Dedes yang baru saja selesai menata rambutnya tak jadi keluar dari kamar. Dia melongok sedikit ke arah luar dan mendengar pria itu sedang berbicara dengan adiknya.
"Apakah kau gila dengan menjodohkan ku dengan Kakakmu yang kuno itu, yang penampilannya seperti orang zaman dulu. Aku tidak mau, tidak ada perempuan lain memang selain dia. Aku bisa mencari perempuan yang lebih dari dia. Kamu gila menjodohkan aku dengannya, dia sudah ditolak oleh beberapa laki-laki "
"Tolonglah ini demi membantu aku dan juga pacarku, aku harus segera menikah"
"Tidak, aku tidak mau. Cari saja laki-laki yang mau dengannya. Kamu tahu kan aku adalah seseorang yang sukses, mana mungkin menikah dengan perempuan seperti dia. Dia tidak cocok denganku kamu carikan saja laki-laki yang lain, aku tidak mau nanti di olok-olok oleh temanku karena dia selalu saja di tolak oleh beberapa pria. Aku mundur dari sekarang dari pada nanti aku menyesal "
"Tolonglah jangan seperti itu"
"Jangan memaksaku Desi. Aku mundur dan kamu tidak boleh terus memintaku untuk menikah dengan kakakmu itu, cari saja laki-laki lain. Permisi aku pulang dulu"
Dedes hanya bisa menarik nafasnya dan menutup pintunya dengan sangat perlahan. Lagi-lagi sebuah penolakan yang dirinya terima. Sampai kapan harus terhina seperti ini.
Dedes kembali ke tempat tidurnya dan duduk termenung di sana. Membuka kembali ikatan rambutnya dan memeluk boneka yang selalu saja menemaninya setiap hari.
"Apakah aku tidak pantas bahagia, sampai-sampai laki-laki menolakku. Banyak sekali laki-laki yang menolakku kekuranganku banyak sekali ya, sampai mereka tidak mau" Dedes hanya bisa tersenyum getir.
Dedes menganti pakainya mengunakan pakaian tidur, lebih baik sekarang tidur saja dulu. Itu akan mengurangi rasa sedihnya kan.
...----------------...
Pagi-pagi sekali Dedes sudah sampai dikantor, Dedes sedang menunggu Andreas yang tak kunjung datang. Sebenarnya apa yang harus dirinya lakukan disini.
"Des segeralah bersiap "
"Pak Andreas aku harus menjadi apa "
"Kamu mengantikan badut yang sakit ya, ini kan untuk menghibur anak-anak pestanya diadakan untuk menghibur mereka"
"Apa badut ? Kenapa kamu ga bilang dari awal kalau kerjaannya kayak gini"
"Kalau aku bilang yang ada kamu bisa nolak, tolong ya bantu aku, aku udah cari penggantinya tapi ga ada. Badut yang seharusnya datang itu sakit, makanya kemarin aku minta tolong sama kamu. Kamu juga udah sanggupi semuanya ya. Tolong jangan nolak dan tiba-tiba pergi gitu aja. Emang kamu ga kasihan sama anak-anak yang udah datang ke sini. Kostumnya udah disediain kok"
Dedes tak menjawab dia akan langsung pergi, namun tangannya langsung digenggam erat oleh Andreas "Tolonglah Des kalau aku ga minta tolong sama kamu harus minta tolong sama siapa lagi, kamu yang bisa tolong aku. Sekali ini aja tolong aku buat jadi badut nanti aku ga akan kayak gini lagi. Aku janji sama kamu "
Dengan hati yang berat akhirnya Dedes mau, karena sudah terlanjur datang juga. Apalagi selama ini dirinya menyimpan rasa pada Pak Andreas tak tahu akan kapan terbalasnya.
"Baiklah "
"Bagus, akhirnya kamu mau, segera ganti baju ya "
Dedes menganggukan kepalanya dan menganti pakainya mengunakan kostum badut. Sebenarnya pakaiannya di doble agar nanti mudah membuka kostumnya dimana saja.
Kostumnya berbentuk boneka mine mouse. Dedes segera keluar setelah selesai memakai kostumnya, lalu menghibur anak-anak yang sudah datang. Bahkan Dedes memberikan satu persatu mereka balon yang memang sudah disediakan.
Saat Dedes sedang beristirahat, datang teman-teman kantornya yang memang cukup akrab dengan Pak Andreas.
"Ini Dedes yang ada dalam kostum ini. Aku tidak menyangka seorang Dedes mau menjadi seorang badut. Pasti Pak Andreas sudah menyogok mu"
"Iya aku tidak menyangka dia mau saja diperlakukan seperti ini, Pak Andreas menjanjikan apa padamu Dedes. Apa dia berjanji untuk memelukmu, memegang tanganmu atau menciummu. Aku jadi penasaran"
"Dia itu terlalu bodoh ya. Mau saja dimanfaatkan seperti ini, kalau aku menjadi Dedes aku tidak akan pernah mau menjadi badut seperti ini. Aku lebih baik pergi begitu saja dan tidak masalah nanti dimarahi oleh Pak Andreas yang terpenting harga diriku tidak jatuh seperti ini"
Dedes yang mendengar itu semua langsung pergi dari hadapan orang-orang itu, yaang terus saja mengejeknya. Mereka bertiga selalu saja mengejeknya dan tak pernah capek melakukan itu.
Dedes masuk ke dalam lift dengan terburu-buru, bahkan beberapa orang melihatnya. Dedes membuka kepala dari kostum badut itu dan mengelap air mata yang tiba-tiba saja mengalir.
Saat pintu lift terbuka Dedes kembali memakai kepala boneka itu dan melihat siapa orang yang masuk. Bukankah ini tetangganya yang kemarin berciuman di lift bersama pacarnya ya.
Dedes yang takut ketahuan dia membelakangi orangnya itu, takut-takut dia juga akan menghinanya seperti orang-orang tadi.
Tiba-tiba saja lift berguncang dan lampu mati nyala mati nyala, saat laki-laki itu mencoba untuk memencet nomor lift malah tidak bisa. Mereka terjebak di dalam lift.
Dedes hanya bisa diam termenung menunggu perbaikan lift ini, tidak bisa melakukan apa-apa. Meskipun tubuhnya sudah sangat kegerahan tapi tak mungkin kan dirinya membuka kostum ini di hadapan laki-laki ini.
Dedes kembali mencuri-curi pandang ke arah laki-laki itu, dia malah sedang mengibas-ngibas tubuhnya mengunakan tangannya, karena memang di sini sangat panas sekali. Laki-laki itu bahkan membuka pakaiannya lalu tiba-tiba saja membuka celananya.
Dedes yang kaget langsung membuka kepala badut itu dan berteriak "Tolong jangan buka lagi pakaianmu, nanti kalau ada fitnah bagaimana "
"Maaf maaf aku kira badutnya seorang laki-laki. Ternyata kamu perempuan, tunggu-tunggu sepertinya aku mengenalmu. Bukannya kamu itu_"
"Tidak mungkin kamu mengenalku"
Laki-laki itu kembali memakai pakaiannya. Dedes hanya bisa menatap ke arah lain saja tidak mau menatap laki-laki itu yang sedang menggunakan pakaiannya.
"Apakah kamu tidak kegerahan memakai pakaian yang begitu besar seperti itu"
Dedes langsung melihat penampilannya. Gerah sih dengan perlahan Dedes mencoba untuk membuka resleting belakangnya, tapi sulit sekali mau minta tolong juga malu takut dia tidak mau membantunya.
Dedes yang kesal tak berhasil akhirnya hanya bisa diam berjongkok dan merasakan tubuhnya seperti ada dalam oven.
"Biar aku bantu "
Dedes menatap sekilas laki-laki itu dan menganggukan kepalanya. Dengan perlahan resleting dari pakaian badut itu terbuka.
Dedes segera membukanya dan merasa tenang "Terimakasih "
"Ya sama-sama "
Tak lama kemudian lift terbuka dengan terburu-buru Dedes keluar tanpa membawa kepala dari kostum badut itu. Karena gugup tadi berduaan di lift bersama laki-laki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments