahin saja mereka. Dedes ikhlas lahir batin"

"Tidak, Ayah akan carikan jodoh lagi untuk kamu, tenang saja Ayah akan carikan yang cocok dengan kamu dan bisa menerima kamu juga "

Dedes menghela nafasnya, menatap Ayahnya yang terus saja ngotot ingin dirinya cepat mendapat jodoh," Tapi sudah banyak laki-laki yang datang tapi mereka menolak Dedes. Harus berapa laki-laki lagi yang datang kerumah dan menolah Dedes dengan mentah-mentah. Dedes juga punya hati, Dedes juga punya perasaan. Sakit rasanya terus ditolak oleh setiap laki-laki. Lebih baik Ayah jangan carikan jodoh lagi untuk Dedes, ga apa-apa kalau harus sendirian Dedes''

"Ist ga boleh seperti itu. Ayah ga suka ya kamu berbicara seperti itu. Jodoh ada di tangan Allah jadi jangan berkata seperti itu ya kamu akan menikah dan bahagia bersama pasanganmu nanti"

Pak Broto segera memencet angka lift untuk turun ke bawah, baru saja mereka akan masuk sudah ada seorang laki-laki dan perempuan sedang berciuman. Pak Broto yang kesal langsung menarik anaknya Dedes.

"Lebih baik kita lewat tangga darurat saja, daripada naik lift ada anak-anak yang tidak berakhlak melakukan hal tidak senonoh seperti itu. Ayo Dedes"

Dedes menatap kedua orang itu, laki-laki itu juga menatap Dedes dengan sangat intens. Tapi Dedes segera menundukkan kepalanya dan mengikuti langkah Ayahnya yang begitu cepat.

"Sudah aku bilang kan kita harus pindah dari apartemen ini. Kamu lihat orang-orang di sini tidak bersahabat. Aku tidak suka kalau kesenangan kita ini selalu diganggu Ace"

"Mau bagaimana lagi. Aku sudah nyaman tinggal di sini, tidak usah pikirkan mereka semua yang terpenting kita senang-senang kan"

Ace kembali mencium pacarnya itu dengan brutal, tidak peduli mereka sedang ada di lift seperti ini. Yang terpenting kepuasan mereka terpenuhi.

...----------------...

Dedes yang sudah sampai di kantornya tepatnya di sebuah toko buku, karena dirinya ditempatkan di sebuah toko buku besar. Sebenarnya dalam satu tempat ini ada berbagai macam perusahaan dan bosnya sama tapi dirinya ditempatkan di toko buku yang sangat besar sekali dan sebagai kasir.

Dedes melayani customernya dengan senang hati, dia tersenyum pada semua customernya tak ada yang tidak dirinya beri senyum. Meskipun banyak yang tidak menanggapinya tapi tak masalah itu.

"Dedes"

"Eh iya Pak Andreas"

"Bisa kita bicara dulu"

"Tentu saja bisa Pak "

Dedes segera mengikuti langkah Pak Andreas, dia adalah bos di sini. Dia masih muda tapi dia menjadi bos mungkin Ayahnya yang punya dan dia yang mengelolanya dirinya juga tidak tahu.

"Sini duduk di sini"

Dedes dengan patuh duduk dan berhadapan dengan Pak Andreas "Begini besok kan akan diadakan sebuah pesta, kamu mau kan ikut serta dalam pesta itu"

"Memangnya apa yang harus saya lakukan Pak"

"Gampang kok tugasnya, pokoknya nanti kamu dateng aja yah, disana juga banyak orang yang akan bantu-bantu. Aku lagi kurang orang dan aku yakin kamu bisa bantu aku "

Dedes masih diam, memikirkan semua itu. Sebenarnya dirinya senang karena dibawa ikut serta dalam kegiatan kantor. Ini untuk pertama kalinya.

Apalagi Dedes menyimpan rasa pada Pak Andreas" Gimana Des kamu mau kan " tanya Pak Andreas.

"Iya aku mau Pak besok aku akan datang "

"Bagus Des terimakasih karena kamu sudah mau bergabung, aku senang mendengarnya. Ingat besok jangan sampai telat ya. Aku akan menunggumu "

Pak Andreas mengusap kepala Dedes dan langsung pergi, sedangkan Dedes hanya bisa tersenyum malu saja. Diperlakukan seperti itu oleh Pak Andreas sungguh luar biasa.

...----------------...

Dedes yang baru saja pulang dikagetkan dengan adiknya yang tiba-tiba saja marah padanya. Kedua orang tuanya sedang tidak ada entah ke mana mereka.

"Dedes kenapa kamu ini selalu saja membuat masalah. Kenapa sih kamu harus jadi orang pemalu dan jelek seperti ini, jadinya kamu menghalangi aku untuk menikah. Kamu ini sudah 30 tahun kamu ini sudah dewasa tapi belum punya pasangan "

"Aku sudah bilang kan jika kamu mau lebih dulu menikah tidak masalah, aku tidak akan keberatan dengan hal itu. Aku janji tak akan marah. Aku belum mendapatkan jodoh jadi kamu boleh mendahului aku"

"Aku sudah mengatakan itu pada Ayah, tapi pernahkah Ayah mendengarkan perkataanku sedikitpun, tidak dia hanya ingin kau menikah terlebih dahulu, tapi mana apakah ada laki-laki yang mau denganmu. Pokoknya aku tidak mau menunggu lagi kamu harus cepat-cepat menikah kalau tidak pacarku akan menikah dengan perempuan lain, apa kamu tega menghancurkan masa depanku"

Dedes menggapai tangan adiknya namun dengan cepat adiknya itu melepaskannya "Aku akan membawa seorang laki-laki ke sini, kamu harus mau dijodohkan dengan dia. Intinya kamu harus mau aku tidak mau ya kalau kamu sampai menolaknya"

"Terserah kamu saja, yang terpenting kamu segera menikah aku akan bahagia "

Dedes berjalan ke arah kamarnya sambil mengusap air matanya yang mengalir. Dedes juga bingung harus melakukan apa. Dedes juga tidak mau menjadi penghalang adiknya untuk menikah, tapi mau bagaimana lagi jodohnya belum datang.

Bab 2 Badut

Dedes yang baru saja selesai menata rambutnya tak jadi keluar dari kamar. Dia melongok sedikit ke arah luar dan mendengar pria itu sedang berbicara dengan adiknya.

"Apakah kau gila dengan menjodohkan ku dengan Kakakmu yang kuno itu, yang penampilannya seperti orang zaman dulu. Aku tidak mau, tidak ada perempuan lain memang selain dia. Aku bisa mencari perempuan yang lebih dari dia. Kamu gila menjodohkan aku dengannya, dia sudah ditolak oleh beberapa laki-laki "

"Tolonglah ini demi membantu aku dan juga pacarku, aku harus segera menikah"

"Tidak, aku tidak mau. Cari saja laki-laki yang mau dengannya. Kamu tahu kan aku adalah seseorang yang sukses, mana mungkin menikah dengan perempuan seperti dia. Dia tidak cocok denganku kamu carikan saja laki-laki yang lain, aku tidak mau nanti di olok-olok oleh temanku karena dia selalu saja di tolak oleh beberapa pria. Aku mundur dari sekarang dari pada nanti aku menyesal "

"Tolonglah jangan seperti itu"

"Jangan memaksaku Desi. Aku mundur dan kamu tidak boleh terus memintaku untuk menikah dengan kakakmu itu, cari saja laki-laki lain. Permisi aku pulang dulu"

Dedes hanya bisa menarik nafasnya dan menutup pintunya dengan sangat perlahan. Lagi-lagi sebuah penolakan yang dirinya terima. Sampai kapan harus terhina seperti ini.

Dedes kembali ke tempat tidurnya dan duduk termenung di sana. Membuka kembali ikatan rambutnya dan memeluk boneka yang selalu saja menemaninya setiap hari.

"Apakah aku tidak pantas bahagia, sampai-sampai laki-laki menolakku. Banyak sekali laki-laki yang menolakku kekuranganku banyak sekali ya, sampai mereka tidak mau" Dedes hanya bisa tersenyum getir.

Dedes menganti pakainya mengunakan pakaian tidur, lebih baik sekarang tidur saja dulu. Itu akan mengurangi rasa sedihnya kan.

...----------------...

Pagi-pagi sekali Dedes sudah sampai dikantor, Dedes sedang menunggu Andreas yang tak kunjung datang. Sebenarnya apa yang harus dirinya lakukan disini.

"Des segeralah bersiap "

"Pak Andreas aku harus menjadi apa "

"Kamu mengantikan badut yang sakit ya, ini kan untuk menghibur anak-anak pestanya diadakan untuk menghibur mereka"

"Apa badut ? Kenapa kamu ga bilang dari awal kalau kerjaannya kayak gini"

"Kalau aku bilang yang ada kamu bisa nolak, tolong ya bantu aku, aku udah cari penggantinya tapi ga ada. Badut yang seharusnya datang itu sakit, makanya kemarin aku minta tolong sama kamu. Kamu juga udah sanggupi semuanya ya. Tolong jangan nolak dan tiba-tiba pergi gitu aja. Emang kamu ga kasihan sama anak-anak yang udah datang ke sini. Kostumnya udah disediain kok"

Dedes tak menjawab dia akan langsung pergi, namun tangannya langsung digenggam erat oleh Andreas "Tolonglah Des kalau aku ga minta tolong sama kamu harus minta tolong sama siapa lagi, kamu yang bisa tolong aku. Sekali ini aja tolong aku buat jadi badut nanti aku ga akan kayak gini lagi. Aku janji sama kamu "

Dengan hati yang berat akhirnya Dedes mau, karena sudah terlanjur datang juga. Apalagi selama ini dirinya menyimpan rasa pada Pak Andreas tak tahu akan kapan terbalasnya.

"Baiklah "

"Bagus, akhirnya kamu mau, segera ganti baju ya "

Dedes menganggukan kepalanya dan menganti pakainya mengunakan kostum badut. Sebenarnya pakaiannya di doble agar nanti mudah membuka kostumnya dimana saja.

Kostumnya berbentuk boneka mine mouse. Dedes segera keluar setelah selesai memakai kostumnya, lalu menghibur anak-anak yang sudah datang. Bahkan Dedes memberikan satu persatu mereka balon yang memang sudah disediakan.

Saat Dedes sedang beristirahat, datang teman-teman kantornya yang memang cukup akrab dengan Pak Andreas.

"Ini Dedes yang ada dalam kostum ini. Aku tidak menyangka seorang Dedes mau menjadi seorang badut. Pasti Pak Andreas sudah menyogok mu"

"Iya aku tidak menyangka dia mau saja diperlakukan seperti ini, Pak Andreas menjanjikan apa padamu Dedes. Apa dia berjanji untuk memelukmu, memegang tanganmu atau menciummu. Aku jadi penasaran"

"Dia itu terlalu bodoh ya. Mau saja dimanfaatkan seperti ini, kalau aku menjadi Dedes aku tidak akan pernah mau menjadi badut seperti ini. Aku lebih baik pergi begitu saja dan tidak masalah nanti dimarahi oleh Pak Andreas yang terpenting harga diriku tidak jatuh seperti ini"

Dedes yang mendengar itu semua langsung pergi dari hadapan orang-orang itu, yaang terus saja mengejeknya. Mereka bertiga selalu saja mengejeknya dan tak pernah capek melakukan itu.

Dedes masuk ke dalam lift dengan terburu-buru, bahkan beberapa orang melihatnya. Dedes membuka kepala dari kostum badut itu dan mengelap air mata yang tiba-tiba saja mengalir.

Saat pintu lift terbuka Dedes kembali memakai kepala boneka itu dan melihat siapa orang yang masuk. Bukankah ini tetangganya yang kemarin berciuman di lift bersama pacarnya ya.

Dedes yang takut ketahuan dia membelakangi orangnya itu, takut-takut dia juga akan menghinanya seperti orang-orang tadi.

Tiba-tiba saja lift berguncang dan lampu mati nyala mati nyala, saat laki-laki itu mencoba untuk memencet nomor lift malah tidak bisa. Mereka terjebak di dalam lift.

Dedes hanya bisa diam termenung menunggu perbaikan lift ini, tidak bisa melakukan apa-apa. Meskipun tubuhnya sudah sangat kegerahan tapi tak mungkin kan dirinya membuka kostum ini di hadapan laki-laki ini.

Dedes kembali mencuri-curi pandang ke arah laki-laki itu, dia malah sedang mengibas-ngibas tubuhnya mengunakan tangannya, karena memang di sini sangat panas sekali. Laki-laki itu bahkan membuka pakaiannya lalu tiba-tiba saja membuka celananya.

Dedes yang kaget langsung membuka kepala badut itu dan berteriak "Tolong jangan buka lagi pakaianmu, nanti kalau ada fitnah bagaimana "

"Maaf maaf aku kira badutnya seorang laki-laki. Ternyata kamu perempuan, tunggu-tunggu sepertinya aku mengenalmu. Bukannya kamu itu_"

"Tidak mungkin kamu mengenalku"

Laki-laki itu kembali memakai pakaiannya. Dedes hanya bisa menatap ke arah lain saja tidak mau menatap laki-laki itu yang sedang menggunakan pakaiannya.

"Apakah kamu tidak kegerahan memakai pakaian yang begitu besar seperti itu"

Dedes langsung melihat penampilannya. Gerah sih dengan perlahan Dedes mencoba untuk membuka resleting belakangnya, tapi sulit sekali mau minta tolong juga malu takut dia tidak mau membantunya.

Dedes yang kesal tak berhasil akhirnya hanya bisa diam berjongkok dan merasakan tubuhnya seperti ada dalam oven.

"Biar aku bantu "

Dedes menatap sekilas laki-laki itu dan menganggukan kepalanya. Dengan perlahan resleting dari pakaian badut itu terbuka.

Dedes segera membukanya dan merasa tenang "Terimakasih "

"Ya sama-sama "

Tak lama kemudian lift terbuka dengan terburu-buru Dedes keluar tanpa membawa kepala dari kostum badut itu. Karena gugup tadi berduaan di lift bersama laki-laki.

Bab 3 Pasti gagal lagi

Dedes yang sudah sampai di perpustakaan hanya bisa diam dan mengatur nafasnya, tiba-tiba saja ada yang mengagetkannya ternyata laki-laki tadi.

"Emm nona, ini kepala badut mu tertinggal kamu melupakannya "

Dedes dengan canggung segera mengambilnya dan menyimpannya didekat baju badut itu "Terimakasih karena sudah mau mengantarkannya padaku "

"Ya tidak masalah, bisakah kamu mencarikan buku untukku "

"Buku apa "

"Buku tentang orang yang baru saja keluar dari penjara setelah 10 tahun dipenjara "

Dedes segera pergi dan mengambil buku yang bisa dirinya ambil saja, memberikannya pada laki-laki itu "Terimakasih, namaku Ace dan kamu "

Dedes masih saja diam, baru pertama kali ada laki-laki yang mengajaknya berkenalan. Gugup dan tak tahu harus melakukan apa.

"Baiklah jika kamu tak mau memberitahu namamu tak masalah, aku pinjam dulu bukunya "

Ace langsung pergi dan Dedes langsung menyenderkan tubuhnya pada rak buku, jantungnya sudah berdetak begitu kencang tak karuan.

...----------------...

Keesokan harinya di toko buku, Dedes melihat Pak Andreas yang sedang mengobrol dengan perempuan-perempuan yang kemarin mengejeknya, mereka begitu akrab.

Apakah Pak Andreas tak ada niatan untuk meminta maaf padanya gitu ? Dedes langsung mengelengkan kepalanya. Jangan berharap lebih karena itu tak mungkin.

"Delana Dedes Pitaloka "

Dedes langsung tersadar dan melihat orang yang ada didepannya Ace lagi, Dedes merapihkan rambutnya dan menatap Ace.

Ace tersenyum pada Dedes dan itu makin membuat Dedes gugup "Jangan malu-malu seperti itu padaku, bisa kita berteman ? Sekarang aku tahu namamu Delana Dedes Pitaloka, nama yang bagus aku suka namamu ini. Aku kembalikan buku yang kemarin aku pinjam sudah selesai aku membacanya dan aku kembali meminjam buku yang lain. Ini yang aku pinjam"

Dedes hanya tersenyum dan mengambil buku itu, mengambil buku yang akan dipinjam oleh Ace, ada sebuah kertas disana tapi Dedes malah memasukannya.

Ace yang melihatnya hanya bisa cemberut melihat surat yang dia tulis malah dimasukan kedalam buku. "Ini sudah "

"Jangan terlalu kaku, aku tak akan melukaimu Dela"

"Iya " hanya itu yang keluar dari mulut Dedes.

Ace langsung saja pergi, memang sangat kecewa dengan respon yang diberikan oleh perempuan itu. Kaku sekali, apakah dia tak pernah dekat dengan laki-laki lain ?

...----------------...

Saat dimeja makan di pagi yang cerah Ayah dan Ibunya yang baru pulang, langsung menyediakan makanan untuk anak-anaknya.

"Dedes nanti malam akan ada yang datang kemari"

"Siapa lagi Ayah, bukannya Ayah dan Ibu akan pergi?"

Ibu Dedes melihat putrinya itu dengan iba, tapi tak bisa melakukan apa-apa. Apalagi harus membantah suaminya yang galak dan tak mau dibantah.

"Desi akan mengenalkan mu dengan laki-laki kenalannya. Ayah tidak masalah dan Ayah juga sudah menyerahkan semua itu pada Desi. Kamu harus mau ya bertemu dengan laki-laki itu. Ayah sudah melihat pekerjaannya apa, orang tuanya siapa Ayah sudah tahu. Tinggal kamu bertemu dengan laki-laki itu"

"Tapi Ayah"

"Sudah Des. Ayah sudah setuju jadi kamu tinggal siap-siap saja "

Dedes lagi-lagi harus patuh dengan apa yang Ayahnya mau. Sebenarnya dirinya enggan untuk bertemu dengan siapa-siapa lagi. Sudah lelah sekali rasanya.

...----------------...

"Kamu Ace kenapa berubah, kenapa jadi pendiam seperti ini padaku "

Ace malah diam saja sambil menyeruput kopinya "Ace aku sedang berbicara padamu, bahkan kamu tidak mau menyentuhku lagi "

Ace hanya sekilas menatap pacarnya, lalu kembali fokus pada tontonan nya "Ace aku sedang berbicara padamu, aku tidak suka diabaikan seperti ini "

"Kamu itu maunya apa ? " tanya Ace tanpa melihat wajah pacarnya.

"Keterlaluan sekali kamu, aku tidak pernah diacuhkan seperti ini. Lebih baik kita putus saja dasar kamu laki-laki brengsek tidak tahu diri, kamu tidak mengangkat teleponku, menghilang tanpa kabar. Aku datang kemari kamu tidak ada. Aku kesal padamu Ace "

"Baiklah jika itu yang kamu mau kita putus "

"Ace apakah kau yakin ? "

"Bukannya kamu yang meminta putus, lalu sekarang tiba-tiba kamu bertanya apakah aku yakin itu kan permintaanmu. Maka aku harus mengabulkannya kalau sudah tidak ada yang mau kamu bicarakan silakan keluar. Aku harus berolahraga dan membentuk otot-otot ku ini"

"Ace dasar laki-laki brengsek kamu, aku kesal padamu "

Ace hanya mengangkat bahunya saja dan langsung melakukan aktifitas selanjutnya, yaitu berolahraga seperti apa yang dirinya katakan tadi.

Pacar Ace segera masuk lift dan terus berteriak-teriak "Ace kamu brengsek"

Dedes dan Ayahnya yang ada didalam lift hanya bisa diam, terus saja perempuan itu mengumpat tak henti-hentinya.

"Kamu tahu dia adalah seorang bajingan, jangan sampai kamu mendapatkan pria seperti dia "teriak perempuan itu pada Dedes.

Dedes dan Ayahnya hanya bisa diam saja, mendengar setiap kata yang terlontar dari mulut perempuan itu.

...----------------...

Malam harinya benar saja ada laki-laki yang datang bersama pacar sang adik. Dedes yang sedang membenarkan pakainya langsung ditarik oleh adiknya.

"Ayo dia sudah datang, ayo ayo kamu pasti akan cocok dengannya "

Dedes mengikuti langkah sang adik, dan melihat ada laki-laki itu Dedes tersenyum dan berkenalan "Aku Devan "

"Dedes "

Mereka semua langsung duduk, Desi menawarkan minuman pada laki-laki itu tapi ditolak. Mereka mengobrol dengan asyik. Dedes yang akan ikut mengobrol tak jadi karena pembicaraan mereka sepertinya sudah asyik hanya bertiga saja.

Dedes hanya bisa diam dan mendengarkan meraka berbicara "Tak terasa sudah malam sekali, sepertinya aku harus segera pulang aku tak bisa berlama-lama lagi "

"Apakah secepat itu Devan"

"Ya aku harus pulang. Terima kasih atas jamuannya, aku harus pulang sekarang ayo Arjun kita pulang "

Desi segera mengantarkan Arjun pacarnya dan juga Devan ke depan pintunya, setelah mereka pergi Desi segera menutup pintunya dengan senang dia melangkah ke arah Kakaknya.

"Dia sangat tampan Dedes dan aku yakin kamu akan cocok bersamanya. Dia sangat mapan dan kalian akan hidup bahagia. Aku yakin dia tak akan menolakmu"

"Ini apa yang mengganjal. Ya ampun Devan meninggalkan teleponnya. Ini kamu saja yang berikan ke sana, hitung-hitung kalian berkenalan lagi. Tadi kalian tidak banyak bicara kalian malah saling diam"

"Kamu saja Desi, aku tidak mau"

"Sudah jangan nolak kayak gitu, lebih baik kamu saja biar lebih enak terus kalian bicara banyak nanti berdua di bawah. Ayo cepat kasih ponsel ini pada Devan calon suami kamu itu, aku yakin dia tidak akan menolakmu"

"Baiklah aku akan turun "

Dengan malas-malasan Dedes segera turun kelantai bawah, baru saja akan mendekati kedua laki-laki itu, malah mendengar hal yang seharusnya tak dirinya dengar sangat menyakitkan sekali kata-kata mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!